Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Pangan sebagai Panglima

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
18/5/2022 05:00
Pangan sebagai Panglima
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BENAR belaka apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo sekitar empat setengah tahun lalu. Ketika itu, saat menyampaikan pidato pada Dies Natalis Institut Pertanian Bogor, pada September 2017, Jokowi menyampaikan pesan khusus. Di kampus IPB Bogor, dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa ke depan, bukan politik dan hukum yang akan menjadi panglima, melainkan justru urusan pangan.

Siapa yang punya pangan, kata Jokowi dalam orasinya, dia yang mengendalikan. Ke depan, seluruh negara berebut pangan, energi, dan air sehingga perlu disiapkan logistik yang memadai agar negara tidak mudah ditundukkan. "Tanpa ketersediaan logistik yang mencukupi, negara ini mudah dikalahkan," kata Jokowi.

Jokowi menegaskan, negara mudah ditundukkan karena ke depan bukan politik lagi yang jadi panglima. Pula, mungkin bukan hukum lagi yang jadi panglima. "Saatnya pangan yang menjadi panglima," katanya.

Karena itu, paradigma-paradigma baru dan inovasi baru tentang pangan harus dikeluarkan dan diciptakan. Tanpa itu, tandas Jokowi, sulit rasanya kita berkompetisi, sulit pula kita bersaing dengan negara lain.

Hanya kurang dari setengah dekade, ucapan Kepala Negara itu mendekati terbukti. Saat perang Rusia dengan Ukraina pecah, sebagian dunia mulai panik. Tidak terkecuali negara-negara raksasa seperti Amerika Serikat, khususnya negara-negara di Eropa.

Pangkalnya, Rusia dan Ukraina sebagai penyuplai gandum penting di dunia mulai menggunakan komoditas pangan penting tersebut sebagai alat negosiasi dan 'teror'. Rusia memblokade kapal-kapal pengangkut gandum asal Ukraina untuk dipasok ke sejumlah negara. Rusia yang diblokade ekonomi, tak sudi lagi memasok bahan pangan utama di sejumlah negara itu.

Padahal, selama beberapa tahun terakhir, Rusia memproduksi hampir 80 juta ton gandum per tahun dan mengekspor hampir 30 juta ton, sedangkan Ukraina mengekspor sekitar 20 juta hingga 25 juta ton gandum per tahun. Pangan pun jadi alat tawar-menawar yang amat menentukan.

Beberapa saat setelah Rusia dan Ukraina mengurangi, bahkan menyetop, pasokan gandum, dunia dilanda kepanikan. Tiap-tiap negara berlomba mengamankan pasokan pangan mereka sendiri-sendiri. Terbaru, mulai pekan ini, India juga melarang sementara waktu ekspor gandumnya. Padahal, India memasok sekitar 12 juta ton gandum per tahun untuk kebutuhan global.

Krisis pangan dunia pun di pelupuk mata. Sebuah laporan baru oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) telah memperingatkan tentang dampak perang terhadap situasi pangan di Afrika. Antara 2018 dan 2020, impor gandum dari Rusia menyumbang hampir sepertiga dari total kebutuhan gandum Afrika. Sementara itu, sekitar 12% kebutuhan gandum berasal dari Ukraina.

Laporan UNCTAD mengatakan krisis pangan itu mengancam hingga 25 negara Afrika, terutama negara dengan ekonomi kurang berkembang dan sangat bergantung pada impor gandum dari Rusia dan Ukraina. Laporan itu juga memperingatkan, kurangnya kapasitas cadangan pangan di Afrika membatasi kemungkinan untuk mengimbangi pasokan yang hilang. Situasi tersebut diperparah oleh melonjaknya harga pupuk yang akan menjadi beban tambahan bagi petani.

Krisis gandum membuat sejumlah negara mulai melirik beras. Akibatnya, kebutuhan beras sebagai substitusi pun naik. Ujung-ujungnya, harga beras pun mulai naik. Harga beras dunia melonjak 4,2% menjadi US$16,89 per 100 pounds, level tertinggi sejak Mei 2020. Harga beras juga melaju naik ke level 11% secara mingguan, level tertinggi sejak 2018.

Di sejumlah daerah di Indonesia, harga beras kualitas super dan kualitas bawah juga mulai naik. Di Bali, harga beras super naik 3,5% dalam beberapa pekan terakhir. Di Jawa Tengah, harga beras kualitas bawah juga mulai naik 0,44%. Meski baru naik tipis, patut kiranya soal beras ini segera diantisipasi, juga soal masih stabil tingginya harga sejumlah komoditas pangan lainnya di dalam negeri.

Jika kenaikan harga pangan akibat krisis pangan dunia ini bertemu dengan para pemain harga di dalam negeri, bakal datang krisis pangan kuadrat. Penderitaannya bakal bertumpuk-tumpuk. Apalagi jika para mafia itu kian paham bahwa pangan merupakan 'panglima baru' yang amat strategis. Di tangan mereka yang culas, krisis ialah kesempatan, tapi dalam pengertian negatif.

Maka, mengingat kembali pernyataan Jokowi bahwa pangan bakal menjadi panglima atau pengendali, penting kiranya agar Satgas Pangan bergerak gesit dan taktis. Bukti bahwa mesin-mesin negara bekerja ialah bila harga-harga pangan itu tidak bergerak liar dan terkendali.

Kalau mesin-mesin itu macet, kehabisan bahan bakar, atau masuk angin, ya, jangan heran kalau harga-harga pangan itu terus terkerek. Melambung hingga lupa turun, membubung hingga tidak tersentuh, apalagi terjangkau oleh tangan-tangan ringkih sebagian rakyat sendiri.



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.