Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Biden: Bangsa Afghanistan Harus Putuskan Masa Depannya Sendiri

Atikah Ishmah Winahyu
09/7/2021 08:20
Biden: Bangsa Afghanistan Harus Putuskan Masa Depannya Sendiri
Presiden AS Joe Bidden(AFP)

PRESIDEN AS Joe Biden dengan tegas membela keputusannya untuk menarik pasukan militer AS keluar dari Afghanistan. Dia mengatakan bahwa rakyat Afghanistan harus memutuskan masa depan mereka sendiri, daripada mengorbankan generasi Amerika lainnya dalam perang yang tidak dapat dimenangkan.

Berbicara di Ruang Timur Gedung Putih, Biden mengatakan militer Afghanistan memiliki kemampuan untuk mengusir Taliban, yang dalam beberapa pekan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran negara itu akan terpuruk ke dalam perang saudara.

Biden menetapkan tanggal target 31 Agustus untuk penarikan terakhir pasukan AS, dikurangi sekitar 650 tentara untuk memberikan keamanan bagi kedutaan AS di Kabul.

Biden yang sudah lama skeptis dengan kehadiran militer 20 tahun di sana, mengatakan AS telah lama mencapai alasan aslinya untuk menyerang negara itu pada 2001 yakni untuk membasmi militan Al-Qaeda dan mencegah serangan lain di Amerika Serikat seperti yang diluncurkan pada 11 September 2001.

Dalang serangan itu, Osama bin Laden, dibunuh oleh tim militer AS pada 2011.

“Kami telah mencapai tujuan itu, itu sebabnya kami pergi. Kami tidak pergi ke Afghanistan untuk membangun bangsa. Dan itu adalah hak dan tanggung jawab rakyat Afghanistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin menjalankan negara mereka,” kata Biden, Kamis (8/7).

Biden meminta negara-negara di kawasan itu untuk membantu mewujudkan penyelesaian politik yang sulit dipahami antara pihak-pihak yang bertikai. Dia mengatakan pemerintah Afghanistan harus mencari kesepakatan dengan Taliban untuk memungkinkan mereka hidup berdampingan secara damai.

“Satu-satunya cara akan ada perdamaian dan keamanan di Afghanistan adalah jika mereka menjalankan modus vivendi dengan Taliban. Dan kemungkinan akan ada satu pemerintahan terpadu di Afghanistan yang mengendalikan seluruh negara sangat tidak mungkin,” imbuhnya.

Pidato tersebut merupakan komentar Biden yang paling luas hingga saat ini tentang penarikan AS dari Afghanistan di bawah tekanan dari para kritikus untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas keputusannya untuk mundur.

Biden mengatakan AS berencana untuk memindahkan ribuan penerjemah Afghanistan ke luar negeri untuk mengantisipasi berakhirnya misi militer AS di negara itu.

“Mereka akan dipindahkan ke negara ketiga dan dapat mengajukan visa AS untuk memasuki Amerika Serikat,” katanya.

Menurut seorang pejabat senior pemerintah, lokasi masih dalam pengerjaan. Guam, Qatar dan Uni Emirat Arab adalah lokasi yang memungkinkan.

Amerika Serikat akhir pekan lalu meninggalkan pangkalan udara Bagram yang secara efektif mengakhiri perang terpanjang Amerika.  Pentagon mengatakan penarikan pasukan AS sudah 90 persen selesai.

Washington setuju untuk menarik diri dalam kesepakatan yang dinegosiasikan tahun lalu di bawah pendahulu Biden dari Partai Republik, Donald Trump. Biden menolak para pemimpin militer yang ingin mempertahankan kehadiran yang lebih besar untuk membantu pasukan keamanan Afghanistan dan mencegah Afghanistan menjadi tempat pementasan bagi kelompok-kelompok ekstremis.

Sebelumnya, pada April lalu Biden memerintahkan untuk menarik pasukan AS pada 11 September.

Pejuang Taliban merebut kendali pada hari Kamis di sebuah distrik di Afghanistan barat yang mencakup perbatasan utama dengan Iran, menurut pejabat keamanan Afghanistan.

Dalam seminggu terakhir, Taliban telah menguasai wilayah yang berbatasan dengan lima negara yakni Iran, Tajikistan, Turkmenistan, Tiongkok dan Pakistan.

Komandan pasukan AS di Afghanistan, Jenderal Austin Miller, pekan lalu memperingatkan bahwa negara itu mungkin akan mengalami perang saudara.

Komunitas intelijen AS percaya militer Afghanistan lemah dan bahwa prospek pemerintah Kabul untuk bertahan hidup dalam jangka pendek tidak baik, menurut sumber pemerintah AS yang mengetahui penilaian tersebut.

Pemerintahan Biden juga bergulat dengan rencananya untuk visa yang dipercepat bagi orang-orang Afghanistan yang paling berisiko diserang oleh Taliban, termasuk penerjemah yang bekerja dengan pasukan asing. Kelompok hak asasi mendorong untuk menambahkan hingga 2.000 wanita rentan ke dalam daftar.

Beberapa Partai Republik mengkritik Biden atas penarikan itu, meskipun Trump telah menengahi kesepakatan dengan Taliban untuk mengakhiri keterlibatan Amerika dalam perang. (Straitstimes/OL-13)

Baca Juga: Selama PPMM Darurat Keluar-Masuk Buleleng Wajib Tunjukan Surat Vaksin



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya