Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Jangan Risaukan Aksi Pinggiran

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
08/6/2022 05:00
Jangan Risaukan Aksi Pinggiran
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEORANG kawan secara serius bertanya kepada saya: mengapa masih ada saja kelompok muslim yang anti-Pancasila? Bukankah Pancasila bukan saja tidak bertentangan dengan Islam, melainkan juga justru telah mencerminkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar Islam? Bukankah Pancasila juga dirumuskan oleh tokoh-tokoh penting umat Islam Indonesia?

Ia pun menyodorkan fakta terbaru penangkapan Abdul Qadir Hasan Baraja, sosok yang getol mengampanyekan sistem khilafah lewat Khilafatul Muslimin sembari menentang Pancasila sebagai bukti atas pertanyaannya itu. Abdul Qadir ditangkap polisi di Bandar Lampung, akhir pekan lalu.

Saya pun menjawab bahwa orang-orang atau komunitas penolak Pancasila itu hanyalah pinggiran. Arus besar umat Islam Indonesia sudah selesai dengan urusan konsensus Pancasila sebagai ideologi negara. Sejak lama, malah.

Ada dinamika di sana-sini dalam lintasan sejarah soal penafsiran Pancasila, itu bukan masalah besar. Toh, meminjam pendapat cendekiawan Nurcholish Madjid (Cak Nur), Pancasila itu ideologi terbuka. Sangat dinamis untuk dimaknai, senyampang masih dalam bingkai spirit kebangsaan dan mengakuinya sebagai ideologi konsensus bangsa.

Maka, kepada sang teman saya mengatakan untuk tidak terlalu merisaukan gerakan 'pinggiran' itu. Selama arus besar ormas Islam Indonesia setia mengawal Pancasila, jangan khawatir ideologi negara akan diganti, misalnya, dengan khilafah atau apa pun jenis dan bentuknya.

Ada suatu episode ketika Ketua Umum Partai Masyumi (partai Islam terbesar di Indonesia) Mohammad Natsir kerap disebut 'menomorduakan' Pancasila, hanya karena polemiknya dengan Bung Karno soal agama dan negara sebelum kemerdekaan. Namun, dengan lugas dan tegas M Natsir membantah bahwa ia menolak Pancasila.

Dalam berbagai kesempatan, baik di dalam negeri maupun di forum internasional, Natsir menegaskan betapa kompatibelnya Pancasila dan Islam. Dalam pidato berjudul Sumbangan Islam bagi Perdamaian Dunia di Karachi, Pakistan, pada 9 April 1952, Natsir antara lain berkata, “Pakistan adalah negara Islam. Hal itu pasti, baik oleh kenyataan penduduknya maupun oleh gerak-gerik haluan negaranya. Dan, saya katakan Indonesia juga adalah negara Islam, oleh kenyataan bahwa Islam diakui sebagai agama dan panutan jiwa bangsa Indonesia, meskipun tidak disebutkan dalam konstitusi bahwa Islam itu adalah agama negara. Indonesia tidak memisahkan agama dari (masalah) kenegaraan. Dengan tegas Indonesia menyatakan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa jadi tiang pertama dari Pancasila, kaidah yang lima, yang dianut sebagai dasar rohani, dasar akhlak dan susila oleh negara dan bangsa Indonesia.”

Lebih setahun kemudian, tepatnya pada 7 Mei 1953, dalam kuliah umum di Universitas Indonesia berjudul Negara Nasional dan Cita-cita Islam yang diselenggarakan atas permintaan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) A Dahlan Ranuwihardjo, Presiden (1945-1967) Soekarno saat menguraikan kedudukan Pancasila dan Islam secara khusus menyinggung pidato Natsir itu. “Tentang kedudukan Pancasila dan Islam, aku tidak bisa mengatakan lebih daripada itu dan menyitir Saudara Pemimpin Besar Masyumi, Mohammad Natsir. Di Pakistan, di Karachi, tatkala beliau mengadakan ceramah di hadapan Pakistan Institute for International Relation beliau mengatakan bahwa Pancasila dan Islam tidak bertentangan satu sama lain.”

Pada tahun berikutnya, di majalah Hikmah 29 Mei 1954, Natsir menurunkan tulisan berjudul Apakah Pancasila Bertentangan dengan Ajaran Al-Qur’an? Bagi Natsir, perumusan Pancasila ialah hasil musyawarah para pemimpin pada saat taraf perjuangan kemerdekaan memuncak di 1945. Natsir percaya, di dalam keadaan yang demikian, para pemimpin yang berkumpul itu, yang sebagian besar beragama Islam, pastilah tidak akan membenarkan sesuatu perumusan yang menurut pandangan mereka, nyata bertentangan dengan asas dan ajaran Islam.

Dengan nada retorik, Natsir bertanya, bagaimana mungkin Al-Qur’an yang memancarkan tauhid dapat apriori bertentangan dengan ide Ketuhanan Yang Maha Esa? Natsir sangat yakin dalam pangkuan Al-Qur’an, Pancasila akan hidup subur. Satu dengan yang lain tidak apriori bertentangan, tetapi tidak pula identik. Natsir yakin, di atas tanah dan iklim Islamlah, Pancasila akan hidup subur. Itu karena iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat ditumbuhkan dengan semata-mata mencantumkan kata-kata dan istilah Ketuhanan Yang Maha Esa itu di dalam perumusan Pancasila.

Berlainan soalnya, kata Natsir, apabila sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu sekadar buah bibir. Bagi orang-orang yang jiwanya sebenarnya skeptis dan penuh ironi terhadap agama, bagi orang ini, dalam ayunan langkahnya yang pertama saja Pancasila sudah lumpuh. Apabila sila yang pertama itu, yang hakikatnya urat-tunggal bagi sila-sila berikutnya sudah tumbang, seluruh sila lainnya akan hampa dan amorph, tidak mempunyai bentuk yang tentu. Yang tinggal ialah kerangka Pancasila yang mudah sekali dipergunakan untuk penutup tiap-tiap langkah perbuatan yang tanpa sila, tidak berkesusilaan sama sekali.

Dari sejak perumusan, pemantapan, hingga pelaksanaannya, justru arus utama umat Islam ikut mengawal Pancasila. Bahkan, tokoh-tokoh Islam Indonesia ikut 'memasarkan' prinsip-prinsip Pancasila ke dunia Islam melalui forum-forum internasional. Mereka menyebut Pancasila sebagai sumbangsih umat Islam Indonesia untuk perdamaian dunia.

So, teman, jangan risaukan aksi pinggiran, selantang apa pun teriakan mereka. Pancasila, asal dilaksanakan dengan murni dan konsekuen (istilah yang kerap dipakai Orde Baru), bakal tumbuh subur dan tetap kukuh.



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.