Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

'Aqlun Shahih wa Qalbun Salim

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
31/5/2022 05:00
'Aqlun Shahih wa Qalbun Salim
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PERBINCANGAN seputar kepribadian yang memiliki integritas mengemuka seiring dengan wafatnya tokoh besar yang melampaui zaman, Buya Syafii Maarif. Integritas menjadi barang langka di Republik ini karena berbagai masalah yang membelit negeri ini utamanya berasal dari integritas yang rapuh.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan atau kejujuran. Singkat kata, integritas adalah berpadunya kata dan perbuatan. Kata-kata bukan pemanis bibir, melainkan pancaran dari tekad dan komitmen untuk menjadi prilaku dalam keseharian.

Ada yang aneh di Republik ini. Bila kita temukan tulisan 'pakta integritas', 'zona antikorupsi', atau 'zona bebas pungli' di kementerian/lembaga, tol, atau tempat-tempat pelayanan publik, hampir bisa kita pastikan bahwa di kawasan tersebut terjadi realitas sebaliknya: tidak berintegritas, koruptif, banyak calo, atau pungli.

Setidaknya hal tersebut bisa kita lihat dari operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), temuan Saber Pungli, dan penegak hukum lainnya di kawasan-kawasan tersebut.

Indonesia tidak pernah kekurangan sumber nilai dalam penguatan integritas. Salah satunya ialah Pancasila yang akan kita rayakan hari lahirnya pada 1 Juni, besok. Integritas akan terbentuk apabila seseorang memiliki karakter yang kuat.

Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Desain Induk: Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, RI 2010)

Pembangunan karakter bangsa yang berkepribadian Pancasila membutuhkan upaya sistematis dalam membangun aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Karakter bangsa yang kuat bisa diwujudkan dalam ketaatan terhadap hukum, karenanya prinsip kesetaraan di muka hukum (equality before the law) merupakan hal yang mendasar. Bisa pula dikembangkan secara kultural melalui perilaku tokoh-tokoh masyarakat yang patut dicontoh.

Kepribadian yang tampak dalam sosok Buya Syafii Ma'rif, misalnya, tak lepas dari pepatah Minangkabau, yakni duduak samo randah, tagak samo tinggi  (duduk sama rendah, tegak sama tinggi).

Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 itu memperlihatkannya dalam perilaku keseharian. Tak hanya berperilaku dalam keseharian, tokoh kelahiran Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau, pada 31 Mei 1935 itu memiliki pemikiran yang egaliter dalam berbagai hal.

Dalam pandangan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Buya Syafii ialah sosok perpaduan antara Mohammad Hatta dan HAMKA, tokoh bangsa dan sekaligus tokoh Islam humanis dan egaliter yang berwawasan luas. Buya ialah sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Tidak tergoda dengan harta dan takhta. Bahkan, terkesan tidak peduli dengan diri sendiri dengan berpantang pada hal-hal yang bersifat duniawi (asketisme).

Penulis disertasi Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia itu juga berani 'pasang badan' dalam menjaga nilai-nilai pluralisme. Misalnya, pada November 2016, ia membela Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan mengatakan Ahok tidak melakukan penistaan agama. Pandangannya itu melawan pendapat mayoritas tokoh Islam lainnya, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah memfatwakan bahwa Ahok melakukan penistaan agama Islam.

Di tengah kecaman sebagian kalangan Islam, Buya Syafii tidak gentar dengan sikapnya. Meski kediamannya dijaga kepolisian setempat saat itu, Buya masih melakoni kebiasaannya sehari-hari, seperti bersepeda dan memberikan ceramah.

Buya ialah sosok yang teguh pada kebenaran yang diyakininya. Menurutnya, kebenaran tidak sekonyong-konyong datang. Kebenaran juga tak bisa dipaksakan. "Untuk mencari kebenaran, ada dua syarat, 'aqlun shahih wa qalbun salim (akal yang sehat dan hati yang bening). Ketika itu ada, baru kebenaran bersahabat dengan kita. Tanpa itu, tidak bisa," kata Buya dalam wawancara khusus dengan Media Indonesia pada 14 November 2016. Tabik!



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.