Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
IMUNISASI merupakan langkah penting untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit menular. Sayangnya, masih banyak beredar mitos-mitos menyesatkan yang membuat sebagian orang ragu untuk melakukan vaksinasi. Agar tidak salah paham, mari kita kupas tuntas 7 mitos dan fakta imunisasi berikut ini!
Mitos: Banyak orang percaya bahwa vaksin, terutama vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella), dapat menyebabkan autisme.
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Penelitian yang dulu mengaitkan vaksin dengan autisme telah terbukti cacat dan ditarik dari publikasi. Lembaga seperti WHO dan CDC menegaskan bahwa vaksin aman dan tidak menyebabkan autisme.
Mitos: Karena penyakit seperti polio dan campak sudah jarang, imunisasi dianggap tidak perlu lagi.
Fakta: Penurunan cakupan imunisasi dapat menyebabkan munculnya kembali wabah penyakit yang telah hampir punah. Imunisasi tetap sangat diperlukan untuk menjaga kekebalan populasi.
Mitos: Ada yang percaya vaksin mengandung zat berbahaya seperti merkuri atau formalin.
Fakta: Semua vaksin yang beredar telah melalui uji klinis ketat dan mendapat persetujuan dari badan pengawas seperti BPOM. Kandungan bahan tambahan dalam vaksin berada dalam kadar yang sangat kecil dan terbukti aman.
Mitos: Setelah vaksinasi, anak bisa mengalami demam tinggi dan bahkan sakit berat.
Fakta: Demam ringan atau kemerahan di tempat suntikan adalah reaksi normal dan menunjukkan sistem imun bekerja. Reaksi serius sangat jarang terjadi dan jauh lebih ringan dibandingkan bahaya dari penyakit yang dicegah.
Mitos: Memberikan ASI eksklusif saja sudah cukup untuk melindungi anak dari penyakit.
Fakta: Meski ASI mengandung antibodi alami, ia tidak menggantikan kekebalan spesifik yang diberikan vaksinasi. Imunisasi tetap dibutuhkan untuk perlindungan optimal terhadap penyakit berbahaya.
Mitos: Imunisasi cukup dilakukan di masa kanak-kanak saja.
Fakta: Orang dewasa juga membutuhkan imunisasi untuk melindungi diri dari penyakit seperti influenza, hepatitis, dan tetanus. Lansia bahkan sangat dianjurkan mendapatkan vaksin tertentu.
Mitos: Vaksin membuat tubuh menjadi lebih lemah terhadap penyakit.
Fakta: Sebaliknya, vaksin memperkuat sistem imun dengan melatih tubuh mengenali dan melawan infeksi. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin melemahkan kekebalan tubuh.
Misinformasi atau hoaks tentang imunisasi menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan. Edukasi yang benar dari sumber terpercaya sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi.
Dengan mengetahui fakta-fakta ini, mari kita dukung imunisasi untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas dari ancaman penyakit berbahaya. (Kemenkes/Z-10)
PELAKSANAAN imunisasi kejar Japanese Encephalitis (JE) dinilai penting sebagai upaya melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Menteri Kesehatan AS Robert F. Kennedy Jr. memecat 17 anggota Komite Penasihat Praktik Imunisasi (ACIP), dengan alasan konflik kepentingan.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan pentingnya memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak-anak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
IMUNISASI anak wajib diberikan pada bayi baru lahir hingga individu usia 18 tahun. Kementerian Kesehatan mewajibkan vaksinasi pada anak untuk melindungi buah hati
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
PENULARAN difteri di Jawa Barat menjadi perhatian dari Universitas Airlangga. Lima pulau terbesar di Indonesia dengan kasus difteri tertinggi adalah Jawa dengan 474 kasus dan 26 kematian.
Demam setelah imunisasi pada anak adalah salah satu efek samping yang sering terjadi dan menjadi kekhawatiran banyak orang tua.
Inggris menjadi negara pertama di dunia yang memvaksinasi IMS gonorea, yagn difokuskan pada pria gay dan biseksual.
Vaksin HPV memberikan kesempatan bagi tubuh untuk membangun respon imunitas terhadap beberapa tipe HPV.
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada 2024 adalah 87,3% dan antigen baru seperti PCV dan RV adalah 86,6%. Cakupan ini masih di bawah target untuk terbentuknya herd immunity.
Kegiatan vaksinasi ini menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk membangun generasi masa depan yang lebih sehat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved