Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
JAGAT maya itu memang berisik. Di era media sosial saat ini, tidak ada yang lepas dari sorotan netizen. Bagi para pendengung, perkara remeh-temeh bisa menjadi amat penting asal ia konvergen dengan algoritma. Sebaliknya, banyak kreasi lahir tanpa sorotan memadai karena ia tidak membawa dampak bagi follower.
Presiden Joko Widodo amat sering merasakan itu. Seperti saat kepergiannya ke Amerika Serikat untuk menghadiri KTT ASEAN Plus AS. Itu membuat jagat maya berdengung kencang. Para pendengung kira-kira menyeru bahwa Jokowi ternyata tidak ada apa-apanya di mata AS. Kesimpulan itu mereka dapatkan dari fakta penjemputan Kepala Negara saat mendarat di Washington DC.
Saat tiba di ibu kota 'Negeri Paman Sam' itu, Jokowi tidak disambut pejabat tinggi AS. Tidak satu pun. Jokowi 'hanya' disambut Penasihat Khusus untuk Kepala Protokol AS Asel Roberts. Tidak ada Menlu AS. Tidak juga Wapres AS. Apalagi, Presiden AS Joe Biden. Bagi netizen, itu sudah cukup untuk menilai seperti apa Jokowi di mata Amerika.
Sekali lagi, rumus medsos itu kesesuaian dengan algoritma. Medsos umumnya tidak peduli kejelasan dan kejernihan berpikir. Saya sepakat dengan apa yang ditulis Yudi Latif. Di era medsos, kata dia, saat algoritma menjadi ukuran keterpandangan seseorang, praktik-praktik skandal sensasional asal terkenal bisa mendapat insentif banyak pengikut (followers). Adapun praktik-praktik keteladanan terpuji yang bergerak dalam sunyi akan sepi perhatian dengan sedikit pengikut.
Soal penyambutan Presiden, bagi netizen menjadi mahapenting. Dengungan soal itu amat seksi. Sensasional. Potensi tambahan pengikut pun besar. Padahal, di mana-mana, kehadiran seorang kepala negara dalam rangka KTT tidak wajib disambut pejabat tinggi. Tidak adanya pejabat tinggi AS yang menyambut Jokowi terjadi karena memang bukan kunjungan bilateral.
Perlakuan serupa juga diberikan Amerika kepada kepala negara dan kepala pemerintahan ASEAN lainnya, yakni Malaysia, Kamboja, dan Vietnam, saat tiba di hari yang sama. Mereka juga disambut Special Adviser to the US Chief of Protocol, Asel Roberts, staf yang juga menyambut Jokowi. Presiden pun akhirnya dijamu Presiden Amerika Joe Biden. Jokowi juga dijamu secara resmi oleh Wapres AS Kamala Harris.
Fakta sesungguhnya justru kebalikan dari apa yang diramaikan di medsos. Saya menerima tulisan panjang berisi kesaksian dari Staf Khusus Presiden RI Billy Mambrasar. Ia memang bukan ikut dalam rombongan Presiden. Tapi, Billy sudah dua hari di AS sebelum Jokowi tiba. Ia menjadi saksi mata bagaimana para tokoh penting di Amerika memuji dan menghargai Jokowi.
Ia menulis tentang Jokowi sebagai sosok yang disegani oleh sejumlah pemimpin dunia di Amerika. "Pak Jokowi sangatlah disanjung oleh pimpinan perwakilan negara, dunia usaha internasional, juga pemerintah Amerika Serikat!" tulis Billy.
Dalam rapat bersama dengan John Kerry, Ketua Unit Perubahan Iklim Amerika Serikat, Billy menukas, kebesaran nama Jokowi terungkap. Kepada Ketua Kadin Pusat, John Kerry menyampaikan pujian atas kepemimpinan Presiden Jokowi, yang dalam arus deras tuntutan percepatan pembangunan Indonesia tetap memegang teguh prinsip-prinsip keberlanjutan. Terinspirasi aksi Jokowi, Amerika, John melanjutkan, juga akan melakukan aksi serupa.
Dalam rapat bersama dengan USA Chamber of Commerce, pujian juga dilayangkan atas dukungan Presiden Jokowi terhadap pengembangan sektor digital di Indonesia yang sempat menjadi tolok ukur Amerika Serikat juga. Dalam pakta perjanjian internasional yang sedang didorong Amerika Serikat, yang diberi nama Indo-Pacific Strategy, pengembangan UMKM dan sektor digital menjadi prioritas kerja sama AS dengan negara-negara Asia dan Pasifik. Indonesia pun dijadikan sebagai mercusuar.
Itu terjadi, tulis Billy, karena di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia berhasil menelurkan 2.346 startup. Itu menjadi salah satu yang terbesar, dan negara dengan jumlah startup terbanyak kelima di dunia. Dua usaha rintisan Indonesia bahkan akan menjadi acuan pembelajaran bisnis di sekolah bisnis ternama di Amerika Serikat.
Jadi, kesimpulannya, di mata para pemimpin Amerika, Presiden Jokowi itu 'ada apa-apanya'. Banyak, malah. Itulah yang membuat Jokowi dipuji, disegani, dihormati. Fakta itu jauh dari gemuruh dengungan di media sosial yang sebagian besar 'menghamba' pada algoritma.
Seolah memenuhi bayangan penyair sufi Jalaluddin Rumi, "Benih tumbuh dengan tanpa suara. Dahan jatuh dengan gemuruh. Destruksi itu penuh keriuhan, sedangkan kreasi itu penuh kesunyian."
Selanjutnya terserah kita: tunduk pada kuasa algoritma atau siap mengemban tugas kewarasan jika kita menghendaki tumbuhnya keteladanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Monggo kerso.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved