Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
LUHUT Binsar Pandjaitan kian ramai jadi objek pembicaraan. Dia yang sudah akrab di media arus utama maupun medsos semakin akrab lantaran idenya agar masa jabatan Presiden Jokowi diperpanjang.
Sebenarnya wacana itu sudah lama mengemuka. Demikian halnya dengan gagasan agar presiden bisa menjabat tiga periode. Pewacana dan penggagasnya pun beragam, mulai dari petinggi lembaga survei hingga elite-elite politik.
Tidak hanya Luhut. Tetapi, boleh dibilang Luhut termasuk yang paling getol. Dia punya semangat tempur luar biasa untuk menjadikan wacana itu terus menyesaki ruang publik.
Luhut adalah Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman. Eksistensinya di lingkaran Istana sangat diperhitungkan. Dia sangat dekat dengan Presiden. Dia orang kepercayaan Presiden.
Kedekatan Luhut bahkan sudah terjalin sejak Jokowi menjabat Wali Kota Surakarta, jauh sebelum Jokowi menjadi presiden. Tak berlebihan jika ada yang menyebut keduanya sudah sejiwa. Saling membutuhkan.
Tak berlebihan pula jika Luhut ingin betul masa jabatan Jokowi ditambah. Maka, rupa-rupa alasan dikemukakan. Beragam pembenaran dia sajikan. Tidak soal apakah alasan dan pembenaran itu sesuai realitas atau cuma mengada-ada.
Bagi Luhut, justru mereka yang mengharuskan Jokowi selesai pada 2024 yang layak dipertanyakan. ''Saya tanya kamu, apa alasan Pak Jokowi turun?" tanyanya kepada pewarta di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (15/3).
Luhut mengklaim banyak mendengar aspirasi rakyat soal penundaan Pemilu 2024. Menurutnya, banyak yang bertanya kenapa harus menghabiskan dana selangit untuk pemilu, padahal pandemi covid-19 belum usai.
Luhut mengklaim, banyak yang menyatakan kondisi saat ini relatif tenang. Sebaliknya, pemilu untuk mengganti pimpinan negara bisa mengubah situasi karena adanya poros-poros dukungan ke calon tertentu. Dia mengaku juga sudah capai mendengar istilah cebong lawan kadrun.
Luhut mengklaim bahwa dirinya tak mengada-ada soal big data 110 juta warganet yang meminta Pemilu 2024 ditunda. Dia menampik tudingan validitas data itu, tapi enggan membuka data itu ke publik. Elok nian jika dibuka sehingga bisa diuji apakah ia memang big data atau malah big lie. Apakah ia data yang teruji atau hanya ilusi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bertanya artinya meminta keterangan (penjelasan dan sebagainya) atau meminta supaya diberi tahu (tentang sesuatu). Kalau Luhut bertanya alasan orang mengharuskan Pak Jokowi turun (pada 2024), dia mungkin memang tidak tahu.
Akan tetapi, bisa jadi juga Luhut kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Dia bak sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula. Apa tujuannya? Apakah untuk diskusi, untuk menguji, atau untuk menyelidiki? Hanya Pak Luhut yang paling mengerti.
Namun, bolehlah kita paparkan lagi kenapa Jokowi harus selesai pada 2024. Pak Jokowi harus beranjak dari dari kursi RI-1 setelah nanti genap lima tahun menjabat. Konstitusi menggariskan presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Jelas, sangat jelas.
Bolehkah presiden menjabat lebih dari lima tahun untuk satu periode? Kalau mau, ubah dulu konstitusinya. Haruskah konstitusi direvisi untuk memperpanjang masa jabatan Jokowi? Dari hasil survei lembaga-lembaga tepercaya, mayoritas rakyat menolak pemilu ditunda yang berarti masa jabatan Jokowi ditambah. Dengan kata lain, mereka menolak konstitusi diamendemen lagi.
Sesimpel itu alasan bahwa Pak Jokowi turun (pada 2024). Alasan itu pun sudah berulang kali digaungkan. Ia bukan barang baru, tetapi tetap menjadi jawaban jitu tiap kali ada yang coba-coba mengkhianati reformasi.
Jelas sudah, rakyat taat pada konstitusi. Karena itu, selesai sudah sejatinya perdebatan soal perlu tidaknya perpanjangan jabatan presiden. Berakhir sudah polemik soal perlu tidaknya pemilu ditunda. Juga, usai sudah silang pendapat soal jabatan presiden tiga periode.
Menurut penulis Jerman, Cornelia Funke, kekuasaan bagaikan anggur bila kau memilikinya. Bagaikan racun bila kau kehilangannya. Insan politik pun cenderung terus menikmati anggur, bukan racun.
Godaan untuk terus berkuasa amatlah dashyat. Temuan Alexander Baturo dalam buku The Politics of Presidential Term Limits (2019) menyebutkan, banyak presiden baik dari rezim demokratis maupun otoriter telah menambahkan durasi jabatan kepresidenannya. Sepanjang 1945 sampai 2017, setidaknya 94 presiden melakukan itu. Kita tidak ingin Jokowi masuk daftar. Karena itu, janganlah dia terus digoda.
Kata Munir, biarkan rakyat yang menentukan arah bangsa ini akan dibangun dan bagaimana rakyat akan menjaga masa depannya, sebab rakyat pemilik sah konstitusi. Rakyat sudah berkehendak pemilu untuk menyirkulasi pemimpin tetap dihelat pada 2024.
Opung Luhut, itulah alasan Pak Jokowi mesti turun (pada 2024). Hanya kepatuhan pada konstitusi. Tidak ada yang lain. Bolehlah kita balik bertanya, apa sebenarnya alasan Pak Luhut begitu gigih agar Pak Jokowi tak turun di 2024?
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved