Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kesenjangan Pelayanan Kanker Harus Dihapuskan

 Atalya Puspa
12/2/2022 13:31
Kesenjangan Pelayanan Kanker Harus Dihapuskan
Komunitas Sahabat Anak Kanker berkostum Spiderman menghibur pasien anak-anak di Bangsal Anak, RS Syaiful Anwar, Malang. Jatim.(ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

KESENJANGAN pelayanan kanker di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Hal itu yang kemudian menjadikan Indonesia tertinggal dari negara-negara lainnya dalam hal penanganan kanker.

Dikatakan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Soehartati Argadikosoema Gondhowiardjo, bahwa persentase kanker pada perempuan di Indonesia mencapai 16,7%. Angka tersebut lebih tinggi dari rerata dunia yang hanya mencapai 11,6%/

Selain itu, kanker mulut rahim yang semestinya dapat dicegah kasusnya di Indonesia mencapai 9,3%. Lagi-lagi angka tersebut lebih tinggi dari rerata dunia yang hanya mencapai 3,2%.

"Kesenjangan ini kita bisa singkat menjadi cancer death. Demandnya besar. Pedoman terapi di negara maju belum bisa diterapkan, alatnya kurang, tantangan geografis. Jadi ini isu-isu yang kita hadapi saat ini," kata Soehartati dalam webinar bertajuk Dukungan Ekosistem & Psikososial bagi Stakeholder Kanker di Era Pandemi Covid-19, Sabtu (12/2).

Baca juga: Deteksi Dini dan Pelayanan Pasien Kanker Kini Bisa Dilakukan Secara Daring

Padahal, kata dia, dengan menutup kesenjangan pelayanan yang ada di Indonesia, dampaknya bisa sangat besar. Antara lain dapat menyelamatkan 30 juta tahun harapan hidup masyarakat Indonesia. Selain itu bisa memberikan keuntungan bagi negara sebesar US$278,1 miliar.

"Kanker ini faktornya industri, politk, media. Ini conflict of interest-nya banyak. Untuk menurunkan insiden jelas harus upaya bersama. Faktor kanker yang paling penting adalah preventif. Yang efektif adalah early detection. Karena yang mahal adalah penanganan dan kematian. Sementara upaya preventif adalah hal yang paling realistis yang bisa dilakukan saat ini," pungkas dia. (Ata/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya