Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Menumpuk Pundi dari Rangkap Jabatan

04/3/2023 05:00
Menumpuk Pundi dari Rangkap Jabatan
Ilustrasi MI(MI/Duta)

HARTA kekayaan para pejabat di Kementerian Keuangan masih menjadi sorotan. Bukan lagi semata soal besarnya harta Rafael Alun Trisambodo yang kini sedang diusut sumbernya oleh KPK. Perbincangan publik saat ini memanjang hingga tentang banyaknya pejabat di institusi tersebut yang merangkap jabatan sebagai komisaris di perusahaan pelat merah.

Tema itu terangkat bermula dari pernyataan Wakil Ketua KPK Alexander Marwata yang meminta agar masyarakat tidak menyamaratakan kasus Rafael dengan besarnya harta kekayaan para pejabat yang lain. Menurut dia, harta kekayaan dalam jumlah besar yang dimiliki banyak pejabat di Kemenkeu tidak melulu berasal dari sumber yang tak jelas atau mencurigakan.

Sudah menjadi rahasia umum, para pejabat di Kementerian Keuangan selain memiliki penghasilan bulanan dari gaji dan tunjangan kinerja (tukin), sebagian mereka juga memperoleh tambahan pendapatan yang tak kalah besar dari jabatan mereka sebagai komisaris di sejumlah BUMN.

Dalam catatan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), ada 11 pejabat eselon 1 Kementerian Keuangan yang rangkap jabatan menjadi komisaris di BUMN. Salah satunya Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, yang sejak Desember 2019 merupakan Wakil Komisaris Utama PT PLN. Ada juga nama Sekretaris Jenderal Kemenkeu Heru Pambudi yang menjabat Komisaris PT Pertamina (persero) dan setidaknya 9 nama lain.

Dari perspektif kewajaran, wajar saja bila mereka memiliki harta kekayaan dalam jumlah besar karena punya dua sumber penghasilan resmi yang sama-sama besar. Dengan dasar itu, KPK meminta masyarakat supaya tidak usah heran dengan besarnya harta kekayaan dari kalangan pejabat eselon 1 di Kemenkeu. Asal tidak nyolong, KPK mengganggap itu wajar.

Memang betul, tak perlu korupsi atau melakukan kejahatan keuangan lain, mereka tidak bakal sulit menumpuk kekayaan melalui gaji, tunjangan, dan renumerasi bulanan yang bila dijumlah tentu sangat besar. Fitra bahkan menengarai seorang pejabat eselon 1 yang menjadi komisaris di BUMN bisa mendapatkan renumerasi hingga Rp2 miliar setiap bulan. Sedap betul.

Namun, tentu ada perspektif lain yang lebih kritis, yakni perspektif kepatutan dan kemanfaatan. Sebetulnya bolehkah secara hukum ataupun etis para pejabat kementerian, bahkan sampai wakil menteri, rangkap jabatan? Lalu kalau pejabat-pejabat itu menjadi komisaris di BUMN, adakah faedahnya? Apakah justru tidak memuncukan konflik kepentingan?

Jika menyimak isi Pasal 23 UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, memang hanya menteri yang dilarang merangkap jabatan. Namun, dalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi No 80/PUU-XVII/2019, MK menegaskan larangan rangkap jabatan yang berlaku pada menteri sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UU Kementerian Negara juga harus berlaku terhadap wakil menteri.

Artinya, jelas, seperti halnya menteri semestinya wakil menteri tak boleh 'nyambi' menjadi komisaris di mana pun, apalagi perusahaan negara. Adapun untuk pejabat eselon 1, secara hukum memang tidak ada yang dilanggar. Namun, bukankah secara kepatutan seorang pejabat publik semestinya mencurahkan fokus dan konsentrasinya untuk bekerja di posisi jabatan publiknya? Tidak mendua dan tidak membelah fokusnya?

Lagi pula sesungguhnya masyarakat juga tak terlalu melihat efektivitas fungsi pejabat tinggi di kementerian sebagai pengawas BUMN. Jangan-jangan seperti kecurigaan Fitra, penempatan mereka di BUMN sebagai bentuk pengawasan sebetulnya hanya sekadar gimik.

Karena itu, mumpung persoalan kekayaan pejabat kementerian masih menjadi sorotan publik, ada momentum bagi pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih tegas. Larang saja seluruh level pejabat publik rangkap jabatan di perusahaan, baik negara maupun swasta. Itu lebih fair.



Berita Lainnya
  • Awas Ledakan Pengangguran Sarjana

    12/7/2025 05:00

    DALAM dunia pendidikan di negeri ini, ada ungkapan yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun dan tidak berubah hingga kini, yakni ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum, ganti buku.

  • Mencurahkan Hati untuk Papua

    11/7/2025 05:00

    JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.

  • Bukan Bangsa Pelanduk

    10/7/2025 05:00

    Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.

  • Bansos bukan untuk Judol

    09/7/2025 05:00

    IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).

  • Dicintai Rakyat Dibenci Penjahat

    08/7/2025 05:00

    KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.

  • Investasi Enggan Melesat

    07/7/2025 05:00

    PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.

  • Di Laut, Kita Dikepung Petaka

    05/7/2025 05:00

    LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.

  • Jangan Menyerah Lawan Kekejian Israel

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.

  • Musim Potong Hukuman Koruptor

    03/7/2025 05:00

    SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.

  • Menjerat Penjaja Keadilan

    02/7/2025 05:00

    ADA angin segar dalam penegakan hukum terhadap koruptor.

  • Lagu Lama Korupsi Infrastruktur

    01/7/2025 05:00

    PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.

  • Mendesain Ulang Pemilu

    30/6/2025 05:00

    MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia

  • Jangan lagi Ditelikung Koruptor

    28/6/2025 05:00

    PEMERINTAH kembali terancam ditelikung koruptor.

  • Berhenti Membebani Presiden

    27/6/2025 05:00

    MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.

  • Mitigasi setelah Gencatan Senjata

    26/6/2025 05:00

    GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.

  • Nyalakan Suar Penegakan Hukum

    25/6/2025 05:00

    KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik