Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Formula E bukan Moto-GP

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
03/6/2022 05:00
Formula E bukan Moto-GP
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BALAPAN jet darat listrik atau istilah kerennya Formula E untuk pertama kalinya benar-benar bakal dihelat di Jakarta, di Indonesia, besok. Tidak gampang untuk mewujudkan keinginan itu. Jalan yang dilalui penuh liku, dukungan pun jauh dari takaran yang diharapkan.

Formula E akan diselenggarakan di Jakarta International E-Prix Circuit. Lokasinya di Ancol. Lokasi ini bukan pilihan utama. Ia pilihan pengganti setelah rencana semula untuk menggelar balapan di Monas gagal. Pemerintah pusat tak mengizinkan.

Soal sirkuit hanyalah sedikit dari sekian banyak permasalahan. Permasalahan yang harus kita katakan terkait erat dengan politik. Politik yang tak lain karena Formula E merupakan hajatan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Di lintasan, Formula E memang tidak sebising Formula 1 atau Moto-GP. Namun, di luar lintasan, kebisingannya mengalahkan jenis balapan apa pun. Bising bukan karena suara knalpot atau raungan mesin, melainkan lantaran kerasnya suara-suara penentangan.

Setidaknya dua fraksi di DPRD DKI Jakarta tiada henti menyoal Formula E. PDI Perjuangan dan PSI tak pernah kehabisan energi untuk mempersoalkan hajatan berbiaya ratusan miliar rupiah itu. Interpelasi mereka inisiasi, tetapi selalu nihil atensi. Ketua Umum PSI Giring Ganesha pun menggugat event itu dengan vulgar, dengan kasar.

Meski hidung kita tutup rapat-rapat, aroma politik di Formula E tetap tercium kuat. Politik yang bahkan tak hanya sebatas rivalitas lokal, tetapi menasional.

Baiklah kita bandingkan sikap pusat terhadap Formula E dan Moto-GP. Keduanya ialah event kelas dunia. Keduanya sama-sama digelar di Indonesia. Namun, perlakuan pemerintah atau setidaknya orang-orang di pemerintahan jauh berbeda.

Kita semua tahu, Moto-GP telah berlangsung di Sirkuit Mandalika pada 18-20 Maret. Kita bersyukur balapan berlangsung lancar. Kita bangga, dari Mandalika, nama Indonesia mendunia.

Kita semua juga tahu, dukungan pusat terhadap Moto-GP sungguh luar biasa. Perhatian para menteri hingga Presiden Jokowi tinggi sekali. Mas Menteri Sandiaga Uno begitu sibuk, termasuk melepas 10 food truck (truk makanan) untuk mengenalkan kuliner di perhelatan itu. Menurutnya, Moto-GP ialah showcase, ruang pamer yang tepat untuk mempromosikan kekayaan Indonesia.

Mas Menteri Erick Thohir tak kalah sibuk. BUMN yang berada di bawah kendalinya pun membanjiri Moto-GP sebagai sponsor. PT Pertamina bahkan menjadi title sponsor, sponsor utama, hingga balapan bertajuk Pertamina Grand Prix of Indonesia.

BUMN-BUMN lainnya juga. Mereka ramai-ramai menggelontorkan dana. Sebut saja PT Telkom Indonesia, PT Telkomsel, BRI, Bank Mandiri, PGN, dan Bank Tabungan Negara.

Apa yang dilakukan pusat di Mandalika tepat. Apa yang diperlihatkan Mas Menteri Sandi dan Mas Menteri Erick memang sudah semestinya. Menjadi tuan rumah Moto-GP ialah pertaruhan negara sehingga seluruh elemen bangsa punya tanggung jawab mendukung dan ikut menyukseskannya. Itulah yang sudah mereka tunjukkan.

Bagaimana dengan di Formula E? Sulit untuk tidak mengatakan bahwa perhatian pusat njomplang. Kalau boleh diibaratkan, Moto-GP anak kandung dan Formula E anak pungut. Keduanya tinggal satu rumah, sama-sama ingin mengharumkan nama orangtua, tapi diperlakukan berbeda.

Tidak ada sesuatu yang istimewa dari pusat untuk Formula E. Semua biasa saja, bahkan tidak biasa. Baiklah kita ambil satu contoh masalah sponsorship. Jika Moto-GP kebanjiran sponsor BUMN, Formula E kering kerontang. Pada Rabu (1/6), VP Organizing Committee Iman Sjafei memastikan Formula E tanpa dukungan satu pun BUMN.

Ya, sponsor BUMN untuk Formula E nol. Kurang menarikkah Formula E bagi mereka? Formula E memang tidak semewah F1. Formula E memang tidak seseksi Moto-GP. Usia Formula E masih terbilang muda. Ia baru mulai digeber pada 2014. Bandingkan dengan F1 yang mulai dihelat pada 1950 dan Moto-GP pada 1949. Ia masih kalah pamor.

Namun, bicara Formula E tak sekadar ngomongin marketing. Lagi pula, ada 29 perusahaan swasta yang sebagian kelas dunia mau mensponsori Jakarta E-Prix. Artinya, ia punya nilai jual.

Selebihnya, ada nama negara di situ. Yang tak kalah penting, ada misi mulia untuk masa depan manusia di sana. Formula E berbasiskan energi listrik, bukan bahan bakar fosil. Bukankah energi ramah lingkungan menjadi agenda utama negara saat ini? Bukankah pemerintah sedang bergairah mempromosikan kendaraan listrik?

Jika begitu, kenapa BUMN ogah terlibat di Formula E? Pertanyaan itu gampang-gampang susah untuk dijawab. Susah karena tidak ada kepastian dari mereka kenapa tak mau menjadi sponsor. Gampang, sebab kesan adanya rivalitas politik begitu kuat.

Organizing Committee Formula E Ahmad Sahroni wajar kesal kepada semua pihak yang mengaitkan Formula E dengan isu politik. Baginya, ''Satu saja kok, ini branding-nya negara, NKRI, kita enggak ada yang lain, enggak ada urusan apa pun. Jadi, gak ada urusan Anies, pilpres, ini urusan negara.''

Sahroni benar. Semoga, meski dukungan tak sekencang Moto-GP, balapan Formula E di Jakarta, di Indonesia, besok, lancar.

 



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.