Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SEBELUM era modern, manusia mencukupi kebutuhan mereka dengan berburu dan meramu. Kini, salah satu tradisi itu, yakni berburu, mulai digemari kalangan muda di Jerman. Salah satunya adalah Shanna Reis. Perempuan berusia 28 tahun ini, mewakili generasi baru di Jerman yang peduli tentang dari mana mereka memperoleh daging, terutama ketika memasak di rumah menjadi kegiatan rutin selama pandemi.
Dengan rambut dreadlock gimbal dan tindik di sisi kiri hidungnya, Reis tidak terlihat seperti pemburu. Wajahnya terlalu manis, jauh dari kesan bengis. Berbekal teropong binocular sambil mencangklong senapan di bahunya, ia ditemani salah satu dari tiga anjingnya saat menjalani aktivitasnya tersebut.
Reis mengaku awalnya seorang vegetarian. Namun, setelah memperoleh lisensi berburunya sekitar lima tahun silam, ia jadi keranjingan hobi barunya itu dan mulai menempatkan daging hewan hasil buruannya di meja makan.
"Penting bagi saya untuk mengetahui dari mana asalnya daging yang saya makan," katanya di pinggiran desa Aspisheim, dekat Sungai Rhine, seperti dikutip AFP, Kamis (25/2).
Lisensi berburu kini semakin populer di Jerman, negara yang mayoritas penduduknya gemar mengonsumsi daging. Juru bicara Federasi Berburu Nasional, Anna Martinsohn mengungkapkan, ada sekitar 390.000 praktisi/pemburu pada akhir 2020, meningkat seperempat lebih dari 30 tahun yang lalu.
Jumlah itu memang jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga mereka Prancis, yang angkanya diperkirakan sekitar satu juta pada 2019. Tapi, jumlah itu menyusut setengahnya dalam 40 tahun terakhir.
Di Jerman, 19.000 orang telah mengajukan izin berburu pada tahun lalu. “Sebagian besar dari mereka berhasil mendapat izin, dua kali lipat dari 10 tahun yang lalu,” kata Martinsohn.
Jerman yang merupakan negara dengan tingkat perekonomian tertinggi di Eropa adalah konsumen terbesar daging di wilayah itu. Namun produksi daging telah mengalami pukulan serius selama pandemi.
Liputan media tentang penyebaran infeksi yang memusatkan perhatian pada kondisi kerja di pusat pemotongan hewan, serta upah rendah bagi pekerjanya yang umumnya berasal dari eropa timur, ikut memberi dampak.
"Orang-orang mengatakan dalam jangka panjang mereka tidak ingin makan daging dari tempat seperti itu," kata Nicole Romig, 47, seorang guru sekolah menengah di Offenbach, di luar Frankfurt, yang kini juga mulai gemar berburu.
Dengan bantuan seorang tukang daging yang merupakan kolega keluarganya, dia membuat berbagai macam penganan menggunakan hasil buruannya, seperti steak panggang, sosis, dan hamburger.
Penggemar berburu lainnya, Ulf Grether, 55 tahun, mengaku daging hewan hasil buruannya, terutama babi, banyak yang memesan bahkan sebelum dia mencoba mencicipinya.
Pro-kontra
Alexander Polfers, direktur sebuah sekolah berburu di Emsland di negara bagian utara Lower Saxony menuturkan mereka yang baru menekuni hobi berburu tertarik untuk memahami hubungan antara hutan, ladang, dan hewan.
Reis sendiri mengaku tertarik untuk menghilangkan citra/anggapan kejam yang kerap dilekatkan kepada para pemburu.
“Ini tentang melestarikan biotop (habitat), berbicara dengan petani dan melestarikan ekonomi hutan,” kata Reis, yang memiliki lebih dari 20.000 pengikut di akun Instagram-nya, yang didedikasikan untuk gaya hidup barunya ini.
Seperti halnya Reis, kakak beradik Paul dan Gerold Reilmann, yang berusia 25 dan 22 tahun juga merupakan pemburu yang tekun. Mereka memiliki lebih dari 30.000 pengikut di Facebook dan giat mengampanyekan hobinya tersebut.
Tetapi, tidak semua menyukai apa yang dilakukan Reilman bersaudara ini, terutama mereka yang berasal dari negara yang menghormati kehidupan hewan. "Membunuh hewan tidak ada hubungannya dengan menghormati hidupnya," kata Sandra Franz, juru bicara LSM Animal Rights Watch.
"Tidak ada alasan rasional untuk berburu selain keinginan untuk membunuh dan mengumpulkan piala untuk dipamerkan," imbiuhnya.
Pemburu juga mesti mematuhi peraturan tentang habitat hewan liar. Para petani, umunnya cenderung mendukung perburuan ini, terutama untuk mencegah rusa memakan pucuk pohon/tanaman mereka dan gerombolan babi hutan yang merusak ladang jagung. (AFP/M-4)
"BBW hadir tidak hanya sebagai bazar buku terbesar, tapi juga sebagai gerakan untuk menghadirkan buku berkualitas dengan harga terjangkau bagi semua kalangan,"
Aritmia jantung terjadi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh masalah pada sistem kelistrikan jantung.
Seksolog Dr. Boyke Dian Nugraha mengungkap fakta mengejutkan: gaya hidup modern pria justru menjadi biang turunnya vitalitas dan keharmonisan keluarga.
Casing produk kolaborasi bertajuk Reinventing Forms of The Future yang menyatukan desain cyber-mechanical dari Machine56 dengan pendekatan fashion-tech asal Singapura, Skinarma.
Nestlé Professional resmi menggebrak pasar kopi urban dengan konsep “on to go”, menghadirkan gerai sementara di titik-titik strategis untuk menawarkan kopi berkualitas.
Pemindaian tersebut memperlihatkan bahwa kedua ginjal pasien hampir terisi oleh ratusan batu kecil yang berdempetan seperti biji jagung.
Sebelum dilakukan pemusnahan, terdapat 46 ekor babon guinea yang ditempatkan dalam fasilitas yang sebenarnya hanya dirancang untuk menampung 25 ekor.
MENTERI Luar Negeri Jerman Johann Wadhepul menegaskan bahwa kerja sama dengan Indonesia semakin penting bagi Jerman dan Eropa, terutama di tengah situasi dunia yang penuh tantangan besar.
AUSTRALIA, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan Inggris menolak dengan tegas rencana Israel untuk menduduki Kota Gaza di Jalur Gaza, Palestina.
Mineral langka ditemukan dalam meteorit Steinbach yang berusia tiga abad. Mineral itu membuka peluang baru dalam teknologi pengelolaan panas.
Ilmuwan mengidentifikasi spesies baru plesiosaurus, Plesionectes longicollum, dari fosil berusia 183 juta tahun di Holzmaden, Jerman.
Jerman telah menjadi pemasok bantuan persenjataan terbesar kedua bagi Ukraina setelah Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved