Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
SUDAH menjadi rahasia umum bahwa olahraga baik untuk kesehatan mental dan jantung. Ternyata, terdapat sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa rajin berolahraga bisa membantu menutunkan tingkat depresi.
Selain manfaat fisik, olahraga juga dapat dikaitkan dengan penurunan sinyal stres di otak, yang menyebabkan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian dari Mass General Brigham Biobank yang diterbitkan Selasa (16/4) di Journal of American College of Cardiology ini menganalisis data dari 50.000 lebih orang dewasa berusia sekitar 60 tahun.
Baca juga : Kurang Aktivitas Fisik Merupakan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular
Studi tersebut mengamati survei yang diberikan kepada peserta tentang pengaruh aktivitas fisik terhadap otak, untuk mendalami keterkaitan aktivitas yang berhubungan dengan kadar stres, dan catatan digital kejadian kardiovaskular.
“Orang yang berolahraga lebih banyak mengalami penurunan sinyal terkait stres di otak,” kata penulis utama studi tersebut, Dokter Ahmed Tawakol, ahli jantung di Rumah Sakit Umum Massal dan profesor kedokteran di Harvard Medical School di Boston.
“Kami menemukan hubungan yang baik bahwa olahraga tampaknya mengurangi risiko penyakit jantung dengan mengurangi sinyal stres,” tambahnya.
Baca juga : Tidak hanya Fisik, Olahraga Panjat Dinding Ternyata juga baik bagi Kesehatan Mental
Tawakol dan timnya juga mengatakan bahwa mereka ingin mengetahui apakah orang dengan lebih banyak sinyal stres di otak akan mendapatkan manfaat lebih besar dari olahraga.
“Yang mengejutkan, kami juga menemukan peningkatan lebih dari dua kali lipat manfaat olahraga di antara individu yang mengalami depresi dibandingkan individu yang tidak mengalami depresi atau tidak memiliki riwayat depresi,” kata Tawakol.
Hubungan antara jumlah olahraga dan penurunan tingkat risiko kardiovaskular juga bervariasi tergantung apakah seseorang memiliki riwayat depresi, tambahnya.
Baca juga : Ingin Bahagia? Pastikan Waktu Tidur Mencukupi
Bagi orang-orang yang tidak memiliki riwayat depresi, manfaat olahraga dalam mengurangi penyakit kardiovaskular meningkat setelah sekitar 300 menit melakukan aktivitas fisik sedang dalam seminggu.
Namun bagi penderita depresi, Tawakol menyatakan, manfaatnya akan terus berlanjut seiring dengan bertambahnya waktu yang dihabiskan. Manfaat ini merupakan tambahan dari manfaat psikologis yang sebelumnya sudah ditemukan oleh para peneliti dari olahraga.
“Kami tahu depresi merupakan faktor risiko penting penyakit jantung dan juga merupakan salah satu kondisi paling umum yang berhubungan dengan stres,” kata salah satu penulis studi Dokter Karmel Choi, psikolog klinis dan asisten profesor di Harvard Medical School dan Rumah Sakit Umum Massachusetts.
Baca juga : Daftar Kebiasaan untuk Menjaga Kesehatan Jantung
“Meskipun beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap stres dan konsekuensi kesehatan, kami melihat mereka juga mendapat manfaat lebih dari olahraga dan efek modulasi stresnya,” tuturnya.
Direktur pencegahan dan kesehatan kardiovaskular di National Jewish Health di Denver, Andrew Freeman mengatakan olahraga yang bisa diterapkan tidak perlu seperti atlet profesional. Cukup dengan melakukan latihan yang berpengaruh pada pernapasan.
Freeman pun mengatakan perlunya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan olahraga pernapasan selama 30 menit setiap harinya. Konsultasi dengan dokter membuat Anda mengetahui kebutuhan olahraga rutin.
Pun demikian, penting pula untuk mengetahui olahraga yang Anda gemari. “Jika Anda tidak suka berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, jangan lakukan itu. Tapi carilah cara untuk melakukan aktivitas fisik yang benar-benar Anda nikmati,” katanya.
Intensitas olahraga, jelas Freeman, juga perlu ditambahkan. Ketika sudah merasa lebih kuat dari sebelumnya, seseorang bisa melakukan aktivitas yang lebih keras dengan menaikkan intensitas.
Freeman memberi indikator, jika seseorang sudah bisa mengatakan satu kalimat lengkap ketika sedang melakukan aktivitas fisik, maka naikkan intensitasnya. Sebab, manusia, jelas Freeman, didesain untuk banyak bergerak.
“Ternyata manusia dirancang untuk bergerak dan banyak bergerak, dan ketika kita melakukannya, terutama ketika berada di luar ruangan dan di antara pepohonan, ada data yang menunjukkan bahwa itu memiliki efek pereda stres yang sangat signifikan,” tutur Freeman. (Z-10)
Komunitas ini memiliki ambisi besar, yakni mengirimkan wakil untuk bertanding di ajang-ajang kompetitif nasional dan internasional.
NBA secara resmi menyetujui penjualan Boston Celtics kepada kelompok investor yang dipimpin Bill Chisholm dengan nilai mencapai US$6,1 miliar atau sekitar Rp99 triliun.
berolahraga 45 menit dengan latihan interval intensitas tinggi, dapat memicu lonjakan myokine dan menekan pertumbuhan sel kanker payudara hingga 30 persen.
Berlari adalah salah satu olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh, mulai dari menurunkan tekanan darah hingga menjaga berat badan ideal.
Ajang ini diikuti 335 atlet terdiri dari 128 atlet disabilitas dari 13 provinsi dan lebih dari 200 peserta umum.
Olahraga selama ini identik dengan tubuh bugar dan sehat. Namun, manfaatnya melampaui aspek fisik — kesehatan mental juga ikut terjaga.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Kasus Raya, anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing menunjukkan standar kebersihan di masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Kesehatan adalah soal ideologi, bukan sekadar urusan teknis atau statistik. Kita harus bersama bergandengan tangan membangun sistema kesehatan dengan fondasi nilai keadilan.
Berjalan cepat minimal 15 menit setiap hari dapat menurunkan risiko kematian dini hingga 20%, mengurangi risiko penyakit serius.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved