Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kemendikdasmen Pantau MPLS di SLB Citeureup Cimahi

Depi Gunawan
14/7/2025 19:48
Kemendikdasmen Pantau MPLS di SLB Citeureup Cimahi
Suasana senang dan riang gembira saat masa pengenalan lingkungan sekolah dilaksanakan di SLB Citeureup Cimahi.(MI/DEPI GUNAWAN)

HUJAN tak menyurutkan semangat siswa SLB Negeri A Citeureup, Kota Cimahi, untuk mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) Ramah Pancawaluya tahun ajaran 2025/2026.

Sebanyak 284 siswa dari tingkat TK, SD, SMP hingga SMA hadir pada pelaksanaan hari pertama masuk sekolah didampingi orangtua mereka. Anak-anak itu dilayani dan mendapat perhatian lebih dari guru karena statusnya sebagai anak berkebutuhan khusus.

Untuk memastikan pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru itu berjalan sesuai yang diharapkan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah langsung memantau kegiatan tersebut.

Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK),
Kemendikdasmen, Saryadi menekankan pentingnya mengenalkan lingkungan sekolah kepada peserta didik, terutama di sekolah luar biasa.

"Kunjungan ini untuk memastikan bahwa MPLS dijalankan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah," katanya, Senin (14/7).

Sejauh ini dia merasa puas dengan pelaksanaan MPLS di SLB Negeri A Citeureup. Selama lima hari ke depan, MPLS harus terbebas dari praktik-praktik yang tidak mendidik atau tidak bermanfaat.

"Kegiatan harus diarahkan agar siswa merasa nyaman dan siap belajar dengan semangat di lingkungan sekolah yang baru," tuturnya.

Saryadi juga mengingatkan agar atribut-atribut yang tidak relevan selama MPLS dihindari. Pelaksanaannya harus berada di bawah pembinaan langsung para guru.

"Di sini saya lihat para guru terlibat sepenuhnya. Saya rasa ini praktik yang sangat baik, sesuai dengan kebijakan Kementerian," ujarnya.


Anak-anak istimewa

 

Sementara itu, Kepala SLBN A Citereup, Gun Gun Guntara mengaku, karena siswa di sekolah ini merupakan anak-anak istimewa, pendekatan kegiatan pun dibuat lebih inklusif dan menyenangkan.

"Di MPLS ini kita mulai dengan program dari Kemendikdasmen, mengenalkan tujuh kebiasaan. Ditambah lagi ada program dari Jawa Barat, yaitu Panca Waluya, yang juga akan kita terapkan," terangnya.

Ia menambahkan langkah pertama yang dilakukan pihak sekolah adalah membuat siswa merasa senang dan nyaman terlebih dahulu, agar mereka memiliki minat dan kesiapan untuk belajar di sekolah.

"Intinya, kami ingin menciptakan suasana joyful. Sebelum masuk ke hal-hal lain seperti pengenalan guru, ruang kelas, dan program sekolah, mereka harus merasa nyaman dan senang dulu," jelasnya.

Gun Gun menegaskan bahwa proses adaptasi siswa SLB bisa jadi berbeda dengan sekolah umum. Oleh karena itu, pendekatan yang ramah dan menyenangkan menjadi prioritas utama.

"Berbeda dengan sekolah biasa, di sini siswa baru kadang sulit beradaptasi. Maka yang pertama harus dikenalkan adalah bagaimana membuat mereka senang bersekolah," tandasnya.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner