Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PARA ilmuwan menangkap tanda-tanda magnetik dari pasang surut laut Bumi dengan detail terbaik yang pernah ada. Sinyal-sinyal lemah ini, yang dapat dideteksi satelit tertentu ketika terbang pada orbit yang sangat rendah, mungkin menyimpan petunjuk tentang distribusi magma di bawah dasar laut, menurut pernyataan dari Badan Antariksa Eropa (ESA).
Saat air laut beriak di atas medan magnet Bumi, ia menghasilkan arus listrik yang lemah yang kemudian menghasilkan sinyal magnetik yang dapat dideteksi dari luar angkasa. Dalam studi baru yang diterbitkan pada 2 Desember 2024 di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A, para peneliti memecahkan sinyal-sinyal ini menggunakan data dari misi Swarm ESA yang sedang berlangsung, yang terdiri dari tiga satelit yang mengukur medan magnet Bumi.
"Ini adalah salah satu sinyal terkecil yang terdeteksi oleh misi Swarm sejauh ini," kata penulis utama studi ini, Alexander Grayver, seorang ahli geofisika dan dosen senior di University of Cologne, Jerman, dalam pernyataan tersebut.
Medan magnet Bumi dihasilkan lautan besi cair yang bermuatan listrik di inti luar planet ini. Arus panas dan putaran Bumi keduanya menyuplai gerakan besi cair ini. Gerakan inti menciptakan sebuah lapisan besar yang bersifat bipolar yang memanjang hingga ke luar angkasa, melindungi kita dari radiasi kosmik dan partikel bermuatan yang dipancarkan matahari.
Misi Swarm diluncurkan pada 2013 dan telah mengumpulkan informasi tentang medan magnet Bumi sejak saat itu. Namun, sinyal jelas yang dihasilkan oleh pasang surut laut sulit untuk didapatkan, karena sangat lemah dan hampir tidak pernah bisa menembus "keributan" yang meluas di ruang angkasa, menurut pernyataan tersebut.
Pada akhir 2010-an, beberapa faktor bertemu yang memungkinkan Swarm merekam tanda magnetik dari pasang surut laut dengan detail yang belum pernah tercatat sebelumnya. Salah satu faktor tersebut adalah penurunan dramatis aktivitas matahari, dan faktor lainnya adalah kedekatan satelit Swarm dengan Bumi.
"Data ini sangat baik karena dikumpulkan selama periode solar minimum, ketika ada lebih sedikit gangguan akibat cuaca ruang angkasa," kata Grayver.
Matahari mengikuti siklus sekitar 11 tahun yang menentukan tingkat aktivitas di permukaannya. Pada solar maksimum, matahari memancarkan gelombang besar radiasi elektromagnetik dan partikel bermuatan yang mengaburkan pengukuran sinyal magnetik dari Bumi. Aktivitas menurun selama solar minimum, sehingga mempermudah satelit untuk menangkap sinyal-sinyal ini.
ESA awalnya merencanakan untuk mengakhiri misi Swarm pada 2017, tetapi hasil-hasil berharga yang diperoleh mendorong agensi untuk memperpanjangnya. Selama bertahun-tahun, gaya gesekan telah menarik satelit lebih dekat ke Bumi, memungkinkan instrumen di dalamnya untuk menangkap sinyal-sinyal lemah yang sebelumnya tidak dapat dideteksi pada orbit tinggi mereka yang asli.
"Ini adalah salah satu manfaat dari menjalankan misi lebih lama dari yang awalnya direncanakan," kata Anja Strømme, manajer misi Swarm ESA, dalam pernyataan tersebut. "Kita bisa mengatasi pertanyaan ilmiah yang sebelumnya tidak terbayangkan."
Studi baru ini menunjukkan satelit dapat menembus kedalaman lautan Bumi dan mengekstrak informasi yang berguna, kata Strømme.
Swarm bisa tetap beroperasi hingga 2030, ketika solar minimum berikutnya diperkirakan akan terjadi. Para ilmuwan berharap bahwa ini akan memberikan kesempatan langka lainnya untuk mendeteksi sinyal-sinyal tersembunyi dari lautan. (Live Science/Z-3)
Kawah Anders’ Earthrise di Bulan digunakan wahana JUICE ESA untuk uji radar RIME sebelum menjelajah bulan-bulan es Jupiter demi mencari tanda kehidupan.
Foto terkini dari ESA menampilkan permukaan Mars dalam semburat kuning, jingga, dan coklat.
Menggunakan teknologi terkini, European Space Agency (ESA) berhasil menciptakan gerhana matahari total, tanpa harus menunggu posisi Bulan yang tepat.
Antena satelit Biomass milik ESA berhasil dibentangkan di orbit. Satelit ini akan memantau hutan dunia dan mengungkap data penting tentang cadangan karbon.
NASA dan ESA merilis gambar terbaru galaksi spiral Messier 77 (M77), yang dijuluki "Squid Galaxy" atau "Galaksi Ubur-Ubur" karena struktur filamennya yang menyerupai tentakel.
Solar Orbiter milik ESA baru-baru ini merekam aliran plasma yang berputar dan melingkar yang melarikan diri dari matahari setelah terjadinya letusan massa koronal (CME).
Bulan tidak jatuh ke Bumi karena keseimbangan antara gaya gravitasi dan kecepatannya yang membentuk orbit stabil. Fenomena ini juga dijelaskan dalam Al-Quran.
Penelitian terbaru mengungkap rata-rata 6 fragmen Bulan mengorbit Bumi sebagai minimoon setiap saat.
Sunspot 4136 di Matahari memicu ledakan magnetik mini bernama Ellerman bombs. Fenomena ini berpotensi memengaruhi sistem satelit di Bumi.
Bumi muda dipenuhi oleh lautan magma raksasa di bawah permukaannya—dan sisa-sisanya mungkin masih memengaruhi dinamika planet ini hingga sekarang
PT Bumi Resources meraih penghargaan pada ajang Indonesia Excellence Good Corporate Governance Awards 2025.
Para ilmuwan memprediksi rotasi Bumi akan meningkat pada Juli dan Agustus 2025, membuat hari-hari menjadi lebih singkat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved