Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Meningitis pada Anak Sulit Didiagnosis

Basuki Eka Purnama
10/5/2024 10:00
Meningitis pada Anak Sulit Didiagnosis
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RA Setyo Handryastuti menyampaikan bahwa meningitis atau peradangan selaput otak akibat penyakit meningokokus invasif pada anak sering kali sulit didiagnosis dan bisa berkembang cepat.

"Penyakit ini sering sulit didiagnosis dan bisa berkembang sangat pesat. Kalau anak-anak tidak tertolong dalam waktu 24 jam bisa meninggal," kata dokter yang akrab disapa Handry itu, dikutip Jumat (10/5)

"Masa inkubasinya sendiri butuh empat hari, kisarannya dua sampai 10 hari. Gejala awalnya sangat tidak spesifik," tambahnya.

Baca juga : Ini Empat Gejala Khas Rinitis Alergi pada Anak

Handry menyampaikan, anak yang terserang meningitis biasanya merasakan sakit pada kaki, merasa dingin pada tangan dan kaki, serta mengalami perubahan warna kulit abnormal seperti menjadi pucat atau berbintik-bintik.

Namun, ia menjelaskan, penyakit meningokokus invasif yang berkembang pesat biasanya gejalanya tidak spesifik tetapi menyebabkan konsekuensi yang parah dan mengancam jiwa dalam waktu 15 sampai 24 jam.

Menurut dia, gejala nonspesifik yang dapat terjadi dalam empat sampai 12 jam setelah serangan penyakit antara lain demam, gelisah, gejala gangguan gastrointestinal, dan sakit tenggorokan.

Baca juga : Ini 11 Pertanyaan untuk Mendeteksi Apakah Anak Anda Menderita Lupus

Ia melanjutkan, dalam 12 sampai 15 jam dapat terjadi ruam hemoragik, nyeri leher, meningismus, dan fotofobia serta dalam 15 sampai 24 jam pasien bisa mengalami kebingungan atau delirium, kejang, dan tidak sadarkan diri.

"Begitu masuk kumannya ke tubuh, itu timbul gejala pertama. Enggak sampai 24 jam kuman masuk melalui saluran napas atas, kemudian dia melakukan koloni. Ini ada yang patogen atau seluler yang sangat berbahaya, jadi kalau masuk ke darah dia bisa beredar ke otak jadi meningitis, kalau ke paru jadi pneumonia," papar Handry.

Handry mengatakan, data pada Januari 2023 menunjukkan adanya temuan dua kasus meningococcal meningitis di Riyadh, Arab Saudi, dan pada 2022 total ada 12 kasus meningococcal meningitis yang dilaporkan di seluruh Arab Saudi.

Baca juga : Gejala Lupus pada Anak Lebih Gawat Ketimbang pada Orang Dewasa

Dengan kondisi yang demikian, ia mengatakan, orangtua yang hendak mengajak anak-anak pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umrah maupun haji dianjurkan memastikan anak mendapat vaksinasi sebelum waktu keberangkatan.

"Vaksin meningitis bisa diberikan pada usia sembilan bulan ke atas. Jadi, kalau mau ajak bayi bisa divaksin, sementara yang di bawah usia itu dianjurkan untuk tidak dibawa dulu ya," katanya.

Ia mengatakan, banyaknya figur publik yang mengajak anak untuk menunaikan ibadah haji dan umrah dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan edukasi mengenai bahaya meningitis dan pentingnya vaksinasi meningitis pada anak.

"Keluarga muda ini bisa kita manfaatkan, kita endorse untuk menyebarluaskan bahwa anak-anak ini harus divaksin sebelum berangkat untuk mencegah penyakit," kata anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia itu.

Selain menjalani vaksinasi, menurut dia, penting pula mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mencukupkan minum air putih, mencukupkan istirahat dan tidur, dan memakai masker untuk menghindari masalah kesehatan selama menunaikan ibadah umrah maupun haji. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya