Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KELOMPOK bersenjata Palestina, Hamas, mengatakan mereka sedang menyelidiki klaim Israel bahwa salah satu jenazah yang mereka serahkan kepada Israel pada Kamis sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza bukanlah jenazah Shiri Bibas, seorang sandera perempuan.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat, Hamas menyatakan kemungkinan terjadi "kesalahan atau tertukar dalam jenazah" dan berjanji akan mengumumkan hasil penyelidikan mereka dengan jelas. Hamas menambahkan kesalahan tersebut mungkin terjadi akibat serangan udara Israel yang menghantam "tempat di mana keluarga itu berada bersama warga Palestina lainnya."
"Kami telah menerima klaim dan tuduhan dari pihak pendudukan melalui perantara kami, dan kami akan meneliti klaim tersebut dengan sangat serius serta mengumumkan hasilnya dengan jelas," demikian bunyi pernyataan Hamas.
Pernyataan ini muncul setelah tentara Israel mengatakan jenazah dua anak yang dikembalikan, Ariel dan Kfir Bibas, telah diidentifikasi Institut Nasional Kedokteran Forensik Israel dan Kepolisian Israel. Namun, mereka menyatakan satu jenazah lainnya bukan milik ibu mereka yang berusia 32 tahun, seperti yang diklaim Hamas, maupun sandera lainnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Hamas melakukan "pelanggaran yang kejam dan jahat" terhadap kesepakatan gencatan senjata, yang telah menghentikan pertempuran selama beberapa minggu dan memungkinkan pembebasan bertahap sandera Palestina dan Israel.
"Kami akan bertindak dengan tegas untuk membawa Shiri pulang bersama semua sandera kami—baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal—dan memastikan Hamas membayar harga penuh atas pelanggaran kejam dan jahat ini," kata Netanyahu.
Hamas telah menyerahkan empat jenazah, termasuk jenazah Oded Lifshitz, 83, dalam hari-hari terakhir fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, enam sandera yang masih hidup dijadwalkan akan dibebaskan Hamas pada Sabtu, dengan imbalan pembebasan 602 tahanan Palestina.
Hamas mengidentifikasi enam sandera yang akan dibebaskan dari Gaza sebagai Eliya Cohen, Omer Shem Tov, Tal Shoham, Omer Wenkert, Hisham al-Sayed, dan Avera Mengisto.
Hamas dan Israel saling tuduh terkait kematian keluarga Bibas dan Lifshitz, yang semakin memperumit kesepakatan gencatan senjata.
Militer Israel pada Jumat menyatakan berdasarkan analisis intelijen dan forensik, jenazah anak-anak Bibas menunjukkan mereka sengaja dibunuh penculik mereka. Namun, Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai klaim ini.
Sementara itu, Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, pada Jumat kembali menyalahkan Netanyahu atas kematian mereka. Hamas sebelumnya telah menyatakan bahwa keempatnya tewas dalam serangan udara Israel pada November 2023.
"Netanyahu sendiri yang mengeluarkan perintah untuk pemboman langsung dan tanpa ampun, dan dialah yang bertanggung jawab penuh atas pembunuhan brutal terhadap Shiri dan anak-anaknya," tulis Ismail al-Thawabta di platform X.
Keluarga Bibas juga menyalahkan Netanyahu, dengan Ofri Bibas, ipar Shiri Bibas, mengatakan bahwa para pejabat Israel memiliki "tanggung jawab dan kewajiban untuk membawa mereka kembali dalam keadaan hidup."
"Tidak ada maaf atas tindakan meninggalkan mereka pada 7 Oktober, dan tidak ada maaf atas tindakan meninggalkan mereka dalam kondisi ditawan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kami tidak menerima permintaan maaf dari Anda dalam momen yang menyakitkan ini," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, salah satu kelompok utama yang mewakili keluarga sandera di Gaza, mengatakan mereka merasa "terkejut dan hancur" setelah mengetahui jenazah Shiri Bibas tidak dikembalikan.
Kelompok ini menyerukan agar gencatan senjata tetap berlanjut agar sandera yang masih ditahan di Gaza dapat dibebaskan.
"Selamatkan mereka dari mimpi buruk ini," kata kelompok tersebut dalam pernyataan resmi. (Al Jazeera/Z-2)
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menyampaikan seruan agar warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza.
Israel mengizinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, di tengah persiapan militer Israel melakukan serangan yang lebih luas di wilayah tersebut.
HAMPIR dua tahun sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, dengan korban jiwa di Jalur Gaza melampaui 60.000 orang, dukungan global untuk pengakuan negara Palestina semakin menguat.
Benjamin Netanyahu mengatakan militer Israel telah mendapat perintah untuk menghancurkan dua wilayah yang dianggap masih dikuasai Hamas, yakni Kota Gaza dan Al Mawasi.
Sejumlah duta besar PBB mengecam rencana Israel menguasai Gaza. Rencana itu berisiko melanggar hukum humaniter internasional.
Keputusan itu diambil meski ada penolakan luas dari publik dan kekhawatiran langkan tersebut akan membahayakan para sandera.
Israel berencana menyetujui proyek permukiman E1 di Tepi Barat yang tertunda. Namun proyek ini menuai kecaman internasional.
Keputusan Indonesia meningkatkan langkah bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza didasari dengan semakin mendesaknya tuntutan aksi konkret akibat kekejaman Zionis Israel.
MENTERI Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan pihaknya telah menyiapkan daftar personel polisi Palestina yang akan menjalani pelatihan di Mesir dan Yordania.
JUMLAH kematian akibat malanutrisi di tengah pengepungan dan krisis pasokan makanan di Jalur Gaza bertambah menjadi 235 orang, termasuk 106 anak.
MILITER Israel menghancurkan lebih dari 300 rumah selama tiga hari terakhir di lingkungan Zeitoun, Jalur Gaza tengah. Ini merupakan rencana pendudukan yang sedang berlangsung.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI menyatakan bahwa Indonesia tidak pernah mengadakan pembicaraan dengan Israel dalam bentuk apa pun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved