Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Netanyahu Tolak Seruan Penyelidikan atas Kegagalan Keamanan pada 7 Oktober

Ferdian Ananda Majni
18/7/2024 11:45
Netanyahu Tolak Seruan Penyelidikan atas Kegagalan Keamanan pada 7 Oktober
PM Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan untuk melakukan penyelidikan independen(AFP)

PERDANA Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak seruan untuk melakukan penyelidikan independen atas kegagalan keamanan negaranya yang menyebabkan terjadinya serangan Hamas ke wilayah itu pada 7 Oktober lalu,

“Pertama, saya ingin mengalahkan Hamas,” kata Netanyahu kepada anggota parlemen Israel.

Juru bicara Netanyahu mengatakan perdana menteri Israel tidak berusaha menghindari penyelidikan namun pemerintah sepenuhnya fokus untuk memenangkan perang ini terlebih dahulu.

Baca juga : Benjamin Netanyahu Mundur dari Konseksi Utama dalam Negosiasi Gencatan Senjata dengan Hamas

“Apa yang masyarakat ingin kami lakukan saat ini, mereka tidak ingin kami melakukan penyelidikan internal yang dramatis saat sandera kami masih ditahan, dan begitu banyak tentara yang meninggalkan nyawa mereka untuk melindungi negara,” kata juru bicara tersebut.

“Tentu saja akan ada penyelidikan, tapi saat ini kami fokus untuk memenangkan perang ini,” ujarnya.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant pekan lalu menyerukan pembentukan komisi penyelidikan negara atas serangan 7 Oktober.

Baca juga : 72 Persen Publik Israel Ingin Netanyahu Mundur Setelah Serangan Hamas 7 Oktober

“Ini harus memeriksa kita semua, para pengambil keputusan dan profesional, pemerintah, tentara dan badan keamanan, pemerintah ini dan pemerintah selama dekade terakhir yang menyebabkan peristiwa 7 Oktober,” kata Gallant pada upacara wisuda militer.

Sebuah video pertemuan tiga jam di kantor perdana menteri, yang digambarkan media Israel sebagai kondisi menegangkan. Ditayangkan di televisi tidak lama kemudian, dengan menunjukkan serangkaian konfrontasi antara keluarga yang ditinggalkan dan perdana menteri, yang menolak tuntutan mereka untuk melakukan perdamaian, permintaan maaf atas perannya dalam kegagalan keamanan.

Netanyahu tampak terkejut ketika keluarga-keluarga tersebut menggambarkan bagaimana putri-putri mereka telah berulang kali memperingatkan akan adanya serangan, meskipun ada banyak laporan dalam beberapa bulan sejak 7 Oktober yang menggambarkan bagaimana para pengintai diabaikan ketika mereka mencoba memberi tahu komandan mereka tentang risiko tersebut.

Baca juga : Militer Israel Akui Gagal Melindungi Komunitas Kibbutz Be’eri dalam Serangan Hamas

Salah satu peserta pertemuan tersebut mengatakan kepada Netanyahu bahwa putrinya baru saja menyelesaikan pelatihan kerja. Dia memulai tugasnya sebagai tentara observasi seminggu sebelumnya. Dia pulang ke rumah dan memberi tahunya bahwa akan ada invasi.

“Bu, akan ada invasi,” katanya.

Pertemuan tersebut menandai pengakuan tingkat tertinggi atas kegagalan militer Israel mendengarkan unit pengintai di Nahal Oz, tempat puluhan tentara terbunuh dan lainnya disandera pada tanggal 7 Oktober, yang merupakan bagian dari serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Hamas dan militan lainnya di kota-kota tersebut.

Baca juga : Pejabat Senior Hamas Tewas dalam Serangan Udara Israel di Sekolah Gaza

Human Rights Watch menuduh sayap militer Hamas, brigade Qassam, dan setidaknya empat kelompok bersenjata Palestina lainnya melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama serangan tersebut, yang menewaskan hampir 1.200 orang dan 250 orang disandera.

Dalam laporan barunya, organisasi hak asasi manusia tersebut menunjuk pada pola serangan yang luas terhadap warga sipil, yang menurut mereka merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penyanderaan dan pelanggaran berat lainnya.

Kampanye udara dan darat Israel yang menargetkan Gaza dalam beberapa bulan terakhir telah menewaskan lebih dari 38.000 orang dan ribuan lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan.

Netanyahu telah berulang kali menolak seruan untuk melakukan penyelidikan terhadap kegagalan militer dan keamanan yang terjadi sebelum serangan yang dipimpin Hamas, meskipun ada serangkaian pengunduran diri dan permintaan maaf dari para petinggi lembaga keamanan Israel.

Pekan lalu, seorang anggota terkemuka badan keamanan Israel Shin Bet yang hanya dikenal dengan inisial “Aleph” mengundurkan diri dan dilaporkan mengatakan dalam pidato perpisahannya bahwa dia akan pergi di tengah kekecewaan mendalam bahwa departemennya gagal mencegah serangan tersebut.

Kepala intelijen Angkatan Pertahanan Israel, Mayjen Aharon Haliva, mengundurkan diri pada April, menjadikannya pejabat tertinggi yang mengundurkan diri atas serangan tersebut.

"Divisi intelijen di bawah komando saya tidak memenuhi tugas yang diberikan kepadanya,” tulisnya dalam surat pengunduran dirinya.

Meskipun ada protes yang meminta dia untuk mengundurkan diri, serta tuntutan dari berbagai kalangan masyarakat Israel agar dia meminta maaf atas kegagalan keamanan pada tanggal 7 Oktober, Netanyahu dengan keras menolaknya.

“Perdana Menteri sangat berterus terang mengenai kegagalan yang menyebabkan terjadinya 7 Oktober,” kata David Mencer, juru bicara Netanyahu, ketika ditanya mengapa PM menolak untuk meminta maaf.

“Israel adalah negara demokrasi dan di masa lalu selalu melakukan investigasi yang sangat luas, investigasi tanpa batas atas mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi. Saya pikir tidak ada keraguan bahwa akan ada salah satu investigasi tanpa batasan tersebut. namun perdana menteri percaya bahwa hal ini harus terjadi setelah perang dimenangkan,” pungkasnya. (The Guardian/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya