Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ARITMIA jantung atau gangguan ritme jantung adalah kondisi medis yang signifikan dengan potensi dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
"Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien," ujar dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam TB Simatupang Prof Yoga Yuniadi, dikutip Selasa (10/9).
"Dengan kemajuan teknologi medis, berbagai metode diagnostik dan perawatan kini tersedia untuk mengelola aritmia dengan lebih baik," lanjutnya.
Baca juga : Masyarakat Indonesia Khawatirkan Biaya Kesehatan Penyakit Kritis
"Aritmia jantung adalah kondisi saat detak jantung tidak mengikuti ritme normalnya," kata Yoga
MI/HO--Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam TB Simatupang Prof Yoga Yuniadi
Pada takikardia, detak jantung melebihi 100 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada.
Baca juga : Apakah Orang yang tidak Mempunyai Riwayat Jantung Bisa Terkena Serangan Jantung?
Takikardia dapat dibagi lebih lanjut menjadi berbagai jenis, seperti takikardia supraventrikular yang melibatkan gangguan di atas ventrikel (bilik jantung merupakan dua ruang yang lebih besar yang terletak di bagian bawah jantung) dan takikardia ventrikular yang berasal dari ventrikel.
Sebaliknya, bradikardia adalah kondisi saat detak jantung lebih rendah dari 60 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan.
Aritmia ini dapat mengganggu aliran darah ke organ vital dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat jantung.
Baca juga : Penyakit Kawasaki, Kenali dan Waspadai Gejalanya
"Berbagai faktor dapat memicu aritmia jantung. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utamanya, yang terjadi ketika penyempitan atau kerusakan pada pembuluh darah jantung mengganggu aliran darah dan aktivitas listrik jantung," jelas Yoga.
Kelainan struktural jantung seperti penyakit katup atau kardiomiopati juga dapat memicu aritmia dengan mengubah bentuk atau fungsi jantung.
Gangguan elektrolit, seperti ketidakseimbangan kalium, natrium, atau kalsium, memainkan peran penting dalam mempengaruhi aktivitas listrik jantung.
Baca juga : Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah Sejak Usia 35 Tahun
"Kondisi medis lain, termasuk hipertensi dan diabetes, dapat memperburuk risiko aritmia. Penggunaan obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan juga dapat memicu gangguan ritme jantung," ungkap Yoga.
Selain faktor lingkungan, genetika juga memiliki peran, individu dengan riwayat keluarga yang mengalami aritmia atau kelainan jantung tertentu berpotensi terkena aritmia lebih tinggi.
Menurut Yoga, meskipun tidak semua kasus aritmia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko.
Mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah utama, antara lain dengan menjalani diet yang seimbang seperti banyak mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya serat makanan atau minuman rendah lemak, dan melakukan olahraga secara teratur.
"Menghindari alkohol dan kafein juga merupakan salah cara untuk mengurangi risiko pemicu aritmia," tutur Yoga.
Selain itu, untuk mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi, pengobatan yang tepat dan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat penting untuk dilakukan.
Mengelola stres dan menjaga berat badan ideal juga berperan penting pada faktor kesehatan jantung.
Pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala, seperti elektrokardiogram (EKG) dan tes pemantauan ritme, dapat membantu mendeteksi potensi masalah sejak dini dan memungkinkan intervensi lebih awal.
Deteksi aritmia sering kali memerlukan pemantauan yang cermat. Elektrokardiogram (EKG) adalah alat utama untuk mendiagnosis aritmia dengan merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi ketidaknormalan ritme.
"Untuk pemantauan jangka panjang, Holter Monitor dapat digunakan untuk merekam aktivitas jantung selama 24 hingga 48 jam dan memberikan informasi lebih detail tentang ritme jantung di berbagai waktu," jelas Yoga.
Event monitor yang dipakai untuk periode lebih lama atau dalam beberapa minggu, memungkinkan pasien untuk merekam gejala jantung saat beraktivitas, membantu dokter mengidentifikasi pola yang mungkin tidak terlihat dalam pemantauan singkat.
Selain alat-alat ini, peta risiko yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat keluarga dan kondisi medis juga dapat membantu dalam menilai kemungkinan gangguan ritme.
Perawatan untuk aritmia jantung dapat melibatkan berbagai pendekatan tergantung pada jenis dan keparahan aritmia. Obat-obatan antiaritmia seperti Amiodarone dapat digunakan untuk mengontrol atau mengembalikan ritme jantung kembali normal.
Antikoagulan mungkin diperlukan untuk pasien dengan fibrilasi atrium guna mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
Obat-obatan seperti Beta-Blocker dan Calcium Channel Blockers juga sering digunakan untuk mengatur detak jantung dan mengurangi gejala.
Terapi elektrofisik seperti kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung yang normal, sedangkan ablasi kateter, yang melibatkan penggunaan energi radiofrekuensi atau cryoablation, dapat menghilangkan area jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.
Dalam kasus yang lebih kompleks, pemasangan pacemaker atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mungkin diperlukan untuk mengatur detak jantung dan mencegah aritmia berbahaya.
Prosedur bedah seperti maze procedure mungkin diperlukan untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat jalur listrik yang terkoordinasi di jantung.
"Perawatan aritmia jantung telah mengalami kemajuan pesat berkat berbagai metode inovatif yang tersedia saat ini. Pilihannya adalah antara ablasi konvensional dan cryoablation," ungkap Yoga.
Cryoablation adalah teknik perawatan terbaru yang menggunakan suhu sangat rendah untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme.
"Prosedur ini dimulai dengan pemberian anestesi lokal dan sedasi ringan untuk memastikan kenyamanan pasien. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan dipandu ke jantung menggunakan teknologi pencitraan canggih. Energi dingin diterapkan melalui kateter untuk membekukan area target, sehingga menghentikan sinyal abnormal yang menyebabkan aritmia," jelasnya.
Cryoablation memiliki keunggulan signifikan sebagai teknik minimal invasif dibandingkan dengan ablasi konvensional, karena mengurangi risiko kerusakan pada jaringan sehat dan memiliki profil risiko komplikasi yang lebih rendah.
Yoga menjelaskan, prosedur ini umumnya efektif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, tetapi tidak semua pasien cocok untuk cryoablation. Metode ini sering digunakan untuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular dan pemilihan prosedur harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat.
Kendala utama dari cryoablation termasuk risiko komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan jaringan serta efektivitas yang mungkin bervariasi danmemerlukan terapi tambahan.
"Aritmia jantung, atau gangguan ritme jantung, dapat memiliki berbagai komplikasi serius jika tidak diatasi dengan tepat," ujar Yoga.
Salah satu risiko utama dari aritmia yang tidak dikelola adalah stroke. Ini terjadi ketika pembekuan darah terbentuk di jantung dan kemudian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan menyumbat arteri di otak. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh fibrilasi atrium, jenis aritmia yang paling umum, di mana jantung bergetar dengan tidak teratur dan tidak efektif.
Pembekuan darah dapat terbentuk di atrium, khususnya di area yang disebut atrial appendage (kuping jantung), dan jika terlepas, dapat mengarah pada stroke yang bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.
Selain stroke, aritmia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Pada aritmia yang kronis atau berat, seperti fibrilasi atrium atau takikardia ventrikular, jantung tidak dapat memompa darah dengan efisien.
Kondisi ini mengganggu kemampuan jantung untuk mempertahankan aliran darah yang cukup ke seluruh tubuh, menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki. Gagal jantung yang disebabkan oleh aritmia dapat memperburuk kualitas hidup dan memerlukan pengobatan intensif untuk mengelola gejala dan mencegah progresi penyakit.
Kemungkinan komplikasi lain dari aritmia yang serius adalah kematian mendadak.
Aritmia berbahaya seperti takikardia ventrikular atau fibrilasi ventrikular dapat menyebabkan jantung berhenti memompa darah. Takikardia ventrikular adalah kondisi di mana ventrikel jantung berdetak sangat cepat, sementara fibrilasi ventrikular melibatkan getaran ventrikel yang tidak teratur, mengakibatkan kehilangan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif.
Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan segera.
Untuk mencegah komplikasi ini, penting untuk mengelola aritmia dengan pendekatan yang komprehensif. Hal ini termasuk penggunaan obat-obatan yang diresepkan untuk mengontrol ritme jantung, prosedur medis seperti ablasi untuk mengatasi area jantung yang menyebabkan gangguan ritme, serta perangkat medis seperti pacemaker atau defibrillator dan juga tidak lupa untuk mengubah gaya hidup lebih sehat.
Beberapa kebiasaan dan pola hidup dapat meningkatkan risiko terkena aritmia jantung.
Konsumsi alkohol berlebihan dan penggunaan kafein dalam jumlah besar dapat mempengaruhi ritme jantung dan memicu aritmia. Merokok juga merupakan faktor risiko signifikan yang dapat memperburuk kesehatan jantung dan meningkatkan kemungkinan gangguan ritme.
Selain itu, stres kronis dan pola tidur yang tidak teratur dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan memicu aritmia. Kurangnya aktivitas fisik dan diet tidak sehat yang kaya akan lemak jenuh dan garam dapat juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan aritmia.
Untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian.
Melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda untuk membantu menjaga kesehatan jantung dan regulasi ritme.
Menghindari alkohol dan kafein dalam jumlah berlebihan serta berhenti merokok adalah langkah penting dalam pencegahan aritmia. Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Selain itu, menjaga berat badan ideal dan menjalani pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan mengambil tindakan preventif yang diperlukan.
Menjaga kualitas tidur dan memastikan pola tidur yang teratur juga berperan penting dalam mendukung kesehatan jantung secara keseluruhan. (Z-1)
Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia
Cara tidur seseorang dapat menjadi sinyal awal adanya masalah pada jantung.
belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.
Penyakit jantung struktural adalah gangguan pada struktur anatomi jantung, seperti katup, dinding jantung, atau pembuluh darah besar.
Gangguan pada jantung tentunya tidak dapat dianggap sepele, karena dapat berakibat fatal hingga kematian. Maka dari itu, kamu perlu memastikan organ ini terjaga dengan baik.
Cath Lab RS Pluit dirancang untuk menunjang prosedur diagnostik dan intervensi kardiovaskular seperti angiografi koroner, pemasangan stent, dan tindakan minimal invasif lainnya.
Penemuan ilmiah terbaru mengungkap kenyataan mengejutkan: penyakit jantung, khususnya aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), bukanlah momok eksklusif zaman modern
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Selain menyebabkan ruam di kulit, cacar api juga dapat menimbulkan rasa sakit ekstrem seperti terasa tersengat listrik, rasa terbakar, atau tertusuk paku.
Saat ini, covid-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.
Kemenkes dan AstraZeneca dalam penanganan penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, kanker, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi virus RSV, penyakit ginjal kronis.
MASYARAKAT diajak tanggap terhadap dampak kolesterol yang dapat memengaruhi kualitas hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved