Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Para Pemimpin G7 Sepakat Melarang Impor Minyak dari Rusia

Fetry Wuryasti
10/5/2022 14:47
Para Pemimpin G7 Sepakat Melarang Impor Minyak dari Rusia
Perusahaan minyak dan gas raksasa asal Rusia GazProm(Nikolay DOYCHINOV / AFP)

PERTEMUAN negara-negara G7 pekan ini mengisyaratkan bahwa para pemimpin G7 akan kembali beraksi dengan menyepakati untuk melarang impor minyak dari Rusia sebagai tanggapan atas invasi yang terjadi saat ini.

Para pemimpin ekonomi G7 membuat kesepakatan tersebut kemarin setelah mengadakan video conference dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy. Beberapa pemimpin G7 juga berjanji untuk mendiversifikasi minyak dari pasokan Rusia.

Amerika dan Inggris telah mengumumkan untuk melarang impor minyak dari Rusia. Hal tersebut mendapatkan dukungan dari Jerman yang juga melakukan hal yang serupa, dimana seperti yang kita ketahui, Jerman merupakan salah satu ekonomi terbesar di Uni Eropa.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida juga berkomitmen untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Hal ini memberikan indikasi bahwa para pemimpin akan berkomitmen untuk menghapus ketergantungan terhadap impor energi dari Rusia dengan mulai menghapus atau melarang impor minyak dari Rusia.

Namun prosesnya tidak akan instan, karena para pemimpin G7 akan melakukan secara tepat waktu dan teratur, serta menyediakan waktu bagi dunia untuk dapat mengamankan pasokan melalui cara alternatif.

"Kami melihat dampak yang ditimbulkan tentu akan cukup besar, karena seperti yang kita ketahui, Rusia merupakan kontributor produksi minyak nomor 3 di dunia dalam OPEC+, sehingga tentu kehadiran Rusia tidak sangat berpengaruh kalau kita bicara mengenai produksi. Hal ini tentu

saja sedikit banyak akan mendorong volatilitas pada harga minyak yang cenderung mengalami kenaikkan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Selasa (10/5).

Negara G7 juga akan bekerja sama dengan para mitra untuk dapat memastikan pasokan energi global yang stabil dan berkelanjutan, diikuti dengan harga yang terjangkau konsumen.

Baca juga: Biden Khawatir Putin tidak Punya Jalan Keluar dari Perang Ukraina

Termasuk diantaranya dengan mempercepat pengurangan ketergantungan negara-negara terhadap bahan bakar fosil, sehingga hal ini mendorong proses transisi ke arah energi bersih lebih cepat.

"Namun ingat, belajar dari pengalaman bahwa transisi ke arah energi yang lebih bersih tidak semudah untuk dikatakan, dan tidak secepat itu untuk dilakukan. Oleh karena itu kami melihat bahwa hal ini akan menjadi proyek jangka panjang, alih-alih mendapatkan momentum dari situasi dan kondisi yang terjadi saat ini," kata Nico.

Tampaknya para pemimpin G7 tidak berhenti hanya sampai di situ. Mereka juga akan bekerja sama untuk untuk menjaga sektor keuangan dari perbankan Rusia yang memiliki hubungan antara sistem keuangan Rusia dengan keuangan global, sehingga hal ini dapat melawan propaganda Moskow.

Uni Eropa juga mulai berjuang untuk mulai menyetujui larangan atas impor minyak dari Rusia. Hal ini akan memberikan dampak, apakah tanpa Rusia pasokan akan tercukupi atau tidak, karena berbicara harga minyak tentu berbicara harga supply and demand.

Pergerakan harga minyak diperkirakan akan berfluktuasi pada perdagangan minggu ini. Pelaku pasar dan investor tentu akan menimbang rencana tersebut.

Harga minyak dari WTI diperdagangkan sempat mendekati US$110 per barel kemarin. Namun berbicara mengenai pasokan, Arab Saudi telah memangkas harga minyak untuk para pembelinya di Asia, karena lockdown yang terjadi di Tiongkok telah mengurangi permintaan.

Baca juga: Dewan HAM PBB akan Bahas Dugaan Pelanggaran HAM Rusia di Ukraina

Konsumsi bensin, solar, dan bahan bakar untuk penerbangan telah turun 20% dari tahun sebelumnya, hal ini yang mendorong lesunya permintaan yang terjadi di Tiongkok. Saudi Aramco telah menurunkan harga untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 4 bulan terakhir dari sebelumnya US$9,35 menjadi $4,40 per barel.

Saudi Aramco juga menurunkan semua grade untuk wilayah Eropa barat laut dan hampir semua untuk wilayah Mediterania, namun untuk wilayah AS masih menggunakan harga yang sama. Keputusan yang diambil oleh Saudi Aramco muncul dari pertemuan dengan OPEC+ yang setuju untuk meningkatkan produksi minyak mentah secara bertahap. OPEC+ bersedia untuk menambahkan 432.000 barel per hari pada bulan Juni.

Arab Saudi sejauh ini telah mengirimkan lebih dari 60% ekspor minyak ke Asia, dengan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan India merupakan pembeli terbesar untuk saat ini.

"Situasi dan kondisi kian tidak pasti pemirsa, hal ini yang membuat pelaku pasar dan investor diharapkan dapat mencermati setiap perkembangan berita, sentimen dan tentu mengukur dampak yang akan diberikan terhadap pasar," kata Nico.

Rusia sendiri tampaknya justru tenang. Mereka seperti mengharapkan produksi minyak meningkat bulan ini, karena ternyata Rusia telah menemukan pembeli baru yang dapat menerima minyak dari Rusia.

Rusia merupakan negara yang memiliki kontribusi nyata 10% dari tingkat produksi minyak global, yang telah mengalami penurunan produksi lebih dari 9% sejak invasi terjadi. Produsen minyak di Rusia telah mencari arah baru untuk mengembangkan rantai logistik baru, sehingga tidak bergantung dengan rantai logistik yang lama.

Volume pasokanbminyak mentah telah meningkat ke kawasan Asia Pasifik, meskipun Rusia tidak menyebutkan negara mana yang mau membeli minyaknya. Namun demikian kalau diperhatikan, India merupakan kandidate terkuat karena impor minyak dari Rusia itu meningkat 800.000 barel per hari antara Februari dan April, karena Rusia sendiri memberikan harga diskon untuk minyak mereka.

"Kami melihat, Rusia tidak akan tinggal diam melihat para negara lainnya bekerja sama untuk tidak membeli pasokannya. Mereka juga tentu harus mencari cara, setidaknya untuk bertahan hingga invasi usai," kata Nico. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya