Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Jebakan Subsidi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
04/6/2022 05:00
Jebakan Subsidi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SUBSIDI negara kepada rakyatnya sebetulnya bertujuan mulia. Ia dimaksudkan untuk memberdayakan yang lemah agar bisa berlari dalam garis mula yang sama. Dengan subsidi, yang tak berdaya bisa berjalan, lalu lari kencang.

Namun, subsidi bisa menjadi jebakan, bahkan kutukan, bila berada di tangan yang salah dan dikelola secara salah pula. Di tangan pemburu rente, subsidi menjadi lahan basah mendulang fulus. Di tangan orang bermental meminta dan menuntut, subsidi menjadi candu. Ia harus diminta terus dan terus. Lagi dan lagi.

Apakah negeri ini telah 'tiba' dalam situasi seperti itu? Tidak sepenuhnya, tapi ada nuansa seperti itu. Kita merasa telah 'terjebak' pada persoalan subsidi. Hampir semua rezim mengeluhkan subsidi, terutama saat nilainya membengkak. Hampir tiap episode membuncitnya subsidi energi, orang meributkan subsidi yang salah sasaran.

Pun saat ini, ketika dunia dalam ancaman krisis pangan dan energi. Perang Rusia-Ukraina (Presiden Putin menganggap belum perang, melainkan pemanasan) telah membuat harga pangan dan minyak dunia membubung. Pekan ini, harga minyak dunia sudah menyentuh US$121 per barel, dua kali lipat dari perkiraan harga minyak di APBN 2022.

Jika perang tidak disudahi atau malah menjadi-jadi, prediksi harga minyak dunia menyentuh US$150 per barel bukan hal yang mustahil. Dalam kondisi seperti itu, pukulan telak dirasakan negara-negara net importir minyak, termasuk Indonesia. Sudah begitu, harganya mesti disubsidi pula. Sebagian salah sasaran pula. Itu berarti pukulan supertelak bertubi-tubi.

Akhir bulan lalu, Presiden Joko Widodo mengakui beratnya beban APBN bila subsidi akibat melambungnya harga minyak tidak dibenahi. Jokowi menyebut sampai saat ini harga bahan bakar minyak di Indonesia masih menjadi yang termurah jika dibandingkan dengan negara lain. Jokowi mencontohkan di Singapura, BBM sudah seharga Rp32 ribu per liter, Jerman Rp31 ribu per liter, dan Thailand Rp20 ribu per liter.

"Kita ini, kita, pertalite masih di angka Rp7.650, pertamax Rp12.500, yang lain sudah jauh sekali. Kenapa harga kita masih seperti ini? Karena kita tahan terus," ujar Jokowi saat memberikan pengarahan evaluasi Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 24 Mei 2022.

Jokowi menerangkan dampak dari pemerintah yang terus menahan laju kenaikan BBM dunia, jumlah dana subsidi BBM yang digelontorkan juga semakin membesar. Jokowi pun mempertanyakan sampai kapan pemerintah bisa terus menahan pembengkakan subsidi tersebut. "Sehingga saya minta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sekali lagi memiliki sense (of crisis) yang sama. Berat, nahan harga seperti itu, berat," ujar Jokowi.

Subsidi energi diproyeksikan melonjak sejalan dengan tingginya harga minyak mentah global. Alahsil, beban APBN diproyeksi juga melesat. Sejumlah analis ekonomi memprediksi subsidi energi, termasuk dana kompensasi ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina akan membengkak menjadi Rp320 triliun. Artinya, pemerintah harus menambah Rp190 triliun dari total subsidi tahun ini yang hanya Rp134 triliun.

Memang berat, tapi di mata orang-orang yang optimistis akan selalu ada jalan yang tersedia. Mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM dan tarif listrik sesuai harga keekonomian ialah jalan paling mudah. Namun, ia punya risiko amat besar pula. Risiko yang muncul ialah inflasi yang bakal terkerek akibat efek domino naiknya harga BBM yang diikuti kenaikan harga barang-barang lainnya. Ujung-ujungnya, daya beli masyarakat tergerus. Setelah itu, ekonomi kembali melesu.

Itu karena separuh dari pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh daya beli. Pandemi covid-19 telah membuktikan itu. Dalam kurun dua tahun pandemi, daya beli masyarakat terempas. Alhasil, pertumbuhan ekonomi pun terjun bebas. Malah kita sempat mengalami resesi saat pertumbuhan ekonomi kuartalan berturut-turut negatif.

Selain risiko ekonomi, menaikkan harga BBM dan tarif listrik secara berturut-turut, bahkan bersamaan, bakal memunculkan risiko politik. Suhu politik akan memanas, bahkan bisa mendidih, terutama bila terus dikipasi para petualang politik. Isu pemangkasan subsidi dalam perekonomian yang baru siuman seperti saat ini amat gurih untuk digoreng menjadi isu politik.

Lalu, dari mana pemerintah menambal kekurangan subsidi Rp190 triliun itu jika bukan dengan menaikkan harga? Lagi-lagi saya sependapat dengan sejumlah ekonom yang mengusulkan beberapa skema. Tambahan perkiraan subsidi Rp190 triliun bisa diambil dari sebagian windfall (keuntungan mendadak) pendapatan komoditas, realokasi anggaran infrastruktur, penghematan belanja pegawai, dan belanja barang. Selain itu, pemerintah bisa mengatasi kekurangan belanja subsidi energi dari pos belanja lain, seperti dana perlindungan ekonomi nasional (PEN), alokasi belanja infrastruktur, dana transfer daerah, serta belanja barang dan belanja pegawai.

Nanti, saat kuda-kuda perekonomian telah kukuh kembali, peninjauan harga BBM dan listrik bisa menjadi opsi. Tidak kalah penting agar negeri ini bisa keluar dari jebakan subsidi, perbaiki sistem, skema, dan sasaran subsidi. Tutup peluang subsidi di tangan orang yang salah dan dikelola secara salah pula.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.