Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
REKTOR Unika Atma Jaya sekaligus Pembina Alzheimer Indonesia (ALZI), Prof. Yuda Turana, mengatakan orang dengan gangguan demensia (ODD) berpotensi meningkat hingga 4 kali lipat di tahun 2045, mengingat gaya hidup anak muda saat ini yang serba instan.
“Saat ini estimasi demensia di Indonesia sekitar 1,2 juta, sementara diprediksi pada 2050-an itu akan meningkat sekitar 4 juta. Jadi kurang lebih sebenarnya akan meningkat 4 kali lipat,” katanya kepada Media Indonesia di Gedung Unika Atmajaya Jakarta pada Jum’at (20/9).
Lebih lanjut, Prof Yuda memaparkan angka lansia secara umum juga diprediksi meningkat pada 2045 dari 11.75 persen menjadi 20 persen atau sekitar 50 juta dari total populasi.
Baca juga : Penggagas Aplikasi Kesehatan Irene Tanihaha Ajak Warga Lansia Jalani Hidup Sehat
“Hal itu menyebabkan Indonesia akan menjadi aging country, jadi artinya saat kita Indonesia emas, lansianya akan semakin banyak,” tuturnya.
Melalui data penelitian Unika bersama ALZI yang melibatkan 2.100 responden usia 65 tahun di Jakarta dan Sumatera Utara, sebanyak 28 persen responden tergolong demensia.
“Tetapi data yang menarik adalah, dari 2.100 orang responden ternyata hanya 5 orang atau disebut kurang dari 1 persen saja yang pernah mendapatkan formal diagnosis,” kata Prof Yuda.
Baca juga : Demensia dan Alzheimer Ancam Kejahteraan Hidup, Cegah sejak Dini
Prof Yuda memaparkan jika ada 100 persen pengidap demensia, sebanyak 80 persen dari data tersebut menganggap bahwa Demensia merupakan hal yang normal, sementara hanya 20 persen yang sadar mengenai gejala demensia dan mengakses pelayanan ke rumah sakit.
“Tapi dari 20 orang demensia yang datang ke tenaga kesehatan, 65 persen menganggapnya sebagai gangguan yang normal, artinya hanya 8 orang saja yang sadar bahkan jika dirincikan lagi, dari 8 orang tersebut, sebanyak 4 orang beranggapan bahwa demensia tidak bisa disembuhkan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Jadi sisanya kalau ada 100 orang, di ujung akhir itu cuma 4-5 orang,” jelasnya.
Prof Yuda memaparkan sebanyak 65 persen profesional kesehatan dan perawatan juga salah mengira demensia adalah bagian normal dari penuaan, naik dari 62% pada tahun 2019. Sementara itu, 88 persen orang yang hidup dengan demensia menyatakan mengalami diskriminasi, naik dari 83 persen pada tahun 2019.
Baca juga : Demensia, Penyakit yang Disebut Hidden Disability
“Sebanyak 31 persen orang yang hidup dengan demensia menghindari situasi sosial karena khawatir mengenai reaksi orang lain dan 47% pendamping berhenti menerima undangan untuk mengunjungi keluarga dan teman,” jelasnya.
Di antara masyarakat umum, lanjut Prof Yuda, sebagian besar responden merasa lebih percaya diri untuk melawan stigma dan diskriminasi demensia dibandingkan tahun 2019, terutama di negara-negara berpendapatan tinggi (64%).
Sementara itu, Laporan Alzheimer Dunia 2024 yang dipublikasikan oleh Alzheimer's Disease International (ADI), didukung oleh survei yang dianalisis oleh London School of Economics and Political Science (LSE), menemukan bahwa 80% masyarakat masih salah kaprah bahwa demensia adalah bagian normal dari penuaan dan bukan kondisi medis, peningkatan 14% sejak survei terakhir dilakukan pada tahun 2019.
Baca juga : Perbanyak Konsumsi Sayur, Makan Sosis dan Daging Olahan Tingkatkan Risiko Demensia
“Pandangan yang tidak akurat tentang demensia ini menjadi perhatian utama, terutama dari para pelaku dunia kesehatan, karena dapat menunda diagnosis dan akses ke pengobatan, perawatan, dan dukungan yang tepat. Hal ini terjadi pada saat perawatan baru disetujui di seluruh dunia, bersamaan dengan terobosan dalam diagnostik,” kata CEO ADI Paola Barbarino.
Di bulan Alzheimer September 2024 ini ALZI juga bekerja sama dengan Universitas Katolik Atma Jaya untuk membangun ALZI Academy and Healthy Aging Center yang pertama di Indonesia. ALZI Center ini akan berguna sebagai sarana pembelajaran lintas generasi, memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para pelaku dunia kesehatan dan keluarga, serta memberikan ruang aman dan nyaman bagi para lansia dan ODD untuk tetap beraktivitas.
Pendiri ALZI, DY Suharya mengatakan layanan ALZI Center adalah buah dari advokasi yang telah dilakukan selama 11 tahun terakhir dan diharapkan dapat mendorong masyarakat agar lebih berdaya untuk mengatasi stigma.
“ALZI juga menyadari bahwa semakin banyak sadar dampak gaya hidup mereka terhadap risiko terkena kondisi tersebut, dengan lebih dari 58 persen masyarakat umum percaya bahwa demensia disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” tuturnya.
Selain itu, DY menjelaskan sebanyak 45 persen kasus demensia dilaporkan dipengaruhi oleh hanya 14 faktor risiko yang dapat dimodifikasi, ini merupakan kemajuan yang penting.
“ALZI dan Atma Jaya merupakan role model dalam perannya bermitra di Regional Asia Pacific karena ALZI merupakan member dari Alzheimer's Disease International sebuah organisasi federasi lebih dari 100 organisasi Demensia Alzheimer sedunia yang berdiri sejak tahun 1984,” tuturnya.
Diharapkan ALZI Academy & Healthy Aging Center bisa menjadi platform lintas generasi yang bisa menginspirasi organisasi Alzheimer dalam bermitra dengan institusi akademi di negaranya masing-masing. (H-2)
Kondisi ini bukan bagian normal dari proses penuaan, meskipun paling sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
Di Indonesia, peningkatan prevalensi demensia seiring pertumbuhan populasi lansia menjadikannya masalah kesehatan masyarakat yang mendesak.
Demensia adalah gangguan serius yang memengaruhi kemampuan berpikir, memori, dan fungsi sehari-hari seseorang. Di Amerika Serikat, hampir 10% orang dewasa yang lebih tua menderita demensia.
Mengganti satu porsi harian daging merah olahan dengan kacang, biji-bijian, atau tahu dapat mengurangi risiko demensia sebesar 20 persen.
Sebanyak 60-70% kasus demensia merupakan penyakit Alzheimer.
Kedatangan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti siang ke RS Pratama Yogyakarta bertujuan untuk meninjau layanan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit (RS) Pratama Yogyakarta.
Untuk memastikan kesehatan kelompok lansia, diperlukan peningkatan layanan kesehatan dasar, program kesehatan yang terintegrasi, dan pembangunan lingkungan yang ramah bagi lansia.
Lonjakan terbaru kasus covid-19 di sejumlah negara di Asia kembali menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani.
Kemudian, terdakwa menghampiri korban untuk meminta sebatang rokok dan dijawab korban tidak ada.
Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Sidaya untuk mengatasi masalah kesepian guna meningkatkan kualitas hidup lansia.
MENCIPTAKAN lingkungan inklusif, aman, dan mendukung kesehatan mental warga, khususnya para lansia, dinilai sangat penting. Ini dilakukan masyarakat Jepang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved