Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
JIKA virus korona (covid-19) diibaratkan musuh perang, tidak salah lagi, garda paling depan dalam peperangan itu ialah para tenaga kesehatan. Dari dokter, perawat, pekerja laboratorium, hingga petugas kebersihan, terutama di rumah sakit rujukan, mereka bagaikan prajurit yang dengan segala kebisaan dan kerelaan menjadi ujung tombak dalam melawan, menahan, sekaligus membunuh virus mematikan itu.
Sesungguhnya, dengan posisi tersebut, mereka ialah kelompok yang paling berisiko terpapar covid-19. Mengapa? Karena hanya para petugas paramedis inilah yang setiap hari, bahkan mungkin setiap menit, yang harus berinteraksi langsung dengan pasien. Sekalipun mereka memakai setelan baju pelindung, masker, dan kacamata khusus, hal itu tidak membuat risiko mereka menjadi kecil.
Kerja mereka melampaui kewajaran. Ketika masyarakat diimbau untuk melakukan gerakan menjaga jarak sosial (social distancing), mereka malah tak boleh berjarak dengan pasien covid-19. Ketika masyarakat umum diminta untuk mulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah, bahkan beribadah di rumah, itu sama sekali tidak berlaku bagi tim medis yang justru harus terus berada di rumah sakit.
Hebatnya, hampir tidak ada keluhan yang keluar dari mulut mereka. Mereka tetap bekerja amat keras dan maksimal di tengah menyebarnya virus korona yang mungkin saja menyerang mereka. Pengabdian, dedikasi mereka untuk kesehatan dan keselamatan rakyat begitu nyata. Bukan kaleng-kaleng, kalau kata anak muda sekarang. Mereka bertaruh nyawa dalam arti yang sebenar-benarnya.
Akan tetapi, ketiadaan suara keluhan itu yang barangkali membuat peran mereka kadang terlupakan publik. Ada kontribusi sangat besar dari para tenaga kesehatan di balik kesembuhan sejumlah pasien positif covid-19, tapi ruang publik saat ini lebih ramai membicarakan penambahan jumlah korban terjangkit dan mati. Ada kerja luar biasa dari tenaga medis dalam penanganan setiap kasus korona yang membuat sebagian mereka mengalami kelelahan fisik dan mental, tetapi publik malah lebih senang membahas beberapa kegagapan pemerintah menghadapi wabah ini.
Ini saatnya kita untuk lebih memberikan perhatian kepada mereka, para pahlawan kesehatan. Dukungan, apresiasi mesti diberikan kepada mereka. Bukan saja dari negara, melainkan juga dari seluruh masyarakat. Mereka tak boleh dibiarkan bergerak sendirian. Tangan-tangan negara dan publik harus segera menjangkau mereka yang entah bakal sampai kapan harus berjibaku melawan penyebaran virus korona tersebut.
Dukungan dan penghargaan bisa dalam bentuk apa saja. Apresiasi dalam bentuk insentif dana seperti yang akan diberikan Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp215.000 per hari dapat menjadi contoh konkret. Kita berharap insentif serupa bisa pula diberikan pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat.
Dari masyarakat, gerakan-gerakan untuk mendukung para tenaga medis harus pula dimasifkan. Faktanya, di sejumlah rumah sakit para tenaga kesehatan mulai sulit mengakses makanan bernutrisi serta vitamin untuk kebutuhan mereka sendiri. Padahal, di saat yang sama beban kerja mereka yang berat akan berdampak pada penurunan imunitas. Artinya, salah satu gerakan konkret yang mungkin bisa dilakukan ialah memfasilitasi mereka akses untuk asupan makanan yang bergizi.
Jika gerakan-gerakan seperti itu semakin masif, solidaritas publik secara luas bakal tumbuh dan terpupuk. Solidaritas akan menjadi modal yang amat positif bagi negeri ini dalam menghadapi musuh bersama yang bernama covid-19.
Sekali lagi, tenaga kesehatan ialah garda terdepan. Sudah seharusnyalah kita yang ada di barisan belakang bersama-sama menyokong mereka. 'Peperangan' ini akan bisa kita menangi bila prajurit depan dan pasukan di belakang berjuang sama-sama. Tidak saling menihilkan, tidak pula saling menyalahkan.
DALAM dunia pendidikan di negeri ini, ada ungkapan yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun dan tidak berubah hingga kini, yakni ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum, ganti buku.
JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.
Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.
IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).
KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.
PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.
LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.
MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.
SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.
PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.
MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia
MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.
GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.
KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved