Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Utusan Khusus AS: Hamas Harus Terima Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera di Gaza

Thalatie K Yani
27/5/2025 05:34
Utusan Khusus AS: Hamas Harus Terima Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera di Gaza
Utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff mendesak Hamas menerima kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera untuk Gaza.(UNRWA)

UTUSAN khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff, mengatakan saat ini ada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera untuk Gaza yang telah diajukan. Ia mendesak Hamas untuk menerimanya.

Proposal tersebut mencakup pembebasan separuh dari sandera yang masih hidup dan separuh dari yang telah meninggal, sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara sebelum dimulainya negosiasi untuk mencapai kesepakatan komprehensif guna mengakhiri perang.

Witkoff menolak menyebutkan durasi gencatan senjata sementara itu, yang menjadi isu utama dalam perundingan.

Israel akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata sementara/pertukaran sandera yang akan memungkinkan separuh dari sandera yang masih hidup dan separuh dari yang telah meninggal untuk dikembalikan, serta membuka jalan bagi negosiasi substansial menuju gencatan senjata permanen, yang akan saya pimpin,” kata Witkoff kepada CNN pada Senin. “Kesepakatan itu sudah ada di atas meja. Hamas seharusnya menerimanya.”

Ia mengatakan Hamas belum menerima kesepakatan tersebut.

Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan proses negosiasi juga mengatakan kepada CNN, Hamas telah menyetujui proposal Witkoff, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai isi kesepakatan.

Seorang pejabat AS menyebutkan Witkoff belum bertemu langsung dengan Hamas. Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, pengusaha Palestina-Amerika Bishara Bahbah telah bertemu dengan perwakilan Hamas di Doha untuk membahas proposal tersebut. Bahbah, yang memimpin kelompok "Arab Americans for Trump" selama kampanye presiden 2024, kini bertindak atas nama pemerintahan AS.

Pernyataan Witkoff kepada CNN ini merupakan pertama kalinya ia menyatakan akan memimpin negosiasi untuk mengakhiri perang selama masa gencatan senjata sementara.

Jaminan Israel Terlibat Negosiasi

Hamas selama ini menuntut jaminan Israel benar-benar akan terlibat dalam negosiasi untuk mengakhiri perang jika mereka menyetujui gencatan senjata sementara lainnya, setelah sebelumnya Israel menolak melakukan negosiasi selama gencatan senjata terakhir. Keterlibatan Witkoff tampaknya dimaksudkan untuk memberikan jaminan dari pihak Washington, Israel akan serius dalam negosiasi tersebut di masa mendatang.

Dalam pesan video yang diposting di media sosial pada Senin malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pembebasan sandera adalah prioritas utama.

“Saya sangat berharap kita akan punya sesuatu untuk diumumkan terkait hal ini,” ujarnya. “Dan jika bukan hari ini, maka besok – kami tidak akan menyerah.”

Dua pejabat Israel kemudian menjelaskan belum ada kemajuan dalam negosiasi kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera, serta menyatakan “Hamas tetap bersikeras pada penolakannya.” "Perdana menteri bermaksud mengatakan bahwa terobosan hanya mungkin terjadi jika Hamas menyetujui posisi Israel,” ujar salah satu pejabat.

Rencana Serangan “Belum Pernah Terjadi Sebelumnya”

Proposal tersebut muncul di saat krusial dalam perang, ketika militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi sebagian besar wilayah Gaza selatan menjelang apa yang digambarkan juru bicara militer sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” di wilayah tersebut.

Perintah ini mencakup kota Khan Younis dan sebagian besar daerah di sekitarnya, menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk wilayah berbahasa Arab, Avichay Adree. Ia menyebut wilayah tersebut sebagai “zona pertempuran berbahaya yang telah diperingatkan berkali-kali.”

Zona evakuasi meluas hingga ke perbatasan Gaza-Mesir di mana pasukan Israel telah menduduki Koridor Philadelphi, jalur sepanjang 14 kilometer di sepanjang perbatasan tersebut. Perintah ini tampaknya mencakup seluruh wilayah Khan Younis, kota padat penduduk dengan banyak pengungsi Palestina. Warga diperintahkan untuk pindah ke wilayah Al-Mawasi, sebidang tanah sempit di sepanjang Laut Mediterania.

Sebelumnya pada Senin, IDF menyebutkan tiga roket ditembakkan dari Gaza selatan, dua di antaranya jatuh di dalam wilayah Gaza, dan satu lainnya berhasil dicegat.

Perintah evakuasi yang juga mencakup wilayah timur Gaza ini muncul setelah militer Israel memaparkan strateginya untuk mengambil alih wilayah tersebut, di mana perang telah berlangsung sejak Oktober 2023 untuk memberantas Hamas menyusul serangan kelompok militan tersebut ke Israel.

Seorang pejabat militer Israel mengatakan kepada CNN pada Senin, Israel berencana menguasai 75% wilayah Gaza dalam dua bulan sebagai bagian dari ofensif baru mereka.

Jika dilaksanakan, rencana tersebut akan memaksa lebih dari dua juta warga Palestina masuk ke seperempat wilayah Gaza, dikepung hampir dari semua sisi oleh pasukan Israel. Perdana Menteri Netanyahu sebelumnya menyatakan seluruh populasi akan dipindahkan ke Gaza selatan.

IDF kini memiliki lima divisi yang beroperasi di Gaza, kata militer pada Jumat, dengan total puluhan ribu pasukan. Saat mengunjungi pasukan di Khan Younis pada Minggu, Kepala Staf IDF Eyal Zamir mengatakan, “Kalian sedang bertempur di garis depan utama negara Israel. Ini adalah perang jangka panjang yang terjadi di berbagai medan.”

Pada Senin, Kantor Media Pemerintah Hamas mengatakan Israel sudah “secara efektif” menguasai 77% wilayah Gaza melalui “kekuatan militer besar yang menghalangi warga sipil Palestina mengakses rumah, wilayah, tanah, dan properti mereka, atau melalui kebijakan evakuasi paksa yang menindas.”

Israel kini menghadapi tekanan internasional yang semakin besar – termasuk dari sekutu lamanya – atas keputusannya memperluas perang dan, seperti dikatakan seorang menteri Israel, “menaklukkan” wilayah tersebut.(CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya