Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Ibu itu Dibiarkan Sujud Depan Sepatu DPRD

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
07/10/2021 05:00
Ibu itu Dibiarkan Sujud Depan Sepatu DPRD
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEBUAH foto unjuk rasa viral pada 29 September. Lokasinya di depan teras Gedung DPRD Manggarai Barat. Tampak dalam foto itu sedikitnya delapan orang berdiri berjejer. Di depan mereka terlihat seorang ibu sedang bersujud persis di bawah kaki.

Mereka yang berdiri berjejer itu ada yang memakai seragam polisi pamong praja, ada pula anggota DPRD berbaju safari. Tiga orang melipatkan tangan mereka pada bagian perut, ada yang meletakkan tangan di bagian punggung, ada pula yang asyik melihat telepon seluler.

Sepertinya mereka membiarkan, jangan-jangan menikmati, adegan sang ibu setengah baya itu bersembah sujud depan sepatu mereka. Ada jarak yang menganga antara wakil rakyat dan rakyat pemilik mandat di Republik ini. Tidak ada ruang untuk mengasihi dengan kelembutan.

Mengasihi dengan kelembutan menjadi sorotan Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti. Kata dia, dalam politik pun ada ruang untuk mengasihi dengan kelembutan.

“Apakah kelembutan itu? Itulah kasih yang menjadi dekat dan konkret; suatu gerakan yang keluar dari hati dan menyentuh mata, telinga, tangan. Orang-orang terkecil, terlemah, termiskin harus menyentuh hati kita: mereka memiliki ‘hak' untuk mengambil hati dan jiwa kita. Ya, mereka adalah saudara kita dan oleh karena itu kita harus memperlakukan mereka dengan kasih.”

Tidak ada kasih dalam peristiwa sujud di DPRD Manggarai Barat. Andai kasih itu ada, anggota DPRD pasti mengajak ibu itu berdiri atau mereka duduk. Jauh lebih ideal lagi, ibu itu diajak masuk ruangan. Anggota DPRD menerima pengaduan untuk memenuhi kewajiban tanpa melibatkan hati. Padahal, saat menjabat, anggota DPRD melafalkan sumpah “…Bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya demokrasi.”

Ibu yang bersujud di hadapan kaki-kaki bersepatu hitam itu bernama Melania Mamut. Ia menyampaikan keluh kesahnya berkaitan dengan penangkapan dan penahanan suaminya bersama 20 orang lain oleh Polres Manggarai Barat pada 1 Juli. Polisi menetapkan mereka yang berprofesi sebagai petani itu sebagai tersangka karena membawa parang.

Amatlah disayangkan, ibu yang bersujud itu hanya ditatap mata kaki di depan teras DPRD Manggarai Barat. Padahal, wajah yang menyembah sujud itu memancarkan harapan terkait dengan nasib suaminya dan tersangka lainnya.

Terjadinya penangguhan penahanan tersangka pada Sabtu (2/10) bukan disebabkan DPRD Manggarai Barat memperjuangkan aspirasi Melani. Penangguhan itu berdasarkan surat permohonan penangguhan penahanan dari Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dan Bupati Manggarai Herybertus Geradus Laju Nabit tertanggal 2 Oktober.

Sudah saatnya DPRD Manggarai Barat belajar dari Presiden Joko Widodo dalam menghadapi unjuk rasa. Dalam perjalanan menuju lokasi penanaman jagung di Papua Barat, Senin (4/10) pagi, Jokowi melihat spanduk dibentangkan seorang warga. Spanduk itu bertuliskan 'Selamat datang Pak Jokowi tolong perhatikan kami pedagang kaki lima'. Namun, Jokowi tidak sempat menghampiri pengunjuk rasa.

Siang harinya, setelah memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Papua Barat, Presiden meminta kepada Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono untuk mengantarkannya kembali ke lokasi tempat spanduk dibentangkan sebelum menuju bandara untuk kembali ke Jakarta.

Setiba di lokasi, Presiden langsung menghampiri pedagang kue dan roti yang diketahui bernama Juhari yang membentangkan spanduk untuk meminta bantuan. “Tadi apa? Kok, kayak demo-demo (membentangkan spanduk) segala?” tanya Presiden kepada pedagang tersebut. Juhari pun menjawab, karena ada Pak Jokowi, ia sengaja menulis di kertas putih ukuran kurang lebih 1 x 1 meter.

Dalam foto yang dimuat laman Setkab.go.id, Juhari dan Jokowi sama-sama berdiri. Pengunjuk rasa itu manusia juga. Mereka saling mendekati, saling memandang dan mendengarkan, mencoba mengenal, dan memahami satu sama lain dalam dialog.

Dialog itu pula yang dilakukan Jokowi dengan Suroto yang sempat membentangkan poster saat kunjungan kerja ke Blitar pada 7 September. Spanduk itu bertuliskan 'Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar!'. Suroto yang sempat ditangkap polisi itu justru diundang ke istana untuk berdialog pada 15 September.

Unjuk rasa dan dialog antara pejabat penyelenggara negara dan rakyat harus ditempatkan dalam bingkai pemikiran Emmanuel Levinas sebagai perjumpaan etis dengan yang lain. Yang lain dimaksudkan sebagai sesama manusia dalam keluhuran martabatnya. Momen etis penampakan wajah yang lain memberikan implikasi metafisis yang lebih daripada sekadar menyapa, tetapi juga bertanggung jawab atasnya.

DPRD bertugas menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, termasuk aspirasi yang disampaikan melalui unjuk rasa. Jauh lebih penting lagi ialah DPRD memperlihatkan empati. Membiarkan sang ibu bersembah sujud di depan sepatu, apa pun alasannya, tak elok dipandang.



Berita Lainnya
  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.