Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENYAKIT asma pada anak perlu menjadi perhatian bunda, terutama karena ini akan berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Pasalnya, masalah paru-paru akibat peradangan pada bronkus atau saluran udara ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas sehingga bisa mengganggu aktivitas, rutinitas, dan kualitas hidup anak.
Dokter Spesialis Paru Anak Prof DR dr Bambang Supriyatno Sp A(K) menjelaskan bronkus menyempit ataupun membengkak akan membuat produksi lendir menjadi berlebihan yang akhirnya dapat menyebabkan seseorang kesulitan bernafas. Gejala utama asma yang biasanya muncul yakni batuk, wheezing, sesak napas, rasa tertekan di dada.
"Sayangnya masih banyak yang belum memahami mengenai kondisi asma, terutama sensitisasi atau proses yang membuat keadaan seseorang jadi sensitif atas pencetus asma. Pada akhirnya asma tidak terdeteksi sejak dini, padahal ini penting," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Baca juga : Diagnosis Asma Secara Dini Kurangi Dampak pada Anak
Merujuk penelitian Yunginger, disebutkan asma dimulai sejak usia dini dan insidensi paling tinggi pada anak prasekolah (<6 Tahun). Hal ini juga yang akan menjadi faktor angka asma terus merangkak naik pada usia dewasa.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023, total angka penderita asma di Indonesia mencapai 877.531 orang yakni angka tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat 156.977 orang, Jawa Timur 130.683 orang, dan Jawa Tengah 118.184 orang.
Secara usia, data SKI 2023 juga menyebut kalau penderita asma anak pada usia kurang satu tahun sebanyak 11.518 anak, usia 1-4 tahun mencapai 59.253 anak, dan rentang usia 5-14 tahun ada sebesar 138.465 anak.
Baca juga : Penting, Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan sejak Anak-Anak
Dari data tersebut proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir berdasarkan usia masih terbilang tinggi. Untuk usia kurang 1 tahun hingga 53,5%. Kemudian usia 1-4 tahun kekambuhannya lebih tinggi mencapai 66% dan usia 5-14 tahun risiko kambuh 59,8%.
Menurut Prof Bambang, penting bagi orang tua dan bunda untuk memahami bagaimana cara mendeteksi asma sejak dini agar upaya pencegahan sensitisasi terhadap alergen asma bisa dilakukan sejak masa kehamilan. Salah satu caranya adalah skrining yang bisa dilakukan lewat Skrining Risiko Asma Pediatrik (Pediatric Asthma Risk Score/PARS), disamping Asthma Pediatric Index yang selama ini dikenal.
Prof Bambang menyebut hasil skrining PARS ini untuk menentukan apakah anak memililki risiko rendah, sedang atau tinggi terhadap asma. "PARS menjadi alat yang membantu dokter mengidentifikasi untuk merencanakan tindakan pencegahan atau intervensi sesuai dalam upaya mencegah asma," katanya.
Baca juga : Ruang Perawatan Anak RSUD dr Soekardjo Penuh Pasien ISPA dan Diare
Dalam diagnosis asma pada anak, selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, terdapat juga pemeriksaan penunjang yaitu salah satunya dengan sistem prediksi atau skoring. Pada penelitian Micheal dan kawan-kawan juga menyebut kalau PARS dinilai sebagai alat skrining sederhana, efektif, dan dipersonalisasi untuk memperkirakan risiko asma pada anak-anak.
Riset tentang Pengembangan Alat PARS dilakukan oleh dua peneliti dari Cincinnati Children’s yakni Jocelyn Biagini PhD dan Gurjit Khurana Hershey MD PhD pada 2018 lalu.
Menggunakan enam faktor untuk risiko pada anak-anak antara lahir dan usia tiga tahun, hasil riset yang dilakukan pada 762 anak ini menunjukkan kinerja baik.
Baca juga : Anak Seorang Perokok Berisiko Empat Kali Lebih Besar Alami Gangguan Pernafasan
Dalam hal ini, PARS dapat memprediksi perkembangan asma pada kohort studi itu dengan sensitivitas sebesar 0.68 dan spesifisitas sebesar 0.77.
Bahkan dalam memprediksi asma pada anak-anak dengan risiko asma ringan hingga sedang, PARS juga dinilai lebih baik daripada Asthma Predictive Index (API). Dibandingkan dengan API, PARS lebih unggul dengan peningkatan 11% dalam sensitifitas untuk mendeteksi dengan tepat anak-anak yang akan mengalami asma.
Yang terbaru, dalam studi yang diterbitkan NEJM Evidence pada 4 Agustus 2023 menunjukkan PARS berkinerja baik dalam menentukan perkiraan risiko asma pada ana-anak dari berbagai etnis, latar belakang, dan kepekaan terhadap asma. Lebih dari 33.200 klinisi, orangtua, mahasiswa, dan peneliti mengakses PARS di lebih dari 160 negara.
Menurut Prof Bambang, ketika anak telah melakukan skrining PARS maka hal ini menjadi dasar untuk pengobatan yang perlu dilakukan. Selain itu juga sebagai upaya pencegahan terhadap serangan atau kekambuhan asma yang bisa dihindari. Salah satunya adalah menghindari alergen atau pencetusnya sehingga kontrol asma dapat dilakukan.
"Faktor pencetus asma itu misalnya seperti debu rumah, alergen dari bulu bintang atau polusi udara. Baik itu dari asap rokok, asap kayu ataupun polusi udara di luar ruangan karena buangan kendaraan bermotor misalnya. Bahkan, tingkat polusi udara di Jakarta yang tinggi dan hingga infeksi pernafasan akibat virus bisa menjadi pencetus," jelas Prof Bambang. (H-2)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
FDA menyetujui tes darah pertama untuk deteksi dini Alzheimer. Diagnosis kini lebih mudah, cepat, dan tanpa prosedur invasif seperti PET scan dan pungsi lumbal.
Respons yang cepat dan deteksi dini dapat minimalisir dampak lebih buruk dari perilaku bullying, baik bagi korban, dan juga yang melakukan bullying.
Penyangkalan tersebut membuat orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah reguler.
Deteksi dini masalah mesin mobil! Tips mudah kenali gejala kerusakan & cegah biaya perbaikan mahal. Mobil awet, aman, dompet senang.
Selfie kini jadi alat skrining dini kanker kulit berkat teknologi AI. Sejumlah aplikasi mampu mendeteksi kelainan kulit dengan akurasi tinggi, memudahkan akses kesehatan di era digital.
Limfoma non-Hodgkin adalah jenis kanker darah yang ditandai pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit. Waspadai gejala dan pentingnya deteksi dini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved