Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mantan Presiden Sebut Menghukum Rusia Bisa Membahayakan Umat Manusia

Basuki Eka Purnama
08/7/2022 06:15
Mantan Presiden Sebut Menghukum Rusia Bisa Membahayakan Umat Manusia
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev(AFP/Alexey NIKOLSKY / Sputnik)

UPAYA Barat menghukum negara nuklir seperti Rusia membahayakan umat manusia. Hal itu dikatakan mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, dikutip Jumat (8/7).

Invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari lalu, telah memicu krisis terparah dalam hubungan Rusia-Barat sejak krisis rudal Kuba pada 1962, ketika dunia dikhawatirkan bakal dilanda perang nuklir.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menilai Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan penjahat perang. Negara-negara Barat pimpinan AS telah mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan berbagai sanksi pada Rusia.

Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Curi Gas Miliknya 

"Gagasan untuk menghukum salah satu negara nuklir terbesar adalah hal yang absurd. Dan berpotensi mengancam keberadaan manusia," kata Medvedev, yang kini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, di Telegram.

Rusia dan AS menguasai sekitar 90% senjata nuklir di dunia, masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak, kata Federasi Ilmuwan Amerika.

AS adalah kerajaan yang menumpahkan darah di seluruh dunia, kata Medvedev, sambil menyebutkan pembunuhan terhadap penduduk asli Amerika, serangan nuklir AS di Jepang dan berbagai perang mulai dari Vietnam hingga Afghanistan.

Dia mengatakan upaya menggunakan pengadilan internasional untuk menyelidiki aksi Rusia di Ukraina akan sia-sia dan berisiko memicu kerusakan global.

Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang.

Mereka juga mengatakan Rusia berusaha merebut wilayah negara lain seperti kekaisaran, yang menyulut konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Pada Minggu (3/7), Putin mengeklaim telah meraih kemenangan terbesar setelah tentara Ukraina ditarik mundur dari wilayah Luhansk.

Pasukan Rusia kemudian melancarkan serangan untuk merebut wilayah sebelahnya, Donetsk.

Luhansk dan Donetsk adalah dua wilayah yang membentuk Donbas, target utama pasukan Rusia sejak gagal merebut ibu kota Kiev di awal invasi. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya