Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Kebiadaban Israel Buat Gaza Semakin Mengenaskan

Cahya Mulyana
09/12/2023 13:58
Kebiadaban Israel Buat Gaza Semakin Mengenaskan
Serangan Israel di Utara Gaza, Palestina, Jumat (8/12/2013)(AFP)

Pengeboman Israel di Gaza memakan banyak korban jiwa dan semakin langkanya barang-barang kebutuhan pokok. Tuntutan dunia internasional untuk menghentikan pertempuran di wilayah Palestina yang terkepung belum membuahkan hasil.

Sudah dua bulan berlalu sejak serangan Israel yang menewaskan lebih 17 ribu warga Gaza. Sayangnya jumlah nyawa yang hilang oleh kebiadaban Israel itu urung membuat dunia berdaya menghentikannya.

“Namun sudah hampir dua bulan sejak dimulainya kampanye Israel, tidak hanya untuk membela diri melawan Hamas dan kelompok bersenjata, tetapi juga (serangan) terhadap seluruh penduduk Gaza,” kata Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Christian Lindmeier.

Baca juga: Yordania: Kegagalan PBB Izinkan Israel Teruskan Genosida di Gaza

Berbicara pada Jumat (8/12) di Jenewa, Swiss, Lindmeier menuduh Israel melakukan kampanye terhadap warga sipil yang tidak bersalah perempuan, anak-anak dan laki-laki yang telah menjadi sasaran sejak dua bulan terakhir.

“Hal ini memutus jalur Gaza dari air, makanan, dan apa pun yang diperlukan (warga Gaza) untuk hidup,” katanya.

Baca juga: Diveto AS, Retno Sesalkan Gagalnya Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

Ia mencatat bahwa kondisi jutaan orang yang terpaksa mengungsi ke wilayah yang semakin kecil dan penuh sesak di wilayah selatan. Tempat itu dulunya merupakan wilayah yang sangat padat penduduk dan disebut zona aman.

"Tetapi sekarang semakin hari semakin mengerikan," katanya.

Lindmeier mengatakan staf WHO di Gaza menggambarkan skenario mengerikan di mana anak-anak mengemis dan menangis meminta air.

“Kita berada pada tingkat di mana sebagian besar pasokan normal dan dasar tidak tersedia lagi (di Gaza),” katanya.

Juru bicara WHO itu mencatat bahwa masyarakat di Gaza menerima kurang dari dua liter air per hari, bukan tujuh liter per orang per hari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

“Dan itu adalah air untuk segala (keperluan), bukan hanya untuk minum. Kami juga mempunyai skenario yang menggambarkan orang-orang mulai menebang tiang telepon untuk mendapatkan sedikit kayu bakar agar tetap hangat, dan mungkin memasak jika mereka punya sesuatu,” paparnya.

Sejak gencatan senjata sementara berakhir dan Israel melanjutkan kampanye pengeboman pada 1 Desember, badan-badan kemanusiaan PBB melaporkan lebih dari 2.000 warga Palestina telah terbunuh, sehingga jumlah total kematian setidaknya mencapai 17 ribu orang.

Mereka melaporkan 70% korbannya adalah perempuan dan anak-anak, dan setidaknya 7.200 di antaranya adalah anak-anak. Mengomentari situasi di Gaza pada hari Kamis, Koordinator Bantuan PBB Martin Griffiths berkata cukup sudah dan pertempuran harus dihentikan.

“Sistem kemanusiaan berada di ambang kehancuran. Kita harus menghindari kehancuran seperti itu dengan cara apa pun,” katanya.

UNRWA, badan bantuan dan kerja PBB untuk pengungsi Palestina, memperingatkan bahwa konflik tersebut merupakan ancaman yang sangat nyata terhadap perdamaian dan keamanan internasional serta kehidupan hampir seluruh penduduk di Gaza.

Dalam surat yang dikirim pada hari Kamis kepada presiden Majelis Umum PBB, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan kemampuan badannya untuk terus melaksanakan mandatnya di Gaza kini menjadi sangat terbatas.

“Dengan pengeboman yang terus-menerus, aliran makanan dan pasokan kemanusiaan lainnya yang rendah dan tidak teratur ke Jalur Gaza dibandingkan dengan besarnya kebutuhan para pengungsi di tempat penampungan kami yang penuh sesak dan di luar, kemampuan UNRWA untuk membantu dan melindungi masyarakat berkurang dengan cepat,” katanya.

Lindmeier juga mengatakan bahwa konvoi WHO yang membawa makanan, air dan pasokan medis telah dihentikan memasuki Gaza lebih dari satu kali dan operasi pada Jumat (8/12), untuk membawa pasokan medis ke utara dan mengevakuasi 12 pasien ke selatan untuk perawatan medis telah ditangguhkan.

“Situasi di Gaza tidak bisa diandalkan. Sistem kesehatan sedang lemah dan wilayah selatan bisa mengalami nasib yang sama seperti wilayah utara. Gaza tidak boleh kehilangan satu rumah sakit pun atau tempat tidur rumah sakit apa pun. Pasien mengeluarkan darah di lantai. Ruang perawatan trauma (justru) menyerupai medan pertempuran,” kata Lindmeier.

(VoA/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya