Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SEJAK 2014, seiring pencaplokan semena-mena wilayah Krimea yang dikuasai Ukraina sebelumnya, Rusia mencuri tidak kurang dari 13,6 miliar meter kubik gas Ukraina. Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber-sumber seperti Trading Economics, Black Sea News dan EEX, Forbes menghitung setidaknya jumlah tersebut merupakan volume gas yang dicuri Rusia dari Ukraina.
Pencurian itu dilakukan tak lama setelah Semenanjung Krimea dianeksasi melalui agresi bersenjata Moskow. Saat itu, tak hanya peralatan milik Ukraina dan perusahaan Ukraina yang mereka curi, melainkan pula sekalian dengan ladang-ladang gas yang ada.
Menurut data yang dicatat Forbes, pada 2014 Rusia telah mencuri 2,0 miliar meter kubik gas. Angka itu berkurang menjadi 1,8 miliar meter kubik pada 2015. Selanjutnya, pada 2016 volume gas Ukraina yang diambil menjadi 1,7 miliar meter kubik.
Angkanya tetap selama 2017 menjadi 1,6 miliar pada 2018; 1,5 miliar pada 2019; 1,4 miliar pada 2020; 1,3 miliar pada 2021; dan mencatatkan angka 0,6 miliar meter kubik gas selama bulan-bulan di tahun ini. "Pencurian itu menjadi alasan perusahaan gas Ukraina, Naftogaz, menuntut perusahaan Rusia, Gazprom, di pengadilan internasional," tulis Forbes.
Berkaitan dengan pencurian itu pula, Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam pernyataan pers yang mereka keluarkan mendesak agar bank Rusia, Gazprombank, dikenai sanksi dan dikeluarkan dari sistem perbankan Eropa, SWIFT. "Bank Rusia, Gazprombank, digunakan untuk menerima pembayaran negara-negara Eropa untuk gas dan minyak. Dengan uang itu mereka membayar gaji kepada pasukan Rusia yang melancarkan perang agresif dan bertindak brutal terhadap warga Ukraina," tulis salah satu pernyataan Kemenlu Ukraina.
Rusia tampaknya memang tidak lagi mengindahkan adab internasional. Dua pekan lalu, media terkemuka Fortune menulis artikel yang menyatakan Rusia telah menjual gandum milik Ukraina yang dicurinya curian di suatu pelabuhan di Suriah. Bersama Reuters, media itu melaporkan, pada sekitaran 18 Juni lalu, banyak kapal berbendera Rusia dilaporkan terlihat menurunkan gandum Ukraina di luar negeri. Dua kapal curah Rusia, kapal dagang yang dirancang untuk membawa kargo curah yang tidak dikemas seperti biji-bijian, terlihat sedang membongkar muatan biji-bijian di pelabuhan Suriah oleh perusahaan satelit AS, Maxar Technologies.
Kapal-kapal yang sama beberapa hari sebelumnya terlihat memuat biji-bijian di kota pelabuhan Krimea, Sevastopol. Berdasarkan citra satelit yang diambil pada Mei, Maxar melaporkan bahwa pasukan Rusia selama berminggu-minggu dilaporkan memuat biji-bijian Ukraina yang mereka curi. Gambar Maxar itu menguatkan laporan badan intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina yang pada Mei lalu mengatakan kapal-kapal Rusia mengangkut gandum hasil curian dari Ukraina itu ke Suriah. Baik PBB dan intelijen AS telah memperingatkan bahwa ada bukti yang dapat dipercaya bahwa pasukan Rusia telah mencuri hasil panen Ukraina.
Baca juga: AS Mau Tekan Rusia Lewat Forum G20
Bulan lalu, CNN melaporkan bahwa truk Rusia juga terlihat menjarah silo gandum Ukraina dan mengangkut barang curian ke pelabuhan yang dikuasai Rusia di Krimea. Pasukan Rusia mencuri sekitar 600 ribu ton gandum Ukraina selama perang, menurut UAC, serikat produsen pertanian Ukraina. Dari jumlah tersebut, sekitar 100 ribu ton gandum senilai lebih dari US$40 juta telah dikirim ke Suriah selama tiga bulan terakhir, sebagaimana dinyatakan Kedutaan Ukraina di Libanon awal bulan ini.
"Ini kegiatan kriminal," kata Kedutaan tersebut. Pejabat Rusia berulang kali membantah bahwa pasukannya bukan kelompok yang mencuri biji-bijian Ukraina. Dalam wawancara, pekan lalu Wakil Perdana Menteri Rusia, Viktoria Abramchenko, mengatakan bahwa Rusia tidak mengirimkan biji-bijian dari Ukraina.
Namun terlepas dari protes Rusia, pejabat Ukraina berkeras bahwa gandum curian dari Ukraina telah beredar di banyak negara Timur Tengah dan Afrika. Seorang utusan diplomatik Ukraina untuk Turki mengatakan kepada wartawan bulan ini bahwa pembeli Turki menerima kiriman biji-bijian curian dalam jumlah besar. (OL-14)
Kremlin kembali menekankan bahwa invasi Rusia bertujuan untuk menghilangkan akar penyebab konflik.
Trump merasa frustasi terhadap kedua pihak yang berkonflik yakni Rusia dan Ukraina.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan tidak berhasil membuat kemajuan dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina.
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menyampaikan Moskow tidak akan mundur dari tujuannya di Ukraina. Hal itu dikatakan Putin kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam percakapan telepon.
Wakil kepala angkatan laut Rusia Mayor Jenderal Mikhail Gudkov tewas dekat perbatasan Ukraina.
Donald Trump mengakui tak ada kemajuan dalam pembicaraan damai dengan Vladimir Putin terkait perang Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved