Varian Hanya

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
18/12/2021 05:00
Varian Hanya
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BEBERAPA orang merespons informasi masuknya virus covid-19 varian omikron ke Indonesia dengan berdebat. Argumentasi mereka mewakili dua kutub, yakni kutub kecemasan melawan kubu mengentengkan.

Pihak yang cemas uring-uringan dan menuding keputusan pembatalan PPKM level 3 sebagai biang kekeliruan. Berbekal analisis sejumlah ahli dan badan kesehatan dunia WHO, para 'pencemas' itu terus-menerus mendesak agar rem darurat kembali ditarik. Katanya, omikron berpotensi 70 kali lipat lebih menular ketimbang covid-19 varian awal. Omikron, lanjut kubu ini, juga lebih sulit dideteksi.

Sebaliknya, mereka yang berdiri di kutub easy going dengan enteng menganggap korona jenis omikron sebagai varian 'hanya'. Hanya bergejala ringan. Hanya sebentar dan tidak terlalu mematikan. Buktinya, baru ditemukan satu kematian kendati penularannya eksponensial. Karena itu, tidak ada alasan untuk cemas.

Lalu, mana pandangan yang benar dari dua kutub ekstrem itu? Bagi saya, dua-duanya mengandung kebenaran sekaligus berpotensi membuat kesalahan. Tidak ada pendapat yang ekstrem benar atau mutlak salah untuk virus yang mudah berubah dan sulit dideteksi seperti korona.

Maka itu, pertanyaan yang bisa memandu kita untuk merumuskan sikap dan tindakan sudah disediakan harian The Straits Times. Media berbasis di Singapura itu memuat sebuah artikel berisi pertanyaan apakah respons Singapura terhadap varian omikron terlalu berlebihan, terlalu kurang, ataukah pas? Singapura telah kemasukan omikron mendahului Indonesia. Warga Singapura yang terinfeksi ialah karyawan yang melayani penumpang di Changi Airport.

Namun, seperti pandangan kutub yang santai, Menteri Kesehatan Singapura menilai omikron bergejala ringan dan sejauh ini baru ditemukan satu korban meninggal di Inggris karena varian itu. Pandangan itu jelas berbeda secara diametral dengan PM Inggris Boris Jhonson. Sang PM langsung menggenjot vaksinasi ketiga, memperketat pintu-pintu masuk ke Inggris, membuka opsi menghentikan sejumlah kompetisi olahraga, termasuk Liga Primer Inggris.

Dari pandangan dua kutub, tentu kita mestinya memilih pandangan tengah: tidak terlampau percaya diri, tapi juga tidak cemas berlebihan. Meminjam istilah The Straits Times, memilih sikap dan kebijakan yang pas. Bukan berlebihan (too much), bukan pula kurang (too little).

Terlalu pede membuat kita lengah. Di mana-mana longgar. Protokol kesehatan sedikit demi sedikit mulai ditanggalkan. Pengawasan juga kian dilonggarkan. Banyak yang mulai lupa bahwa ancaman korona masih ada dan menyelinap di celah-celah kepedean berlebihan.

Sebaliknya, kecemasan berlebihan akan membuat roda kehidupan makin seret. Sekali lagi, dalam banyak literasi, kecemasan itu biangnya penyakit.

Ulama dan tokoh kesehatan yang masyhur, Abu Ali al-Usayn ibn Abdillah ibn Sina atau lebih dikenal dengan Ibnu Sina alias Avicenna, mengatakan "Kecemasan itu separuh penyakit. Ketenangan itu separuh obat. Kesabaran itu awal dari kesembuhan."

Beragam penelitian menunjukkan bahwa kepribadian optimis memperpanjang harapan hidup. Studi yang dilakukan Lewina Lee, seorang peneliti Psikososial di Boston University School of Medicine, berhasil menemukan korelasi antara umur panjang seseorang dan sifat optimis yang ia miliki.

Dalam studi itu, Lee menyurvei 69.744 perempuan dan 1.429 laki-laki. Penelitian yang hasilnya telah terbit di jurnal Prosiding National Academy of Sciences itu menemukan jika orang optimis cenderung lebih bahagia. Mereka bahkan memiliki kebiasaan yang lebih sehat sehingga ia memiliki potensi untuk berumur panjang.

Studi lain mengenai kesejahteraan psikologis juga mengonfirmasi tentang hal yang sama. Salah satunya ialah studi yang dilakukan Catherine Hurt, seorang ahli psikologi dari University of London. Ia menyoroti pentingnya seseorang memiliki kesejahteraan psikologis daripada kesejahteraan fisik untuk menjalani hidup yang lebih panjang dan sehat.

Penelitian lainnya menunjukkan bersikap optimisti tidak hanya baik untuk mengontrol emosi, tetapi juga dapat meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Itu dibuktikan dari suatu penelitian yang dilakukan di University of Kentucky, Amerika Serikat, terhadap 124 responden mahasiswa jurusan hukum. Pada penelitian itu, ditemukan adanya hubungan antara optimisme dan perubahan pada imun mereka.

Pada responden dengan optimisme tinggi, tingkat imunitas selnya juga tinggi. Sel akan memberikan respons yang kuat ketika terkena invasi virus atau bakteri. Sebaliknya, dengan sikap optimisme rendah, aktivitas sel melawan virus juga kurang. Cemas bukan pilihan. Namun, tidak pula gegabah dan menyebut varian omikron sebagai varian 'hanya'.



Berita Lainnya
  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.