Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PADA Senin, dunia teknologi diguncang peluncuran DeepSeek, sebuah chatbot asal China yang merontokkan US$1 triliun dari indeks teknologi AS terkemuka. Banyak yang menyebutnya sebagai "momen Sputnik" dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) global, sebuah peringatan serius bagi Amerika Serikat untuk memperkuat posisi mereka.
Munculnya DeepSeek, pesaing utama OpenAI dengan ChatGPT-nya, langsung memicu dampak besar di pasar saham global. Indeks Nasdaq Composite, yang berfokus pada teknologi, turun 3,1%, menghapus lebih dari US$1 triliun dari nilai pasar yang sebelumnya tercatat sebesar US$32,5 triliun. Ini menunjukkan potensi gangguan besar yang dibawa inovasi AI asal Tiongkok.
Presiden Donald Trump memberikan pernyataan yang tegas tentang DeepSeek, menyebutkan bahwa kehadiran DeepSeek adalah "panggilan bangun" untuk industri AS. “Kita harus fokus secara tajam pada persaingan untuk menang,” ujarnya. Trump menambahkan bahwa meskipun DeepSeek menggunakan lebih sedikit sumber daya, hal ini justru dapat memberikan keuntungan karena biaya yang lebih rendah. "Saya melihat ini sebagai sesuatu yang positif," kata Trump, menekankan pentingnya efisiensi dalam pengembangan AI.
DeepSeek berhasil mengembangkan model-model AI canggih dengan menggunakan chip yang lebih sedikit dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Nvidia. Model ini, menurut penelitian yang diterbitkan, memiliki biaya pengembangan yang jauh lebih rendah—hanya US$5,6 juta—dibandingkan dengan model AI dari perusahaan AS yang dapat menghabiskan antara US$100 juta hingga US$1 miliar.
DeepSeek, yang didirikan Liang Wenfeng, seorang pengusaha Tiongkok, mengklaim mereka dapat menghasilkan model-model AI yang lebih efisien tanpa mengandalkan chip paling canggih dari Nvidia. Meskipun chip H100 Nvidia dilarang untuk diekspor ke Tiongkok, DeepSeek memanfaatkan chip H800 yang lebih sederhana, yang ternyata cukup efektif dalam membangun model-model AI yang kompetitif.
Keberhasilan DeepSeek ini tentu menimbulkan kekhawatiran di AS mengenai efektivitas upaya pemerintah untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi tinggi. Marc Andreessen, kapitalis ventura AS, bahkan menyamakan momen ini dengan peluncuran satelit Sputnik oleh Uni Soviet, yang mengejutkan dunia pada era Perang Dingin.
Peluncuran DeepSeek juga memicu pertanyaan besar: apakah investasi besar-besaran dalam infrastruktur AI di AS selama beberapa tahun terakhir benar-benar memberikan hasil yang sebanding? Analis di Goldman Sachs memperingatkan bahwa sektor teknologi harus lebih hati-hati dalam menilai potensi keuntungan dari investasi yang terus meningkat dalam teknologi AI.
Dengan model-model AI yang semakin terjangkau dan dapat diakses, DeepSeek menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu bergantung pada sumber daya besar. Inilah yang harus menjadi perhatian bagi Amerika Serikat jika ingin mempertahankan keunggulannya dalam perlombaan kecerdasan buatan global. (The Guardian/Z-3)
Kedua kepala negara juga sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama. Selain itu, mereka menyempatkan untuk saling bertukar kabar.
Duta besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan serangan ke Iran sebagai langkah bela diri.
Operasi penangkapan massal yang dilakukan pemerintahan Trump juga telah menciptakan rasa takut di tengah komunitas imigran.
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sudah ada 58 warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak operasi penindakan imigran di Amerika Serikat hingga saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Sahabat-AI juga menjadi wadah pembelajaran bagi talenta muda Indonesia.
Agentic AI adalah sebuah pendekatan inovatif berbasis AI yang tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif, adaptif, kolaboratif, dan otonom.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, membentuk tim AI baru untuk menciptakan superintelligence. Proyek ambisius ini menjadi bagian dari persaingan ketat di dunia kecerdasan.
DERETAN perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) asal Korea Selatan memamerkan inovasi terbaru mereka dalam acara ASEAN-KOREA Digital Business Partnership 2025.
Kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi bagian penting dalam kehidupan profesional, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Karyawan dibekali pemahaman dan keterampilan dasar dalam memanfaatkan AI secara praktis dan bertanggung jawab.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved