Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Ilmuwan Temukan Fragmen Bulan yang Jadi Satelit Mini Sementara Bumi

Thalatie K Yani
14/7/2025 09:53
Ilmuwan Temukan Fragmen Bulan yang Jadi Satelit Mini Sementara Bumi
Ilustrasi(Wikimedia)

PENELITIAN terbaru mengungkap setidaknya ada enam fragmen kecil dari Bulan yang secara sementara mengorbit Bumi sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan mengelilingi Matahari. Namun, ukuran kecil dan kecepatan tinggi mereka membuatnya sangat sulit untuk dideteksi.

Fenomena ini terjadi saat benda luar angkasa menghantam Bulan, menyebabkan semburan material yang sebagian terlempar keluar angkasa. Kebanyakan berukuran kurang dari 2 meter dan akhirnya masuk orbit Matahari. Namun, sebagian kecil tertangkap oleh gravitasi Bumi dan menjadi “minimoons” — satelit alami sementara.

“Fenomenanya mirip seperti dansa persegi, di mana pasangan terus berganti dan kadang keluar dari lantai dansa,” kata Robert Jedicke, peneliti dari University of Hawaii dan penulis utama studi yang terbit di Icarus.

Bulan Melahirkan Satelit Mini?

Meski minimoon bisa berasal dari seluruh penjuru tata surya, dua penemuan terbaru menunjukkan bahwa beberapa mungkin berasal langsung dari Bulan. Salah satunya adalah Kamo'oalewa, fragmen bulan yang mengorbit matahari bersamaan dengan Bumi, diyakini terlontar dari kawah Giordano Bruno jutaan tahun lalu.

Objek lainnya, 2024 PT5, juga memperlihatkan karakteristik serupa material bulan. Hal ini mendorong para ilmuwan menghitung kemungkinan banyaknya fragmen bulan yang bisa menjadi minimoon. Hasil simulasi memperkirakan rata-rata 6,5 objek bulan mungkin sedang mengorbit Bumi pada suatu waktu, masing-masing bertahan sekitar sembilan bulan.

Namun, Jedicke menekankan angka tersebut sangat spekulatif karena banyak variabel belum diketahui, termasuk ukuran kawah tumbukan dan distribusi kecepatan material.

Tantangan dalam Mengamati Minimoons

Dengan ukuran hanya sekitar 1–2 meter, mendeteksi minimoon sangat sulit. Objek-objek kecil ini hanya bisa dilihat saat cukup dekat, namun saat itu pula mereka tampak melesat cepat di langit — meninggalkan jejak panjang yang sulit dikenali algoritma komputer dalam survei langit digital.

Namun, keberhasilan mendeteksi 2020 CD3, sebuah minimoon terdahulu, memberikan harapan. Meski hanya terlihat dua malam selama hampir 1.000 hari dalam jangkauan, deteksi ini menunjukkan bahwa penemuan minimoon lain masih sangat mungkin terjadi.

Potensi Komersial dan Ilmiah

Menurut Jedicke, minimoon berpotensi jadi target misi luar angkasa dengan biaya rendah. Alih-alih terbang jauh ke sabuk asteroid, perusahaan bisa menambang air atau mineral dari objek-objek ini saat mereka berada di dekat Bumi.

Dari sisi ilmiah, minimoon bisa membantu kita memahami asal-usul tata surya dan bagaimana dampak asteroid bisa melempar material dari permukaan benda langit. Ini penting juga untuk memperkirakan kerusakan jika peristiwa serupa terjadi di Bumi. (space/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya