Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Cerah Buram Ekonomi Kita

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
11/5/2022 05:00
Cerah Buram Ekonomi Kita
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA dua berita kontras terkait dengan perekonomian kita, pekan ini dan pekan lalu. Berita pertama, isinya menggembirakan. Tapi, berita kedua, memilukan. Terdapat kaidah psikologis dalam menyampaikan dua berita yang bertolak belakang. Yaitu, dahulukan kabar baik, kemudiankan kabar buruk.

Demi mengikuti rumus itu, baiklah kiranya bila saya menyampaikan dulu kabar baik. Berita gembira itu menyangkut pertumbuhan ekonomi kita di kuartal I 2022 yang mulai menggeliat. Angkanya menuju normal seperti sebelum pandemi. Bahkan, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS), awal pekan ini, mengumumkan ekonomi kita tumbuh 5,01% secara tahunan (yoy) di tiga bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan di atas 5% ini meneruskan pertumbuhan pada kuartal IV 2021 yang sebesar 5,02%. Tingginya pertumbuhan tersebut merupakan lambang bahwa ekonomi mulai menggeliat setelah pada awal tahun lalu masih terkontraksi.

Berbagai indikator, mulai dari ekspor, perdagangan, hingga konsumsi masyarakat tumbuh positif. Alhasil, lapangan kerja bertambah. Jumlah angkatan kerja yang terserap akibat geliat ekonomi itu juga meningkat. Jumlah peningkatannya lebih dari 4,5 juta orang.

Jadi, segala capaian kabar baik itu amat patut kita syukuri. Tapi, mengiringi kabar baik, ada juga kabar kurang baik. Yang terakhir ini menyangkut naiknya harga-harga kebutuhan pokok, khususnya pangan dan energi. Di sejumlah wilayah, melambungnya harga-harga itu telah memukul daya beli, bahkan merontokkan sendi-sendi pertahanan ekonomi rumah tangga.

Sebuah kabar memilukan datang dari Sragen, Jawa Tengah, pekan lalu. Dalam satu hari, ada tiga orang tewas gantung diri di tempat berbeda, tapi karena sebab yang sama, yakni merasa tidak kuat lagi menahan beban ekonomi. Dua korban di antaranya merupakan ayah dan anak. Persoalan ekonomi diduga menjadi alasan korban A mengakhiri hidupnya. Sebelum menggantung diri, A diduga menggantung putrinya terlebih dahulu. Saat ini, istri A tengah bekerja sebagai pekerja migran di Singapura.

Di tempat lain di Sragen, seorang warga bunuh diri juga karena tekanan kemiskinan ekstrem yang menderanya. Sebelum menggantung diri, ia meninggalkan selembar kertas berisi pesan yang dipaku di tembok. Pesan yang ditujukan kepada orangtuanya itu berisi pernyataan menitipkan keluarganya karena ia sudah tidak sanggup lagi didera kemiskinan.

Peristiwa di Sragen itu memberi pesan sangat penting bahwa pertumbuhan ekonomi harusnya dirasakan langsung sampai di level paling dasar. Mereka yang berada dalam kondisi kemiskinan ekstrem ini jumlahnya masih besar. Ibarat menanak nasi, mereka ini kerak yang sangat sulit diangkat atau dientaskan.

Jumlah mereka yang hidup dalam kondisi miskin ekstrem ini masih sekitar 10,8 juta jiwa, atau 4% dari total populasi kita yang 273 juta jiwa. Mereka ini jelas langsung tidak berkutik begitu harga-harga kebutuhan pokok naik. Berbagai literatur menunjukkan bahwa penduduk yang hidup dalam kemiskinan ekstrem ini memiliki pengeluaran di bawah Rp12 ribu per orang per hari.

Naiknya harga-harga kebutuhan pokok juga membuat angka inflasi membengkak. Kini level inflasi sudah mencapai 3,47% (year-on-year/yoy) atau tertinggi sejak 2019. Bahkan, inflasi April 2022 sudah mencapai 0,95%. Ini menjadi rekor tertinggi inflasi sejak 2017.

Tingginya inflasi memang menunjukkan geliat ekonomi. Tapi, inflasi yang membubung jelas menggerus daya beli. Kalau daya beli terpukul, pertumbuhan ekonomi yang separuhnya disokong sektor konsumsi juga akan terpangkas. Lebih mengerikan lagi, inflasi yang tidak terkendali bakal menambah dan menimbun jumlah kemiskinan ekstrem.

Statistik moncer pertumbuhan ekonomi di dua kuartal berturut-turut, yakni 5,02% di kuartal keempat 2021 dan 5,01% di kuartal pertama 2022, kiranya mesti dibarengi ikhtiar keras nan cerdas menstabilkan harga-harga. Membuat agar harga-harga pokok itu terjangkau hingga lapisan paling bawah. Sebab, dengan stabilisasi harga-harga tersebut, inflasi bisa dikendalikan, pertumbuhan ekonomi bisa digaransi keberlanjutannya.

Semoga ekonomi kita benar-benar cerah, dirasakan cerah oleh semua lapisan. Tidak sekadar cerah di lapisan tertentu, tapi buram di lapisan lain, atau bahkan masih gelap untuk mereka yang hidup pengap oleh perangkap kemiskinan akut.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.