Ilmuwan Tangkap Tanda Magnetik Pasang Surut Laut Bumi dengan Detail Terbaik

Thalatie K Yani
24/1/2025 12:35
Ilmuwan Tangkap Tanda Magnetik Pasang Surut Laut Bumi dengan Detail Terbaik
Para ilmuwan menangkap sinyal magnetik yang sangat lemah yang dihasilkan pasang surut laut Bumi, menggunakan misi Swarm dari Badan Antariksa Eropa (ESA).(ESA)

PARA ilmuwan menangkap tanda-tanda magnetik dari pasang surut laut Bumi dengan detail terbaik yang pernah ada. Sinyal-sinyal lemah ini, yang dapat dideteksi satelit tertentu ketika terbang pada orbit yang sangat rendah, mungkin menyimpan petunjuk tentang distribusi magma di bawah dasar laut, menurut pernyataan dari Badan Antariksa Eropa (ESA).

Saat air laut beriak di atas medan magnet Bumi, ia menghasilkan arus listrik yang lemah yang kemudian menghasilkan sinyal magnetik yang dapat dideteksi dari luar angkasa. Dalam studi baru yang diterbitkan pada 2 Desember 2024 di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A, para peneliti memecahkan sinyal-sinyal ini menggunakan data dari misi Swarm ESA yang sedang berlangsung, yang terdiri dari tiga satelit yang mengukur medan magnet Bumi.

"Ini adalah salah satu sinyal terkecil yang terdeteksi oleh misi Swarm sejauh ini," kata penulis utama studi ini, Alexander Grayver, seorang ahli geofisika dan dosen senior di University of Cologne, Jerman, dalam pernyataan tersebut.

Medan magnet Bumi dihasilkan lautan besi cair yang bermuatan listrik di inti luar planet ini. Arus panas dan putaran Bumi keduanya menyuplai gerakan besi cair ini. Gerakan inti menciptakan sebuah lapisan besar yang bersifat bipolar yang memanjang hingga ke luar angkasa, melindungi kita dari radiasi kosmik dan partikel bermuatan yang dipancarkan matahari.

Misi Swarm diluncurkan pada 2013 dan telah mengumpulkan informasi tentang medan magnet Bumi sejak saat itu. Namun, sinyal jelas yang dihasilkan oleh pasang surut laut sulit untuk didapatkan, karena sangat lemah dan hampir tidak pernah bisa menembus "keributan" yang meluas di ruang angkasa, menurut pernyataan tersebut.

Pada akhir 2010-an, beberapa faktor bertemu yang memungkinkan Swarm merekam tanda magnetik dari pasang surut laut dengan detail yang belum pernah tercatat sebelumnya. Salah satu faktor tersebut adalah penurunan dramatis aktivitas matahari, dan faktor lainnya adalah kedekatan satelit Swarm dengan Bumi.

"Data ini sangat baik karena dikumpulkan selama periode solar minimum, ketika ada lebih sedikit gangguan akibat cuaca ruang angkasa," kata Grayver.

Matahari mengikuti siklus sekitar 11 tahun yang menentukan tingkat aktivitas di permukaannya. Pada solar maksimum, matahari memancarkan gelombang besar radiasi elektromagnetik dan partikel bermuatan yang mengaburkan pengukuran sinyal magnetik dari Bumi. Aktivitas menurun selama solar minimum, sehingga mempermudah satelit untuk menangkap sinyal-sinyal ini.

ESA awalnya merencanakan untuk mengakhiri misi Swarm pada 2017, tetapi hasil-hasil berharga yang diperoleh mendorong agensi untuk memperpanjangnya. Selama bertahun-tahun, gaya gesekan telah menarik satelit lebih dekat ke Bumi, memungkinkan instrumen di dalamnya untuk menangkap sinyal-sinyal lemah yang sebelumnya tidak dapat dideteksi pada orbit tinggi mereka yang asli.

"Ini adalah salah satu manfaat dari menjalankan misi lebih lama dari yang awalnya direncanakan," kata Anja Strømme, manajer misi Swarm ESA, dalam pernyataan tersebut. "Kita bisa mengatasi pertanyaan ilmiah yang sebelumnya tidak terbayangkan."

Studi baru ini menunjukkan satelit dapat menembus kedalaman lautan Bumi dan mengekstrak informasi yang berguna, kata Strømme.

Swarm bisa tetap beroperasi hingga 2030, ketika solar minimum berikutnya diperkirakan akan terjadi. Para ilmuwan berharap bahwa ini akan memberikan kesempatan langka lainnya untuk mendeteksi sinyal-sinyal tersembunyi dari lautan. (Live Science/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya