Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
KOMIKA Coki Pardede mengatakan pengalamannya dalam urusan narkoba membuat dia menyadari perubahan atau keinginan untuk berhenti harus datang dari diri sendiri dan bukan dari orang lain.
Pria yang kini berusia 36 tahun tersebut menegaskan, kejadian viral tertangkapnya dia saat menggunakan narkoba, beberapa tahun lalu, bukan hal yang membuat dia memutuskan untuk lepas dari narkoba.
“Kayaknya, pada waktu itu, cerita menariknya yang memutuskan gue untuk enough is enough adalah bukan kejadian (ketangkap narkoba) dan videonya tersebar. Menurut gue itu hanya bagian dari hidup itu sendiri. Bukan itu yang membuat gue pengen berhenti. Malah gue ketawa-tawa lihat video itu. Lucu banget,” ungkapnya saat diwawancarai Raditya Dika di akun YouTube-nya.
Baca juga : Istri Bintang Emon Positif Narkoba, Loh Kok Bisa?
“Jadi, saat gue harus menanggung konsekuensi dan ada masa di mana gue enggak bisa ngapa-ngapain dan cuma harus diem di (tempat) rehab. Di sana kan enggak bisa ngapa-ngapain. Akhirnya gue ngerasa waktu itu ternyata berharga banget ya cuma untuk kita diem doang enggak ngapa-ngapain di sini. Waktu yang seharusnya kita bisa nulis materi terus bisa kita keluarkan dalam bentuk konten atau segala macamnya, itu yang akhirnya bikin gue kapok,” lanjut Coki.
Dia menjelaskan, sebetulnya, tanpa narkoba, pikiran dia untuk membuat ide kreatif terus berjalan. Namun, hal tersebut tidak dapat dia eksekusi karena rehabilitasi yang harus dia jalani selama 2 tahun lamanya.
“Itu siksaan yang sangat berat buat orang kreatif. Akhirnya gue sadar hampir 2 tahun gue direhab itu, jadi setelah satu tahun gue direhab negara, MLI (Majelis Lucu Indonesia) bikin satu lagi rehabnya dengan orang yang ahli di bidangnya. Akhirnya gue bisa lepas dan sejauh ini sih gue sudah tidak menyentuh hal-hal seperti itu lagi,” tuturnya.
Baca juga : Polisi: Pelawak Coki Pardede Cukup Direhabilitasi di RSKO
Coki menekankan pelajaran yang dia ambil dari ketergantungan narkoba adalah pemakai narkoba selalu merasa dirinya tidak terkendali. Padahal hal tersebut dilakukan karena keinginan diri mereka sendiri.
“Pemikiran orang pemakai (narkoba) itu selalu menyangka bahwa kita in control. Kita selalu menipu diri kita bahwa kita in control. Tapi setelah gue sober berapa lama dan gue melihat lagi gue pada waktu itu, baru gue lihat parah banget ya,” ujar Coki.
Dia juga menambahkan, terdapat perbedaan efek samping dan juga jenis narkoba yang selama ini dijual oleh para pengedar narkoba.
Baca juga : Hasil Tes Urine Coki Pardede Positif Amphetamin
“Drugs zaman dulu seperti putau, heroin, dan lainnya yang sebetulnya sampai sekarang masih ada itu tidak sustain bagi para pengedar secara ekonomi, karena penggunanya pasti mati. Makanya ada istilah orang yang pakai putau atau heroin itu kontrak mati. Karena kemungkinan besar (meninggal). Ada beberapa yang selamat sih dan harus bersyukur sekali,” jelasnya.
“Karena kondisi ini, para penjual narkoba ini merasa ini bukan sumber yang sustain. Nah heroin dan putau ini punya efek sakau karena tubuh meminta lagi. Kalau sabu itu enggak. Jadi ada hormon tertentu di pikiran kita yang bisa menciptakan rasa kenikmatan. Biasanya ini keluar dalam masa tertentu aja,” sambung Coki.
Coki menekankan sabu memungkinkan tubuh untuk memproduksi hormon kenikmatan 100-300 kali lebih banyak dari pada kejadian natural. Hal inilah yang berbahaya dari sabu dan membuat ketagihan.
“Jadi hal yang terekam di diri kita ketika pakai sabu dan ini yang bahaya adalah referensi kenikmatannya. Itulah makanya perlu rehabilitasi untuk mengembalikan lagi setingannya supaya sama seperti orang normal pada umumnya,” pungkasnya. (Z-1)
Kedua tersangka merupakan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di kampus UIN Suska Riau.
Remaja yang sedang menghadapi krisis pencarian identitas biasanya lebih rentan terpengaruh godaan untuk ikut menyalahgunakan narkoba.
Kepala BNN mengungkap sebanyak 312 ribu anak usia remaja di Indonesia terpapar narkotika
Dengan hukuman Satria Nanda yang lebih berat dibanding Teddy Minahasa dapat memberikan efek getar kepada Korps Bhayangkara.
Tidak hanya berhenti di Kepri, polisi juga melakukan pengembangan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Direktorat Reserse Narkoba juga menyita obat keras tertentu sebanyak 5,7 juta butir dan psikotropika 2.580 butir.
Jika ingin membeli barang, Raditya Dika akan membiarkan keinginan itu mengendap semalaman karena dapat berubah di keesokan hari.
Film Warung Pocong menampilkan tiga komika berbakat, Fajar Nugra, Sadana Agung,dan Randhika Djamil, sebagai pemeran utama.
INDONESIA film Indonesia kembali diramaikan dengan produksi film horor komedi terbaru, Warung Pocong, yang resmi memulai proses syuting.
Arie Kriting bercerita tentang perjalanan panjangnya dalam dunia film, dimulai dari kesempatan pertama yang ia anggap sebagai momen sekali seumur hidup.
Layanan curhat yang diberikan Mega Salsabilah memang tidak memberikan solusi seperti seorang ahli, namun setidaknya memberikan kebahagiaan bagi orang yang bercerita kepadanya.
Aktris ternama Nikita Willy mengungkapkan dirinya menjadi korban penipuan yang melibatkan komika Fico Fachriza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved