Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Pemerintah Dinilai Bakal Kesulitan Kendalikan Harga Pangan Saat Ramadan

M. Ilham Ramadhan Avisena
07/3/2024 19:30
Pemerintah Dinilai Bakal Kesulitan Kendalikan Harga Pangan Saat Ramadan
Petugas PPSU merapikan ratusan karung ukuran 10 kg berisi beras bantuan pangan yang akan disalurkan ke masyarakat(MI/Ramdani)

SALAH perencanaan dan tata kelola dinilai bakal menyulitkan upaya pengendalian harga bahan pangan yang akan dilakukan pemerintah. Lonjakan harga-harga diperkirakan akan tetap terjadi dan menambah kesusahan masyarakat sebagai konsumen.

Sebab, kenaikan harga bahan pangan selama Ramadan dan Lebaran merupakan fenomena musiman. Pengendalian akan semakin sulit karena sejumlah komoditas pangan membutuhkan waktu untuk diproduksi dan disalurkan ke pasar.

"Bahan-bahan yang sekarang ini bukan merupakan musim panen harganya akan tinggi. Tapi kalau panen memang akan agak terkendali. Misal, beras, kita ini kan baru masuk musim panen, harga mungkin akan sedikit turun, walau memang masih lebih tinggi dari Januari-Februari lalu," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Kamis (7/3).

Baca juga : Jokowi Tekankan Pentingnya Menjaga Ketersediaan dan Kestabilan Harga Pangan

Salah satu komoditas pangan yang akan sulit dikendalikan kenaikan harganya ialah telur. Sebab produksi telur tak bisa dilakukan dengan cepat atau menggunakan opsi instan seperti mengimpor beras.

Kenaikan harga telur diperkirakan akan sulit ditekan. Harga komoditas itu diproyeksikan akan terus naik seiring dengan kenaikan permintaan selama Ramadan dan Idulfitri 2024. "Telur ini kan masih ada yang Rp30 ribu per kg, ini kan tinggi sekali. Yang lain juga tampaknya memang akan sulit, karena sekarang ini musim hujan, itu akan berat untuk cabai," kata Tauhid.

Dia menilai, pemerintah telah gagal mengatasi persoalan harga dan ketersediaan pangan. Itu tercermin dari sengkarut harga beras yang dalam beberapa waktu terakhir cukup tinggi. Padahal di saat yang sama pengambil kebijakan juga menyadari adanya produksi beras yang berkurang akibat El Nino.

Baca juga : Jelang Ramadan, Pemprov DKI Diminta Waspadai Lonjakan Harga Pangan

"Memang pengendalian harga ini kurang terencana, kurang terkelola dengan baik. Katanya stok aman, tapi barangnya sulit diperoleh, sulit di pasar. Seharusnya kalau aman kan harga tidak setinggi ini. Jadi tidak terkontrol," tutur Tauhid.

"Pemerintah sendiri sebetulnya tahu produksi akan turun karena El Nino, musim panen yang mundur, tapi stok yang ada itu sangat kurang dan tidak diantisipasi dengan baik," lanjutnya.

Dus, kenaikan harga yang diperkirakan akan terus terjadi selama Ramadan dan Idulfitri itu akan memberi pengaruh pada kemampuan belanja masyarakat. Tauhid menilai, itu akan menekan pertumbuhan konsumsi rumah tangga meski terbilang minor.

Pasalnya, lapisan kelompok masyarakat bawah telah menerima banyak stimulus dari pemerintah berupa pangan hingga uang tunai. Karenanya, tekanan di konsumsi rumah tangga disebut akan terjadi meski tak signifikan menggerus daya beli secara keseluruhan.

"Jadi secara umum relatif turun tapi tidak terlalu drastis. Tekanan itu pasti ada karena memang ada ekspektasi inflasi juga, pedagang bisa dengan alasan macam-macam menaikan harga saat Ramadan dan Lebaran," kata Tauhid. (Mir/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik