GEREJA di Jerusalem, Palestina, melakukan protes terhadap kelompok radikal Yahudi yang menetap di Christian Quarter dan mengancam keberagaman agama yang rapuh di kota suci kuno itu.
"Kami memiliki masalah besar di sini," kata Yunani Orthodox Patriarch Theophilus III di kota tua Jerusalem, yang terdapat kaum Yahudi, Muslim, Kristen, dan Armenia dengan sejarah panjang. "Jerusalem juga memiliki karakter Kristennya dan itulah yang terancam," katanya kepada AFP ketika umat Kristen menyiapkan perayaan Paskah.
Patriark menuduh bahwa pemukim radikal Yahudi, yang dikenal suka mengambil properti keluarga Palestina, juga melakukan kampanye untuk mengendalikan tanah milik Kristen. "Kelompok rdikal itu didorong oleh ideologi mereka," kata Theophilus III. "Ideologi mereka ialah sindrom mesianisme, ketika mereka mengeklaim kita ingin menebus tanah suci dari ketidaksucian."
Kelompok pemukim nasionalis Ateret Cohanim bekerja untuk Judaise Jerusalem timur--sektor Palestina yang dianeksasi secara ilegal oleh Israel menurut PBB. Mereka membeli realestat melalui perusahaan kemudian memberikannya kepada pemukim Yahudi.
Sejak 2005, grup dan Gereja Ortodoks itu terlibat dalam kasus legal yang kompleks atas kepemilikan hostel kota tua di pintu masuk Gerbang Jaffa ke Christian Quarter. Perselisihan memasuki babak baru pada 27 Maret, ketika pemukim mengambil alih sebagian dari hotel Petra dengan melanggar dan masuk, menurut Gereja Ortodoks Yunani.
Baca juga: Rusia Kutuk Israel Gunakan Konflik Ukraina Alihkan Isu Palestina
Theophilus III mengatakan pemerintah Israel, "Berjanji kepada kami bahwa mereka akan mencoba yang terbaik untuk menangani masalah ini dan memberi tekanan pada kelompok-kelompok radikal itu untuk keluar." Namun, setelah lebih dari dua minggu, para pemukim masih ada di sana. "Tampaknya negara tidak memiliki kekuatan atau keinginan kepada orang-orang itu," tambahnya.
Drama besar
Hagit Ofran, kelompok antipemukim Israel Peace Now, mengatakan perselisihan itu merupakan, "Drama besar, karena itu tempat strategis di pintu masuk ke Christian Quarter, daerah besar agar mereka dapat membawa ratusan pemukim." Ofran memperingatkan bahwa jika mereka berhasil, ini mengubah seluruh karakter kota tua dan tentu saja dari Christian Quarter.
Sekitar 300 pemukim Yahudi sudah hidup di Christian Quarter. Gereja-gereja menyuarakan protes tentang tren serta tindakan vandalisme dan agresi anti-Kristen. Di pinggiran kota tua, tepatnya Gunung Zaitun tempat beberapa gereja terkemuka berdiri, Israel berencana memperluas taman yang akan melanggar tanah milik lembaga-lembaga Kristen.
Tiga komunitas yang bersangkutan ialah Ortodoks Yunani, Armenia, dan Franciscan. Ketiganya mengirim surat protes kepada pihak berwenang pada Februari. "Dalam beberapa tahun terakhir, kami tidak dapat membantu tetapi merasa bahwa berbagai entitas berusaha untuk meminimalkan, bukan untuk menghilangkan, setiap karakteristik non-Yahudi dari Kota Suci dengan berusaha mengubah status quo di gunung suci itu," tulis mereka.
Surat itu mengatakan, "Setelah upaya itu gagal, mereka menggunakan kekuatan hukum, dengan memajukan rencana mendeklarasikan sebagian besar gunung sebagai taman nasional." Pemerintah sementara menarik proyek dari agendanya.
Baca juga: Dikecam, Facebook Hapus Konten Palestina terkait Serangan Israel
Pada Desember, Israel marah dengan komentar yang dibuat oleh Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, kepala Gereja Anglikan, yang menuduh bahwa peningkatan serangan dan vandalisme tempat-tempat suci merupakan upaya bersama untuk menjauh Kristen. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan mendistorsi kenyataan komunitas Kristen di Israel.
Kejahatan Benci Anti-Kristen
Ofran, aktivis Peace Now, mengatakan pemerintah hanya melakukan upaya minimum dan bahkan melindungi pemukim dengan kepolisiannya yang gagal mengusir mereka. Dia mengatakan Israel yang mempertimbangkan seluruh Jerusalem sebagai ibu kotanya yang tak terpisahkan, "Tidak akan mengusir gereja-gereja itu sendiri, tetapi mereka ingin tempat itu menjadi lingkungan Yahudi dengan kantong-kantong Kristen." Ini tantangan yang dihadapi pula oleh umat Islam.
Pastor Nikodemus Schnabel, dari Komunitas Benediktin di Gunung Sion, berdekatan dengan Kota Tua, mengatakan, "Ini benar-benar kekhawatiran, bahwa Israel menutup mata." Abbey of the Dormition telah menjadi target tindakan vandalis yang disalahkan kepada pemukim yang telah berlipat ganda jumlah mereka dalam beberapa bulan terakhir. Dia bilang dia melihat kurangnya upaya pihak berwenang untuk mengatasi fenomena kejahatan kebencian anti-Kristen.
Baca juga: Pejuang Palestina Gunakan Terowongan untuk Lawan Invasi Israel
Schnabel berpendapat bahwa Jerusalem unik karena keanekaragamannya. Tahun ini saat bulan puasa Muslim Ramadhan berlangsung pula Paskah Yahudi dan Paskah Kristen. "Betapa membosankan Jerusalem jika hanya ada Yahudi, hanya orang Kristen, atau satu-satunya Muslim?" tandasnya. (OL-14)