Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
REAKSI atau efek samping setelah imunisasi, seperti nyeri, pembengkakan di area suntikan, dan demam, sering kali menjadi kekhawatiran bagi orangtua, setelah sang buah hati menjalankan imunisasi. Tidak jarang terjadi Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).
KIPI adalah kejadian medis yang diduga terkait dengan pemberian imunisasi. Penyebabnya bisa beragam, antara lain reaksi terhadap kandungan vaksin, respon kecemasan berlebihan, dan kelainan atau penyakit bawaan.
Gejala KIPI umumnya ringan dan akan sembuh dalam 1-2 hari tanpa pengobatan, meliputi reaksi lokal seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di sekitar lokasi suntikan, serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, demam, lemas, dan tidak enak badan.
Gejala berat, meskipun jarang, dapat berupa reaksi alergi parah seperti anafilaksis, syok, kejang, atau otot lemah, yang dapat ditangani tanpa dampak jangka panjang. Reaksi alergi lainnya bisa mencakup ruam, gatal, sesak napas, pusing, dan mual.
Jika sang buah hati Anda mengalami gejala seperti itu, jangan panik! Baca 5 langkah menghadapi KIPI pada anak berikut ini, menurut Pusat Krisis Kemkes:
1. Pastikan anak istirahat dengan cukup
Sangat penting untuk membantu tubuh anak pulih setelah imunisasi. Istirahat yang cukup membantu sistem imun bekerja lebih optimal dalam membentuk perlindungan terhadap penyakit yang divaksinkan.
Tidur yang nyenyak juga membantu mengurangi rasa lelah dan memberi waktu bagi tubuh untuk memperbaiki diri.
Dengan memberi cukup waktu untuk beristirahat, tubuh anak dapat lebih cepat pulih dari reaksi setelah imunisasi.
2. Beri anak air putih yang cukup
Air membantu proses pemulihan tubuh. Memberikan anak air putih yang cukup setelah imunisasi sangat penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Pastikan anak tetap minum air dalam jumlah yang cukup, Anda bisa memberikan air dalam jumlah kecil tetapi sering agar lebih mudah diterima tubuh anak.
3. Jika diperlukan, beri anak obat penurun panas
Memberi anak obat penurun panas bisa membantu mengatasi demam ringan yang sering terjadi setelah imunisasi.
Pastikan untuk memberikan obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan, serta pastikan anak tidak mengkonsumsinya terlalu sering.
Jika demam terus berlanjut atau suhu tubuh anak meningkat tinggi, segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
4. Jika area suntikan masih terasa nyeri, cobalah untuk tetap menggerakkan lengan anak secara perlahan
Aktivitas ringan seperti menggerakkan lengan membantu memperlancar sirkulasi darah, yang dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi kekakuan otot.
Namun, pastikan gerakan yang dilakukan tidak terlalu berat atau memaksakan, karena hal ini bisa memperburuk rasa nyeri.
Jika anak merasa sangat tidak nyaman, berikan waktu untuk beristirahat sejenak sebelum mencoba lagi gerakan ringan pada lengan.
5. Jika diperlukan, kompres area yang nyeri dengan kain bersih yang dibasahi air dingin
Sensasi dingin dari kompres akan membantu menenangkan peradangan dan mengurangi rasa tidak nyaman.
Pastikan kain yang digunakan bersih untuk menghindari infeksi, dan perhatikan bahwa kompres hanya digunakan dalam waktu singkat, sekitar 10–15 menit.
Jika nyeri terus berlanjut atau anak merasa sangat tidak nyaman, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. (Z-1)
Kekhawatiran tentang efek samping yang berbahaya atau anggapan bahwa imunisasi tidak diperlukan sering kali menghalangi orangtua memberikan vaksinasi pada anak.
Imunisasi bertujuan untuk memperkuat kekebalan tubuh, sehingga dapat melindungi dari penyakit berbahaya dan mengurangi tingkat keparahan jika seseorang terinfeksi.
Banyak orangtua sulit membedakan antara imunisasi DT dan TD. Imunisasi DT dan TD sebenarnya berbeda, baik dari segi fungsi maupun namanya yang terdengar mirip.
Imunisasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh untuk merangsang sistem kekebalan agar membentuk pertahanan terhadap penyakit tertentu.
Gerakan antiimunisasi adalah gerakan yang menolak atau skeptis terhadap vaksinasi, biasanya karena alasan kepercayaan, misinformasi, atau ketakutan terhadap efek samping.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Demam setelah imunisasi pada anak adalah salah satu efek samping yang sering terjadi dan menjadi kekhawatiran banyak orang tua.
Inggris menjadi negara pertama di dunia yang memvaksinasi IMS gonorea, yagn difokuskan pada pria gay dan biseksual.
Vaksin HPV memberikan kesempatan bagi tubuh untuk membangun respon imunitas terhadap beberapa tipe HPV.
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada 2024 adalah 87,3% dan antigen baru seperti PCV dan RV adalah 86,6%. Cakupan ini masih di bawah target untuk terbentuknya herd immunity.
Kegiatan vaksinasi ini menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk membangun generasi masa depan yang lebih sehat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved