Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Mengeluhkan Wirausaha

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
22/12/2021 05:00
Mengeluhkan Wirausaha
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA keluhan klise yang disampaikan berbagai kalangan secara berulang-ulang dalam dua dekade terakhir di negeri ini. Itulah keluhan tentang minimnya wirausahawan dan wirausahawati di Indonesia. Jumlah entrepreneur di Republik ini, baik yang besar, menengah, kecil, maupun superkecil, baru 3,4% dari total populasi.

Angka itu masih kalah jauh bila dibandingkan dengan jumlah pengusaha di negara maju. Juga, baru separuh total jumlah pengusaha di negeri jiran Malaysia. “Negara-negara maju sudah double digit. Malaysia sudah 6%, Singapura 12%. Kenapa? Karena kesempatan (menjadi pengusaha) itu yang tidak sepenuhnya kita buka,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, di Bali, akhir pekan lalu.

Dalam percaturan global yang digerakkan ekonomi pasar, jumlah pengusaha menjadi faktor sangat-sangat penting. Ia berbanding lurus dengan kemajuan ekonomi negara. Ia seperti dua sisi mata uang bagi penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja.

Maka, wajar bila banyak yang geregetan melihat laju pertambahan pengusaha kita seperti siput. Terlalu lamban.

Padahal, kita butuh percepatan, apalagi di tengah seretnya ekonomi. Menteri Bahlil bahkan sampai mengatakan perusahaan swasta, baik besar maupun kecil, merupakan pahlawan ekonomi ketika pandemi saat ini. Hal itu disebabkan para pelaku usaha, terutama UMKM, bisa meningkatkan daya beli masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja sehingga memberikan masyarakat kepastian pendapatan.

Kenapa entrepreneur dibutuhkan? Jawaban yang pertama sekali ialah untuk mengurangi pengangguran. Apabila jumlah tenaga kerja semakin meningkat, pengangguran akan semakin bertambah, kecuali apabila jika ada lapangan kerja yang semakin bertambah juga.

Di sinilah peran entrepreneur: membuka lapangan kerja bagi para tenaga kerja. Seandainya di Indonesia ini ada 6% penduduk menjadi entrepreneur, membuka lapangan kerja, dan anggaplah setiap entrepreneur mempekerjakan sedikitnya 10 tenaga kerja, maka setidaknya 60% bangsa Indonesia ini memiliki pekerjaan. Sisa 40% lainnya bisa bekerja di lapangan kerja yang disediakan pemerintah.

Pengusaha itu bahan bakar penting pertumbuhan ekonomi. Khususnya sebagai pendongkrak daya beli masyarakat karena menyerap lapangan kerja. Ada 131 juta lapangan pekerjaan di Indonesia yang terserap dunia usaha. Kontribusi terbesar dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 120 juta. Dari total unit usaha kita, 99,7% alias 64 juta, berbentuk UMKM.

Dunia usaha juga memiliki jejak penting menyelamat ekonomi. Saat krisis 1998, ketika inflasi kita 88%, defisit 13%, cadangan devisa merosot tinggal US$17 miliar, pengangguran merajalela, UMKM tampil menjaga pertahanan ekonomi kita. Setelah itu, berangsur-angsur ekonomi kita pulih. Kesadaran pentingnya memiliki jumlah entrepreneur yang mencukupi mulai tumbuh seperti kecambah. Sayangnya, kesadaran tentang itu baru ramai di podium dan mimbar-mimbar seminar.

Hingga tiga dekade kemudian, keriuhan wacana masih sulit berbuah di alam nyata, di tataran aksi. Hingga pandemi terjadi. Lalu, keluhan itu muncul lagi. Seperti memutar kaset yang sama, kusut pula, dengan lagu yang sama juga. Artinya, tidak banyak sistematisasi yang tercipta untuk mencetak wirausaha.

Menurut sebuah teori, untuk bisa makmur, sebuah negara harus memiliki minimal 2% penduduknya merupakan wirausaha. Namun, seperti saya sebutkan di atas, negara-negara makmur melipatgandakan syarat itu menjadi dua digit. Artinya, syarat minimal untuk makmur harus diubah, dari memiliki entrepreneur 2% menjadi minimal 10% penduduk.

Sanggupkah itu? Mestinya bisa. Awal pekan ini, pemerintah meluncurkan sertifikat badan hukum dan peresmian pembukaan Rakornas BUM Desa. Badan usaha milik desa itu mestinya mampu mencetak entrepreneur baru hingga tingkat desa. Apalagi, jumlah BUM Desa melesat 600% dalam tiga tahun terakhir, dari 8 ribuan di 2018 menjadi lebih dari 57 ribu di 2021.

Syaratnya, BUM Desa itu bukan sekadar papan nama. Kalau cuma plang nama, sama saja dengan gembor-gembor mencetak wirausahawan dan wirausahawati yang sangat kaya dalam ide dan podium pidato, tetapi miskin realisasi.



Berita Lainnya
  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.