Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Iran Siap Naikkan Produksi Minyak setelah Sanksi Dicabut

Mediaindonesia.com
03/3/2022 21:08
Iran Siap Naikkan Produksi Minyak setelah Sanksi Dicabut
Kilang minyak Iran.(AFP.)

IRAN yang kaya minyak mengatakan siap untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya setelah sanksi AS dicabut. Ini terjadi jika pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 berhasil.

Komentar itu muncul saat harga minyak global melonjak menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Minyak mentah West Texas Intermediate pada Kamis (3/3) mencapai US$115 per barel, tertinggi sejak 2008.

"Republik Islam Iran siap meningkatkan produksi dan ekspornya ke tingkat pra-November 2018," kata Menteri Perminyakan Iran Javad Owji seperti dikutip oleh badan resmi IRNA, Kamis. Owji mengacu pada 5 November 2018 ketika AS di bawah presiden saat itu Donald Trump menerapkan kembali sanksi terhadap sektor minyak Iran, menyusul penarikannya pada Mei tahun itu dari perjanjian nuklir Iran 2015.

"Terserah negara-negara konsumen utama untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan ketenangan di pasar minyak," kata Owji Rabu setelah pertemuan OPEC, menurut Shana, badan resmi kementerian. Dalam pertemuan itu, negara-negara Teluk yang kaya minyak telah gagal menanggapi tekanan Barat untuk meningkatkan produksi minyak mentah dengan memprioritaskan kepentingan strategis dan ekonomi mereka sendiri.

"Saya berjanji untuk mencapai kapasitas ekspor minyak tertinggi dalam satu hingga dua bulan segera setelah lampu hijau dari Wina diberikan," kata Owji. Menteri tersebut, dalam komentar pada 6 Februari, memperkirakan kapasitas ekspor negaranya sebesar 2,5 juta barel per hari dari total produksi sekitar 4 juta barel per hari, menurut agensi Shana.

"Iran secara teknis dan operasional mampu menstabilkan pangsa ekspornya di pasar dunia setelah pencabutan sanksi," katanya. Harga minyak mentah sudah naik tajam sebelum perang Ukraina di tengah kekurangan pasokan karena pemulihan yang kuat dalam permintaan global yang disebabkan oleh pencabutan pembatasan covid-19 di banyak negara.

Baca juga: Saham Saudi Aramco Sentuh Rekor Tertinggi Baru

Lonjakan harga minyak memainkan peran utama dalam mengirimkan inflasi global ke level tertinggi dalam beberapa dekade, sehingga memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Dalam beberapa hari terakhir, para perunding telah melaporkan kemajuan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina yang bertujuan menyelamatkan kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dengan Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya