Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indonesia Perjuangkan Perluasan Akses Kemanusiaan di Gaza

Cahya Mulyana
20/10/2023 14:21
Indonesia Perjuangkan Perluasan Akses Kemanusiaan di Gaza
Indonesia persilahkan penggalangan bantuan untuk warga gaza di Palestina(AFP)

PEMERINTAH Indonesia mempersilahkan masyarakat yang ingin menggalang bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza, Palestina. Karena Israel mengizinkan hanya 20 truk untuk memasuki Gaza.

Indonesia terus menjalin kerja sama dengan sejumlah negara termasuk Organisasi Kerja sama Islam (OKI) supaya akses kemanusiaan diperluas. Pasalnya 20 truk bantuan untuk lebih dari 2 juta warga Gaza yang terkepung oleh Israel, bak setetes air di gurun sahara.

"Tidak ada larangan (mengumpulkan donasi untuk Palestina). Ormas dan lembaga zakat banyak yang akan mengirimkan bantuan. Masalahnya memang akses belum dibuka," papar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal kepada Media Indonesia, Jumat (20/10).

Baca juga: Sejumlah McDonald's di Timur Tengah Dukung Palestina

Indonesia, kata dia, sedang memperjuangkan pembuatan koridor kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan bagi warga Gaza. Isu kemanusiaan merupakan fokus Indonesia saat ini terkait konflik Israel-Palestina.

"Hal ini sedang diperjuangkan Indonesia melalui OKI, Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB. Menlu (Retno Marsudi) terus desak dan upayakan melalui berbagai pihak dan forum. Isu kemanusiaan ini prioritas kita saat ini," pungkasnya.

Baca juga: Ribuan Orang Hadiri Demonstrasi Pro-Palestina di Paris

Sebanyak 20 truk yang membawa bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza, Palestina. Konvoi truk yang membawa pasokan bantuan itu melalui jalan utama gurun Ismailia sebelum memasuki perbatasan Rafah.

Israel menyatakan siap memenuhi permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan terbatas memasuki Gaza. Bulan Sabit Merah Mesir dan Palestina serta PBB diharapkan membantu mengawasi operasi tersebut, antara lain untuk memastikan pasokan dari konvoi melalui Penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir dengan Gaza menjangkau warga sipil, bukan kombatan Hamas.

Para pejabat di badan kesehatan PBB mengatakan tahap pertama bantuan itu akan tiba di Gaza pada Jumat (20/10). PBB dan berbagai lembaganya termasuk Organisasi Kesehatan Dunia, Program Pangan Dunia, dan badan anak-anak PBB serta mitra seperti kelompok Palang Merah dan Bulan Sabit Merah bertugas mendistribusikan bantuan itu ke warga Gaza.

Kepala Kedaruratan WHO Michael Ryan melambaikan kertas berisi daftar panjang pasokan medis yang diharapkan dapat dikirim ke Gaza dengan lima truk yang telah disiapkan oleh lembaganya. Itu meliputi peralatan amputasi, perlengkapan intubasi, perlengkapan pneumotoraks untuk penderita paru-paru tertusuk, pembalut luka, obat bius dan obat pereda nyeri.

Juru Bicara WFP Martin Rentsch mengatakan sekitar 1.000 ton makanan berada di perbatasan atau dalam perjalanan ke Gaza. Itu cukup untuk memberi makan hampir setengah juta orang selama seminggu.

Dia mengatakan biskuit berenergi tinggi dan makanan kaleng yang tidak perlu dimasak sering kali digunakan dalam situasi mendesak seperti itu. Jan Egeland, kepala kelompok bantuan Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan Hamas tidak membutuhkan makanan bayi dan air kemasan.

"Kita berbicara tentang menyelamatkan anak-anak, wanita hamil, dan keluarga,” katanya.

Kesepakatan yang ditengahi antara Mesir dan Israel akan melibatkan PBB yang memeriksa truk bantuan sebelum mereka memasuki Gaza, dan pengibaran bendera PBB di kedua sisi penyeberangan Rafah untuk mencegah serangan udara Israel, kata seorang pejabat Mesir dan diplomat Eropa.

Mereka berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang memberi pengarahan kepada media. Pejabat Mesir dan Israel masih bernegosiasi mengenai apakah bahan bakar yang diperlukan untuk menjalankan generator rumah sakit dan pabrik desalinasi air, antara lain akan diizinkan masuk.

Israel ingin memastikan Hamas tidak menyita bantuan apa pun, terutama bahan bakar. Begitu sampai di Gaza, konvoi tersebut harus melewati daerah-daerah yang terkena bom atau jalan-jalan yang hancur sebelum mencapai titik distribusi seperti rumah sakit, yang beberapa di antaranya telah terkena serangan Israel.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, dalam laporan terbarunya, memperkirakan sekitar 3.300 ton barang berada di Mesir tepat di seberang perbatasan Gaza. Sarah Davies, Juru Bicara Komite Palang Merah Internasional, mengatakan truk-truk yang menghubungkan kota El Arish di Mesir utara dan Gaza masing-masing dapat menampung antara 10 dan 20 ton bantuan.

Tahun lalu, sekitar 60% warga Palestina di Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan, kata OCHA. Di masa tenang, ratusan warga Palestina melewati penyeberangan Rafah beberapa kali dalam seminggu, banyak yang berangkat untuk ziarah atau berangkat kerja di Mesir.

Penyeberangan Kerem Shalom dan Erez yang dikuasai Israel, seperti yang ada di Rafah, kini ditutup. OCHA mengatakan lebih dari 32.300 truk barang memasuki Gaza melalui Rafah tahun lalu, dan lebih dari dua kali lipatnya melewati Kerem Shalom.

Ryan dari WHO menyesalkan bahwa 20 truk hanya setetes air dari lautan kebutuhan saat ini di Gaza. "Seharusnya 2.000 truk. Dan kita tidak harus membuat pilihan-pilihan ini," jelasnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengulangi seruannya untuk gencatan senjata kemanusiaan dan mengatakan pengiriman apa pun setelah hampir dua minggu dengan Gaza terputus harus dilanjutkan.

“Selama hampir dua minggu, masyarakat Gaza tidak mendapat kiriman bahan bakar, makanan, air, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya. Warga sipil di Gaza sangat membutuhkan layanan dan pasokan inti – dan untuk itu kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” pungkasnya. (France24/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya