JUNTA militer Myanmar telah menahan ratusan anak, sejak mengambil alih kekuasan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi. Ratusan anak berada di tahanan kepolisian dan militer, tanpa alasan berikut proses hukum yang jelas.
Menteri Kementerian Perempuan, Pemuda dan Anak Myanmar, bentukan penentang junta, Naw Susanna Hla Hla Soe, menyebut ada 287 anak yang ditahan. Mereka berusia di bawah 18 tahun dan sudah ditahan sehak 1 Februari 2021 lalu. Sejumlah anak ditahan di kantor polisi, lalu sebagian di slembaga pemasyarakatan.
Kemudian, terdapat 80 anak usia sekolah atau di bawah 12 tahun yang ditahan selama 36 jam di sebuah biara Buddha wilayah Sagaing. Daerah itu menjadi sasaran penyerangan junta militer, karena banyak pendukung pemerintahan yang sah.
Baca juga: AS Tetapkan Myanmar Lakukan Genosida terhadap Rohingya
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, yang digulingkan junta militer, turut menjadi korban. Putranya yang berusia 28 tahun, Chan Tar, diduga dibunuh tentara junta Myanmar.
"Anak-anak tidak melakukan kesalahan, tetapi militer mencoba menangkap mereka, termasuk aktivis," ungkap Naw.
Menurutnya, junta militer menjadikan anak-anak sebagai sandera, dengan tujuan menangkap keluarga pendukung Aung San Suu Kyi. “Ketika mereka tidak dapat menemukan target, mereka menangkap anak-anak sebagai tebusan. Mereka juga meminta aktivis datang dengan tebusan anak-anak,” imbuhnya.
Baca juga: Pakar HAM PBB: Tiongkok-Rusia Pasok Senjata untuk Junta Myanmar
UNICEF melaporkan ratusan remaja telah ditahan junta militer Myanmar. Pada tahun lalu, sekitar 1.000 anak dan remaja berusia hingga 25 tahun telah ditahan militer, tanpa alasan yang jelas.
PBB menegaskan bahwa penahanan anak merupakan kejahatan kedua junta militer, setelah kudeta. Junta militer juga telah menenbar teror kepada masyarakat yang pro terhadap demokrasi di Myanmar.(Guardian/OL-11)