Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Akhiri Manipulasi Demokrasi

05/2/2024 21:00

KENEGARAWANAN Presiden Joko Widodo berada di titik nadir dalam kubangan praktik politik yang tidak lagi menjunjung moral dan absen dari etika. Publik kian risau dengan posisinya di puncak kepemimpinan pemerintahan, Jokowi terus bermain api yang membuat hukum ditekuk, etika ditanggalkan, dan demokrasi dibuat berantakan.

Di singgasana tertinggi, mestinya negarawan yang bertahta. Namun, jujur kita harus katakan bahwa yang kita saksikan dalam situasi terkini ialah sosok politikus biasa yang lebih kentara. Politikus berkadar biasa itu tidak lagi mengenal mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, tapi lebih kepada pertimbangan mana yang menaikkan elektoral dan mana yang berpotensi menghambat suara elektoral.

Kekuasaan dalam pikirannya hanyalah sebuah alat untuk meraih dan menggenggam erat kekuasaan agar tidak lepas dari tangannya. Pemilu sebagai penghormatan terhadap demokrasi dan hak rakyat, diposisikan sekadar ajang perlombaan antara menang dan kalah tanpa memedulikan martabat.

Situasi itulah yang membuat para cendekiawan, intelektual, para guru besar dan sivitas akademika dari puluhan perguruan tinggi negeri dan swasta menyatakan sikap mengkritik rusaknya demokrasi di bawah pimpinan Presiden Jokowi. Mereka menilai banyak penyimpangan yang terjadi. Kaum intelektual penjaga muruah bangsa itu sungguh-sungguh merasa akal kecerdasan dan standar moral dan etika bangsa ini dilecehkan sedemikian rupa.

Penyalahgunaan kekuasaan untuk membajak demokrasi hanya karena nafsu untuk memenangkan calon yang didukungnya sudah melampaui batas-batas toleransi. Maka, para akademisi penjaga kewarasan itu tidak tahan lagi menyaksikan para pemegang kendali kekuasaan sungguh-sungguh mempermainkan rakyat melalui cara-cara brutal mengangkangi akal sehat.

Mereka pun menyeru. Seruan dari para akademisi dan guru besar itu merupakan peringatan keras kepada Jokowi atas keresahan publik yang meluas. Pasalnya, selama ini, kritikan maupun masukan yang diutarakan oleh masyarakat sipil kerap diabaikan oleh Jokowi.

Bukannya mengindahkan seruan para begawan, Jokowi menganggap gaung masif kaum intelektual sekadar gonggongan yang tanpa arti. Celakanya lagi, Istana, lewat Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana, justru menuding suara dari kampus sebagai partisan. Guru besar penjaga muruah itu disebut sebagai bagian dari perang narasi guna mendulang elektoral.

Tidak cukup tudingan partisan, elite kekuasaan ditengarai melakukan intervensi terhadap kebebasan berpendapat para guru besar, berupaya membuat narasi tandingan, dan membenturkan para cendekiawan. Ada indikasi keterlibatan aparat sebagai operator mendekati para petinggi universitas.

Sehingga muncul kelompok tandingan yang seolah tidak ikhlas mendengar dan menyaksikan seruan kelompok yang bersuara kencang mengingatkan perilaku penguasa yang terseret jauh dari etika dan moral berdemokrasi itu.

Bahkan, sivitas akademika Universitas Sriwijaya dengan memohon maaf kepada publik, terpaksa membatalkan deklarasi pernyataan forum dosen menyikapi situasi menghadapi pemilu 2024 seperti kampus lainnya. Alasannya, untuk menjaga keharmonisan dan kekeluargaan sivitas akademika yang lebih penting untuk dikedepankan.

Begitupun intimidasi terhadap mahasiswa juga dilakukan sejumlah orang tidak dikenal, dengan membubarkan konsolidasi mahasiswa Jakarta di dalam Kampus Universitas Trilogi. Kekuasaan yang sakit memang akan dihantui rasa waswas. Kekuasaan yang alpa terhadap etika, akan diracuni beragam kecemasan dan ketakutan.

Rasa cemas, takut, dan panik itu membuat tindakan represi bermunculan. Tapi, dalam sejarah bangsa-bangsa, kekuasaan yang dibangun di atas pondasi ketakutan kehilangan kekuasaan, justru akan runtuh pada waktunya dengan amat menyakitkan. Karena itu, jangan remehkan seruan penjaga kewarasan. Jangan bungkam peringatan kembali ke akal sehat demokrasi. Akhiri mengangkangi demokrasi untuk kepentingan pribadi.
 



Berita Lainnya
  • Menghadang Efek Domino Perang

    19/6/2025 05:00

    ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.

  • Jangan Memanipulasi Sejarah

    18/6/2025 05:00

    KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.

  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

  • Upaya Kuat Jaga Raja Ampat

    11/6/2025 05:00

    SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.

  • Vonis Ringan Koruptor Dana Pandemi

    10/6/2025 05:00

    UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.

  • Membagi Uang Korupsi

    09/6/2025 05:00

    PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.

  • Jangan Biarkan Kabinet Bersimpang Jalan

    07/6/2025 05:00

    DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.

  • Jangan Lengah Hadapi Covid-19

    05/6/2025 05:00

    DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.

  • Merawat Politik Kebangsaan

    04/6/2025 05:00

    PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.

  • Obral Nyawa di Tambang Rakyat

    03/6/2025 05:00

    JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.

  • Melantangkan Pancasila

    02/6/2025 05:00

    PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.

  • Penegak Hukum Tonggak Kepercayaan

    31/5/2025 05:00

    CITRA lembaga penegak hukum dan pemberantasan korupsi di negeri ini masih belum beranjak dari kategori biasa-biasa saja.