Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MUSIM kemarau tahun ini petani sawah di Kabupaten Belitung Timur (Beltim), Provinsi Bangka Belitung (Babel) resah. Pasalnya, ratusan hektare sawah di Danau Nujau, terancam gagal panen.
Petani di daerah tersebut berharap ada perhatian dan solusi dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan air untuk lahan persawahan agar panen tetap berkelanjutan.
Anggota kelompok tani Sumber Rezeki, Sulaiman mengatakan untuk pengairan, sawah miliknya hanya mengandalkan hujan.
Baca juga : Antisipasi Gagal Panen saat Musim Kemarau, Petani di Babel Diminta Asuransikan Sawah
"Ada irigasi tapi tidak mengalir, terpaksa saya selalu mengandalkan air hujan untuk pengairan," kata Sulaiman, Minggu (28/7).
Dia memperkirakan kerugian per hektare sawah gagal panen bisa mencapai Rp3 jutaan hanya untuk biaya pengolahan dan penanaman. Jika ditambah biaya penyemprotan, kerugian bisa mencapai Rp6 juta hingga Rp7 juta per hektare.
"Saya perkirakan total kerugian perhektarnya bisa mencapai Rp7 jutaan," ujarnya.
Baca juga : 2 Kabupaten di Aceh Alami Kekeringan, Ratusan Hektare Sawah Terancam Gagal Panen
Untuk itu ia berharap ada perhatian segera dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini agar lahan persawahanya tetap produktif.
Menurut Leman, saat ini banyak petani di Danau Nujau terpaksa beralih ke tanaman palawija di lahan kering karena ketidakpastian panen padi.
"Dari pada rugi besar karena gagal panen, kami berhenti dulu dan beralih ke tanaman palawija," terangnya.
Baca juga : 100 Hektare Sawah di Pidie Alami Kekeringan
Sementara, Ketua Gabungan Kelompok Tani Danau Nujau, Lizar menyebutkan dari total 800 hektar lahan sawah, hanya sekitar 120 hektar yang ditanami pada musim tanam April-September 2024.
"Untuk sawah yang gagal panen mencapai 120 hektar, itu yang di tangani April-September," katanya.
Menanggapi keluhan para petani, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Beltim, Heryanto mengakui adanya ancaman kekeringan di persawahan Danau Nujau.
Menurutnya, ada 105 hektar tanaman padi yang terancam puso karena kekeringan. Sedangkan solusi pompanisasi tidak dapat dilakukan karena sumber air di sekitar persawahan Danau Nujau sudah tercemar aktivitas tambang timah. (RF)
Perhitungan kerugian petani akibat serangan hama tikus mencapai Rp10 juta-Rp15 juta per hektare.
PEMERINTAH Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengimbau para petani agar menunda tanam padi guna mengantisipasi ancaman gagal panen (puso) akibat cuaca buruk dan bencana banjir.
SEKITAR 100 hektare (Ha) tanaman padi di sawah puso atau gagal panen akibat terendam banjir karena Sungai Bengawan Solo meluap di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim).
Lokasi lahan sawah yang terendam banjir itu tersebar di kawasan Kecamatan Peukan Baro, Delima, Grong-Grong, Pidie, Mila, Sakti, Mutiara, Padang Tiji, dan Keumala.
Serangan berat hama tikus seluas 42 hektare dan tingkat serangan puso seluas 26 hektare.
“Ganti rugi tersebut untuk yang lahannya mengalami kerusakan 70% karena terendam banjir sehingga tidak bisa panen,”
Di tengah cuaca panas, para petani beralih menanam tanaman sayuran, kacang-kacangan, palawija atau sayuran lainnya yang mampu beradaptasi dengan cuaca.
lahan seluas 5 hektare berada di Kampung Tanjung, Karanganyar, Gunung Tandala, Talagasari, Kersamenak, Kelurahan Kersamenak, Kecamatan Kawalu, semuanya dalam kondisi terancam kekurangan
BPBD menghimbau masyarakat untuk menamam palawija dan menyiapkan kebutuhan pompa air, dan lubang biopori sebagai resapan air jelang kemarau.
Lahan sawah hendak yang ditanami palawija di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terancam gagal tanam karena banjir.
Warga yang menerima Suguh Hati di kantor PTPN III, terdiri dari 18 warga yang selama ini bercocok tanam di lahan HGU dan dua warga yang memiliki rumah di atas lahan tersebut
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved