Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
DENGAN mendaftarnya Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai calon presiden dan wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pagi ini maka Pilpres 2024 dipastikan menyuguhkan tiga pasang kontestan. Rakyat pun punya lebih banyak pilihan.
Pilpres dengan tiga pasangan, bahkan lebih, memang bukan baru di Indonesia. Dalam pilpres langsung pertama pada 2004, kita memiliki lima pasang kandidat. Berikutnya pada 2009, ada tiga pasang calon bertarung, meski kemudian harus diselesaikan dalam satu putaran.
Pada Pilpres 2024, pertarungan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo-Gibran diperkirakan kembali harus dituntaskan dengan dua putaran. Tentu saja pilpres dua putaran berimplikasi pada biaya yang besar. Namun, itu tak menjadi soal demi terpilihnya pemimpin terbaik di antara yang baik-baik.
Di titik ini, kepastian Gibran menjadi cawapres pun sudah tidak perlu lagi diperdebatkan. Pencalonannya memang melalui proses kontroversial, bahkan ugal-ugalan, yang membahayakan demokrasi. Kendati lewat putusan Mahkamah Konstitusi yang aneh luar biasa terkait dengan syarat batas minimal usia capres-cawapres, putra sulung Presiden Joko Widodo itu suka tidak suka telah berhak menyandang baju cawapres.
Meski dunia juga ikut menyoroti putusan yang membingungkan itu, termasuk adanya kenyataan bahwa Ketua MK Anwar Usman yang merupakan ipar Presiden Jokowi alias paman Gibran, tahapan pilpres mesti berlanjut. Pilpres harus jalan terus dengan segala implikasi akibat dari dinasti politik yang bisa merusak demokrasi.
Harga mahal dari pesta demokrasi yang dibayangi dinasti politik sudah jamak di dunia. Contoh kronisnya ada di Filipina. Dinasti politik di negara tetangga itu bukan lagi disebut tipis-tipis, tetapi tambun karena tidak hanya dilakukan oleh satu klan. Dinasti politik tak cuma di lingkup senator, tetapi juga di tingkat gubernur hingga presiden.
Dinasti politik yang sudah ibarat tentakel gurita itu mendegradasi demokrasi secara pasti. Para ahli mengingatkan bahwa salah satu esensi demokrasi ialah ketika rakyat dapat ikut mengatur pemerintahnya dengan cara memilih kandidat yang baik.
Ketika sebuah pemerintahan dirasa gagal maka rakyat memiliki harapan untuk perubahan dengan cara memilih pemimpin yang baru. Akan tetapi, dinasti politik menggagalkan itu karena tidak ada lagi kandidat yang benar-benar independen atau terlepas dari siklus yang lama. Akibatnya, rakyat seperti hanya diberi harapan palsu.
Rakyat bukannya naif, tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain karena seluruh kandidat adalah produk dinasti politik. Pada saat inilah demokrasi sudah di titik akhir degradasi, alias sudah mencapai liang kubur. Konsekuensinya, pemilu bukan lagi pesta demokrasi, melainkan hanya formalitas. Para ahli mengingatkan, harga mahal akan terlihat pada kemunduran di segala sektor, baik penegakan hukum maupun pemerataan ekonomi.
Petaka seperti itu jelas tidak boleh terjadi di Indonesia. Politik dinasti level tertinggi yang saat ini sudah kita masuki tidak boleh membuat kemunduran demokrasi, sekecil dan seawal apa pun.
Langkah pertama harus dibuktikan dengan memastikan semua tahapan pilpres benar-benar bersih. Ini belum bicara kampanye, tetapi baru verifikasi dokumen dan pemeriksaan kesehatan para kandidat. Selanjutnya, kita tidak boleh menoleransi segala bentuk ketidaknetralan penyelenggara pemilu dan pemerintah.
Jika tak ada sesuatu yang luar biasa seperti gagal tes kesehatan, tiga pasang calon sudah tersedia. Tinggal rakyat yang pintar-pintar membaca kekurangan dan kelebihan mereka, rekam jejak mereka, serta kualitas dan kapasitas mereka. Pilpres mulai menapaki tahapan yang penting. Ia layak untuk mulai kita rayakan. Namun, yang jauh lebih penting ialah memastikannya berjalan lurus di rel demokrasi.
BUKAN masuk penjara, malah jadi komisaris di BUMN. Begitulah nasib Silfester Matutina, seorang terpidana 1 tahun 6 bulan penjara yang sudah divonis sejak 2019 silam.
PERSOALAN sengketa wilayah Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia kembali mencuat di tengah kian mesranya hubungan kedua negara.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved