Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
UPAYA Barat menghukum negara nuklir seperti Rusia membahayakan umat manusia. Hal itu dikatakan mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, dikutip Jumat (8/7).
Invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari lalu, telah memicu krisis terparah dalam hubungan Rusia-Barat sejak krisis rudal Kuba pada 1962, ketika dunia dikhawatirkan bakal dilanda perang nuklir.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menilai Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan penjahat perang. Negara-negara Barat pimpinan AS telah mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan berbagai sanksi pada Rusia.
Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Curi Gas Miliknya
"Gagasan untuk menghukum salah satu negara nuklir terbesar adalah hal yang absurd. Dan berpotensi mengancam keberadaan manusia," kata Medvedev, yang kini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, di Telegram.
Rusia dan AS menguasai sekitar 90% senjata nuklir di dunia, masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak, kata Federasi Ilmuwan Amerika.
AS adalah kerajaan yang menumpahkan darah di seluruh dunia, kata Medvedev, sambil menyebutkan pembunuhan terhadap penduduk asli Amerika, serangan nuklir AS di Jepang dan berbagai perang mulai dari Vietnam hingga Afghanistan.
Dia mengatakan upaya menggunakan pengadilan internasional untuk menyelidiki aksi Rusia di Ukraina akan sia-sia dan berisiko memicu kerusakan global.
Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang.
Mereka juga mengatakan Rusia berusaha merebut wilayah negara lain seperti kekaisaran, yang menyulut konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Pada Minggu (3/7), Putin mengeklaim telah meraih kemenangan terbesar setelah tentara Ukraina ditarik mundur dari wilayah Luhansk.
Pasukan Rusia kemudian melancarkan serangan untuk merebut wilayah sebelahnya, Donetsk.
Luhansk dan Donetsk adalah dua wilayah yang membentuk Donbas, target utama pasukan Rusia sejak gagal merebut ibu kota Kiev di awal invasi. (Ant/OL-1)
PRESIDEN AS Donald Trump berencana mendukung usulan yang memungkinkan Rusia mengambil alih wilayah Ukraina yang tidak diduduki sebagai bagian dari perjanjian damai.
Zelensky menegaskan sikapnya terikat oleh konstitusi Ukraina yang melarang pemberian konsesi teritorial.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan tidak akan menyerahkan wilayah negaranya.
Cara terbaik untuk mengakhiri perang yang mengerikan antara Rusia dan Ukraina adalah melalui “Kesepakatan Perdamaian” yang komprehensif.
Trump mendukung rencana Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan menyerahkan wilayah yang belum ditaklukkan kepada Rusia.
Trump dan Putin menunjukkan sikap optimistis usai melangsungkan pertemuan tertutup selama lebih dari tiga jam.
Trump sebelumnya menyampaikan telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam bertenaga nuklir sebagai tanggapan atas komentar Medvedev.
AMERIKA Serikat (AS) dan Rusia kembali berada di titik paling berbahaya sejak Perang Dingin.
Pada Jumat (1/8) melalui platform Truth Social, Trump menyatakan mengarahkan dua kapal selam nuklir AS lebih dekat ke Rusia.
KETEGANGAN antara Amerika Serikat dan Rusia kembali meningkat dipicu oleh saling serang antara Presiden AS Donald Trump dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, di media sosial.
Pengumuman reposisi kapal selam nuklir AS muncul di tengah meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina, bahkan ketika Trump mengancam akan memberikan sanksi yang lebih keras.
WAKIL Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat tidak akan berpengaruh apa pun bagi Moskow.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved