Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
IMUNISASI merupakan langkah penting untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit menular. Sayangnya, masih banyak beredar mitos-mitos menyesatkan yang membuat sebagian orang ragu untuk melakukan vaksinasi. Agar tidak salah paham, mari kita kupas tuntas 7 mitos dan fakta imunisasi berikut ini!
Mitos: Banyak orang percaya bahwa vaksin, terutama vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella), dapat menyebabkan autisme.
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Penelitian yang dulu mengaitkan vaksin dengan autisme telah terbukti cacat dan ditarik dari publikasi. Lembaga seperti WHO dan CDC menegaskan bahwa vaksin aman dan tidak menyebabkan autisme.
Mitos: Karena penyakit seperti polio dan campak sudah jarang, imunisasi dianggap tidak perlu lagi.
Fakta: Penurunan cakupan imunisasi dapat menyebabkan munculnya kembali wabah penyakit yang telah hampir punah. Imunisasi tetap sangat diperlukan untuk menjaga kekebalan populasi.
Mitos: Ada yang percaya vaksin mengandung zat berbahaya seperti merkuri atau formalin.
Fakta: Semua vaksin yang beredar telah melalui uji klinis ketat dan mendapat persetujuan dari badan pengawas seperti BPOM. Kandungan bahan tambahan dalam vaksin berada dalam kadar yang sangat kecil dan terbukti aman.
Mitos: Setelah vaksinasi, anak bisa mengalami demam tinggi dan bahkan sakit berat.
Fakta: Demam ringan atau kemerahan di tempat suntikan adalah reaksi normal dan menunjukkan sistem imun bekerja. Reaksi serius sangat jarang terjadi dan jauh lebih ringan dibandingkan bahaya dari penyakit yang dicegah.
Mitos: Memberikan ASI eksklusif saja sudah cukup untuk melindungi anak dari penyakit.
Fakta: Meski ASI mengandung antibodi alami, ia tidak menggantikan kekebalan spesifik yang diberikan vaksinasi. Imunisasi tetap dibutuhkan untuk perlindungan optimal terhadap penyakit berbahaya.
Mitos: Imunisasi cukup dilakukan di masa kanak-kanak saja.
Fakta: Orang dewasa juga membutuhkan imunisasi untuk melindungi diri dari penyakit seperti influenza, hepatitis, dan tetanus. Lansia bahkan sangat dianjurkan mendapatkan vaksin tertentu.
Mitos: Vaksin membuat tubuh menjadi lebih lemah terhadap penyakit.
Fakta: Sebaliknya, vaksin memperkuat sistem imun dengan melatih tubuh mengenali dan melawan infeksi. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin melemahkan kekebalan tubuh.
Misinformasi atau hoaks tentang imunisasi menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan. Edukasi yang benar dari sumber terpercaya sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi.
Dengan mengetahui fakta-fakta ini, mari kita dukung imunisasi untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas dari ancaman penyakit berbahaya. (Kemenkes/Z-10)
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus apabila dia memiliki gangguan medis kontra indikasi.
Sebanyak 13 provinsi belum mencapai target cakupan imunisasi bayi lengkap 90% dalam tiga tahun terakhir dan tren anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar meningkat signifikan.
Akses layanan imunisasi yang terbatas, pasokan vaksin yang terganggu, konflik, situasi kemanusiaan yang sulit menjadi faktot bayi belum diimunisasi.
Vaksinasi influenza memang tidak menjamin anak bebas dari flu sepenuhnya, namun dapat mencegah gejala menjadi berat atau komplikasi serius.
PBB memperingatkan kesenjangan imunisasi semakin melebar, karena maraknya misinformasi dan pemangkasan drastis bantuan internasional.
Salah satu kendala utama dalam mencapai target IDL di Pangkalpinang adalah masih adanya penolakan dari sebagian masyarakat.
Vaksin HPV yang selama ini dikenal sebagai perlindungan utama terhadap kanker serviks pada perempuan, kini direkomendasikan juga untuk anak laki-lak
Vaksin influenza untuk anak bisa diberikan pada anak berusia lebih dari 3 bulan. Selain anak, vaksin flu juga perlu diberikan untuk kelompok rentan.
Vaksinasi shingrix terbukti sangat efektif mencegah cacar api dan neuralgia pada pasien yang sudah terkena cacar api.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Demam setelah imunisasi pada anak adalah salah satu efek samping yang sering terjadi dan menjadi kekhawatiran banyak orang tua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved