Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
KEMLINTHI. Jujur, istilah ini sudah lama, sangat lama, tidak saya dengar. Maka, ketika politikus PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan melontarkan istilah itu, saya terbawa nostalgia masa silam.
Kemlinthi ialah bahasa Jawa untuk menggambarkan seseorang sombong, sok. Belagu kalau istilah anak muda sekarang. Dulu, puluhan tahun lalu ketika saya masih tinggal di kampung halaman di Klaten, Jawa Tengah, kemlinthi akrab di kuping saya. Ia biasa dilekatkan kepada mereka, terutama bocah laki-laki, yang sombong, yang banyak tingkah, yang sok pintar.
Banyak sinonim dari kemlinthi. Ia sama artinya dengan kementhus. Bedanya, kementhus lebih sering dilekatkan kepada wong lanang yang telah menginjak remaja atau menjelang dewasa.
Padanan lain kemlinthi ialah kemlancang atau kumalungkung. Bisa juga adol bagus. Intinya, istilah-istilah itu dirancang untuk menggambarkan polah laki-laki dengan konotasi negatif.
Kemlinthi murni istilah Jawa. Namun, ia tiba-tiba meng-Indonesia setelah Trimedya Panjaitan menyuarakannya. Trimedya bukan orang Jawa. Dia orang Batak, tapi mengaku tahu arti kemlinthi karena istrinya kelahiran Jawa. Maka, ketika dia menyebutkan istilah itu untuk Ganjar Pranowo, berarti bukan sekadar kebetulan. Dia memang ingin menggambarkan Ganjar sombong, sok, belagu.
Bagi Trimedya, Ganjar kemlinthi karena manuvernya untuk nyapres di 2024 sudah kelewatan. ''Ganjar apa kinerjanya 8 tahun jadi gubernur? Selain main di medsos, apa kinerjanya? Tolong gambarkan track record Ganjar di DPR? Kemudian sebagai gubernur selesaikan Wadas itu. Selesaikan rob itu. Berapa jalan yang terbangun? Kemudian sekarang diramaikan kemiskinan di Jateng malah naik,'' cetusnya kepada wartawan (1/6).
''Kalau kata orang Jawa kemlinthi ya, sudah kemlinthi dia. Harusnya sabar dulu dia jalankan tugasnya sebagai gubernur Jateng. Dia berinteraksi dengan kawan-kawan struktur di sana DPD, DPC, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, itu baru,” ketus Trimedya.
Bukan hanya Trimedya yang menyebut Ganjar kemlinthi. Jauh sebelumnya, Mei 2021, elite PDIP lainnya, Bambang Wuryanto, bertukas sama meski dengan istilah yang agak berbeda. Kata Bambang Pacul yang asli orang Jawa, Ganjar sudah kemajon. ''Wis kemajon (sudah kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar).''
Kemlinthi dan kemajon sama-sama labelisasi yang buruk. Benarkah Ganjar memang kemlinthi? Betulkah dia kemajon? Biarkan itu menjadi urusan internal PDI Perjuangan. Trimedya, Bambang Pacul, dan Ganjar sama-sama kader PDI Perjuangan. Pangkal soal panasnya hubungan di antara ketiganya terkait dengan PDI Perjuangan.
Kalau Trimedya dan Bambang Pacul menganggap Ganjar sudah kelewat batas, biarkan itu diselesaikan secara adat di internal PDI Perjuangan. Mereka punya aturan organisasi. Mereka punya dasar untuk menilai siapa anggota yang benar, siapa yang keluar jalur.
Kalau ada yang heran bukan kepalang kenapa PDIP kok malah resah dan gelisah ketika kadernya bernama Ganjar Pranowo punya popularitas dan elektabilitas tinggi, biarkan itu menjadi sikap mereka. Kiranya kita perlu repot-repot untuk mengulik-uliknya.
Pun kalau drama panas tersebut oleh sebagian pihak dianggap sengaja digulirkan dan dipelihara untuk menaikkan pamor Ganjar, biarkan PDIP yang menjawabnya nanti. Sebagai pemain, partai banteng moncong putih berhak mengkreasi taktik apa saja selama sesuai regulasi.
Kendati sama-sama satu rumah, Trimedya, Bambang Pacul, dan Ganjar berbeda arah. Saya tidak punya kapasitas untuk menilai arah siapa yang salah. Namun, bolehlah di antara sekian banyak jenis 'serangan' Trimedya kepada Ganjar, saya sepakat soal pentingnya track record.
Track record, rekam jejak, calon pemimpin memang penting. Apalagi buat calon pemimpin tertinggi, calon nakhoda kapal besar bernama Indonesia. Apakah track record Ganjar buruk seperti Trimedya bilang? Apakah sebagai gubernur, Ganjar acak adut? Tidak sedikit yang punya penilaian berbeda. Namun, kalau boleh jujur, tak banyak yang bicara soal kinerja Ganjar. Para pendukung fanatiknya pun nyaris tak pernah membeberkan prestasi sang idola.
Anggaplah Trimedya sedang mengingatkan yang sedang lupa. Lupa bahwa memilih pemimpin tidak boleh hanya didasarkan pada citra semata. Citra yang bisa dipoles, apalagi di zaman sekarang ketika media sosial dapat diandalkan sebagai pisau bedah plastik. Pisau untuk memoles seseorang yang sejatinya buruk terlihat baik. Atau sebaliknya, pisau untuk membuat seseorang yang sesungguhnya baik tampak buruk.
Memilih pemimpin berbasiskan pencitraan ialah awal malapetaka. Ngeblangsak kalau kate orang Betawi. Memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak ialah langkah yang bijak.
Tentu prinsip itu tak cuma untuk Ganjar, tapi juga untuk yang lain. Untuk Anies Baswedan, untuk Prabowo Subianto, untuk siapa pun bakal capres atau cawapres.
Penulis terkenal kelahiran Austria Peter F Drucker mengingatkan, ''Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya." Semoga pemimpin semacam itu yang dihasilkan Pemilu 2024. Masih cukup waktu bagi kita untuk mencermatinya.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved