Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
AKTRIS Adinia Wirasti hadir sebagai Mera di film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu. Mera adalah seorang perempuan matang yang menjalani hidup dengan sikap santai dan realistis.
Karakter Mera, yang digambarkan sebagai perempuan berusia hampir 40 tahun, sudah cukup puas dengan pencapaiannya dan memilih go with the flow dalam menjalani hidup.
"Karakter Mera itu sebetulnya adalah perempuan yang cukup apa adanya sih, maksudnya ambisius-ambisius banget sebenarnya juga tidak. She just go with the flow in her life, yang memang sudah cukup berumur gitu, dia udah pushing 40 dan punya hidup yang cukup penuh gitu sebetulnya," kata Adinia Wirasti, dikutip Rabu (13/11).
Namun, pertemuannya dengan seorang pelukis muda mengubah dinamika hidupnya dan menambah lapisan kompleks dalam kisah ini.
Bagi Adinia, tantangan terbesar dalam memerankan Mera adalah menghadirkan kembali memori dari era 90-an.
"Aku masih sangat muda di tahun 90-an, jadi harus merekoleksi memori bagaimana orang merespons berbagai kejadian di zaman itu," ungkapnya.
Oleh karena itu, dia dan tim produksi juga sering berdiskusi untuk menyatukan pandangan tentang nuansa dan latar zaman tersebut, dan tantangan-tantangan selama syuting diatasi melalui komunikasi, dengan tujuan bersama untuk menghasilkan karya yang utuh dan mendalam.
Adinia juga menyebutkan film yang ia perankan tersebut menjadi menarik, karena mengeksplorasi hubungan cinta dengan perbedaan usia yang
cukup jauh, hal yang jarang menjadi fokus dalam film Indonesia.
"Kayaknya ini pertama kali film Indonesia punya love interest yang umurnya cukup jauh gitu bedanya. Biasanya mungkin ya 2-3 tahun gitu dan tidak menjadi konflik utama dalam sebuah film," ujarnya.
Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu, yang akan tayang 21 November mendatang, berkisah tentang Sadali (Ajil Ditto) yang bercita-cita untuk menjadi pelukis dan melanjutkan pendidikannya ke ISI Yogyakarta lewat jurusan Seni Rupa.
Namun, sebelum pindah, ia pun menjalani proses taaruf dan dijodohkan dengan Arnaza (Hanggini), yang merupakan kembang desanya.
Keduanya memang sudah saling kenal sehingga proses perjodohan itu berjalan lancar-lancar saja, setidaknya sampai Sadali berangkat ke Jogja. Di sana, ia menemukan lingkungan baru dan kembali bertemu sahabat lamanya, Budi (Faiz Vizhal).
Ia pun tinggal di sebuah rumah yang juga menjadi restoran dan galeri seni milik Mera (Adinia Wirasti) dan selama tinggal di sana ia pun mulai merasa kagum dengan sosok Mera yang juga sangat menyukai seni. (Ant/Z-1)
Aktris senior Helen Mirren menegaskan sudah seharusnya James Bond diperankan oleh seorang laki-laki.
Tissa Biani mengaku cerita dalam film Panggil Aku Ayah cukup emosional membuatnya teringat akan sosok ayah kandungnya yang telah tiada.
Nayla Purnama menjelaskan film itu ingin menggambarkan bahwa kenikmatan yang terlihat di luar, tidak melulu baik.
Joanna Alexandra menyampaikan bahwa dia terakhir kali menjadi pemeran utama pada 2015.
Asmirandah mengatakan bahwa informasi kesehatan yang berseliweran di media sosial tidak selalu benar, jadi lebih baik bertanya langsung kepada tenaga kesehatan profesional.
Yuki Kato mengatakan, sebelum berlari, pemanasan menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan apalagi bagi para pemula.
ACHA Septriasa akan kembali dengan film layar lebar terbarunya, Titip Bunda di Surgamu. Film ini direncanakan rilis pada akhir tahun atau awal tahun 2026
GOOD Boy, film horor supranatural yang disutradarai oleh Ben Leonberg menghadirkan kisah mengerikan yang diceritakan dari sudut pandang seekor anjing
Aktris senior Helen Mirren menegaskan sudah seharusnya James Bond diperankan oleh seorang laki-laki.
Sehingga film apapun yang dimunculkan ke publik yang mengangkat isu nasionalisme, termasuk film animasi viral yang akan tayang di bioskop pada 17 Agustus ini.
Film Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa membuktikan bahwa teknologi AI bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif.
Pengepungan di Bukit Duri menandai kembalinya Joko Anwar ke genre thriller-aksi non-horor, setelah enam tahun sejak film terakhirnya di genre ini, Gundala (2019).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved