Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
PENELITIAN ilmiah terbaru dari CNRS Prancis mengungkapkan robot penjelajah Curiosity milik NASA telah menemukan bukti pertama bahwa Mars pernah memiliki iklim yang kerap berganti-ganti antara musim hujan dan musim kemarau yang mirip dengan Bumi.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu (9/8), menunjukkan planet merah itu mungkin memiliki kondisi cuaca yang tepat untuk mendukung kehidupan manusia, seperti dilansir dari AFP pada Kamis (10/8).
Para peneliti menjelaskan bahwa sejak miliaran tahun yang lalu, sungai-sungai dan danau-danau yang luas diperkirakan membentang di permukaan Mars meskipun saat ini kondisi permukaannya sudah berubah menjadi gurun yang gersang.
Sejak mendarat di Mars pada Agustus 2012, kendaraan seukuran mobil tersebut telah menjelajahi Gunung Sharp di Kawah Gale yang sangat besar. Kawah tersebut diyakini merupakan tempat yang dulunya dialiri air danau dan pada bagian tengahnya memiliki gunung sedimen setinggi hampir enam kilometer (empat mil).
"Kami segera menyadari bahwa selama ini penelitian menggunakan endapan danau dan sungai sebagai objek, tetapi tidak tahu jenis iklim apa yang terkait dengan endapan tersebut,” kata William Rapin, seorang peneliti dan penulis utama studi tersebut.
Saat mendaki lereng gunung sedimen pada tahun 2021, Curiosity menemukan endapan garam yang membentuk pola heksagonal di tanah yang berusia hampir empat miliar tahun yang lalu. Instrumen penjelajah mengidentifikasi pola-pola tersebut sebagai retakan pada lumpur kering.
“Ketika danau mengering maka lumpur akan retak, dan ketika danau terisi kembali, retakan itu akan membaik,” jelas Rapin.
"Meskipun proses tersebut diulang berkali-kali, tetapi retakan-retakan itu akan membentuk segi enam. Oleh karena itu, ini adalah bukti nyata pertama bahwa Mars memiliki iklim yang berganti seperti siklus bumi,” imbuhnya.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Jejak Bebatuan yang Tersapu Gelombang di Planet Mars
Penjelajahan Curiosity juga mendeteksi keberadaan senyawa organik yang dianggap sebagai bahan penyusun kehidupan di Mars, hal ini bisa menjadi bagian penting untuk mengungkap misteri ini. Namun, bahan penyusun tersebut membutuhkan kondisi cuaca yang tepat untuk bisa berfungsi menjadi cikal bakal kehidupan.
“Di tempat yang terlalu kering, molekul-molekul ini tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk terbentuk, begitu juga di tempat yang terlalu basah,” kata Rapin.
Namun, para peneliti dapat memastikan pohon hijau yang besar dan mendukung kehidupan belum tentu bisa tumbuh, kemungkinan besar yang dapat hidup adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tak terlalu besar.
“Lebih dari 11 tahun, kami telah menemukan banyak bukti bahwa Mars pada masa lampau dapat mendukung kehidupan mikroba berkat kendaraan penjelajah Curiosity. Sekarang, misi ini telah menemukan bukti kondisi yang mungkin mendukung asal mula kehidupan," kata Ashwin Vasavada dari Jet Propulsion Laboratory NASA.
Penemuan medan kuno seperti itu tidak akan pernah mungkin terjadi di Bumi, di mana lempeng tektonik terus-menerus merombak permukaan, menyapu jejak-jejak masa lalu. Artinya menurut Rapin, mempelajari Mars yang tidak memiliki lempeng tektonik dapat membantu para ilmuwan memecahkan misteri bagaimana kehidupan dimulai di planet bumi.
“Kita sangat beruntung memiliki planet seperti Mars di dekat kita yang masih menyimpan memori tentang proses-proses alami yang mungkin menjadi faktor adanya kehidupan di bumi”.(M-4)
Beberapa perkiraan menyebut jari-jari planet ini telah menyusut sekitar 1 hingga 7 kilometer akibat patahan yang disebabkan oleh pendinginan.
Simulasi ini memperlihatkan posisi matahari, bulan, planet-planet, dan pluto dari perspektif di Bandung. Meskipun demikian, data di Bandung ini tidak berbeda jauh dari wilayah lain
Para pengamat langit disarankan menyiapkan teleskop dan mengarahkannya ke Saturnus pada pagi hari 19 Agustus.
Para astronom menemukan sistem Bintang Kepler-139 yang berukuran dua kali lipat Neptunus.
Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, ketika awan gas dan debu yang menjadi bahan pembentuk matahari dan planet-planet mulai menghilang, ukuran Jupiter diperkirakan dua kali lipat dari sekarang.
Penelitian terbaru menemukan petir bisa muncul di planet ekstrasurya yang terkunci pasang surut. Tapi apakah bisa mendukung kehidupan?
BMKG memprediksi sejumlah wilayah Indonesia akan mengalami cuaca ekstrem. Berikut prakiraan cuaca di sejumlah daerah, Minggu, 24 Agustus 2025.
Masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya yang berencana menghabiskan akhir pekan di ibu kota diminta waspada terhadap kondisi cuaca hari ini.
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah, cukup berisiko terhadap aktivitas pelayaran.
Warga DKI Jakarta dan sekitarnya yang beraktivitas di ibu kota masih diimbau untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca pada hari ini, Kamis 21 Agustus 2025.
Warga DKI Jakarta dan sekitarnya yang beraktivitas di ibu kota diimbau untuk lagi-lagi waspada terhadap cuaca hari ini, Rabu 20 Agustus 2025.
Masyarakat DKI Jakarta diimbau untuk waspada dengan cuaca pada Selasa, 19 Agustus 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved