Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kerjakan Program PEN, Menteri KKP : Bali adalah Corong Dunia

Insi Nantika Jelita
30/10/2020 20:54
Kerjakan Program PEN, Menteri KKP : Bali adalah Corong Dunia
Ilustrasi(MI/Sumaryanto Bronto)

KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) mengerjakan program restorasi terumbu karang Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) dan pelestarian ekosistem pesisir dan kawasan wisata sebagai salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dimulai dari Bali.

Menteri KKP Edhy Prabowo menjelaskan, Bali sebagai penunjang pariwisata dengan menyumbangkan devisa bagi negara.

“(Bali penyokong) ekonomi kedua yang membangun Indonesia. Dan Bali adalah corong dunia. Orang di dunia mengenal Indonesia melalui Bali. Ini yang sangat penting. Makanya kita harus mulai dan kita harus geliatkan,” ujar Edhy dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (30/10).

Edhy menyebut, program restorasi terumbu karang itu bakal bermanfaat secara ekonomi untuk masyarakat pesisir di Bali melalui program padat karya dan manfaat jangka panjang mendukung sektor kelautan dan perikanan.

“Ini juga bargain kepada dunia bahwa dengan kita membangun koral, kita juga turut membangun iklim sejuk di Indonesia. Karena menanam satu koral sama dengan menanam 20 pohon,” imbuh Edhy.

Baca juga : Libur Panjang, Jakarta-Denpasar Jadi Rute Favorit

Program Pembangunan taman bawah laut ini, lanjut Edhy, diharapkan menjadi trigger pemanfaatan sektor kelautan dan perikanan di Bali, tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata. Sebab, ia melihat potensi Bali di sektor kelautan dan perikanan cukup tinggi.

“Satu hal yang Bali miliki tapi daerah lain tidak punyai adalah pasarnya. Seluruh dunia mampir di Bali,” tuturnya.

Edhy pun mengajak masyarakat Bali untuk mulai menggarap serius sektor kelautan dan perikanan. Misalnya rumput laut, tambak udang, atau budidaya ikan.

Ia mencontohkan, budidaya rumput laut yang pengelolaannya tidak terlalu rumit.

"Cukup memberikan bibit, tanpa pupuk, dan bisa dipanen setiap 43 hari. Satu tahun bisa menghasilkan 10 ton kering minimal. Harga perkilonya bisa Rp12 ribu bahkan sampai Rp26 ribu,” ujar Edhy. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya