Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
PENELITIAN terbaru dari University of California, Berkeley, mengungkapkan temuan penting tentang emisi gas metana, salah satu gas rumah kaca paling kuat.
Sekitar dua pertiga emisi metana di atmosfer berasal dari mikroba yang hidup di lingkungan tanpa oksigen, seperti lahan basah, sawah, dan perut hewan ternak. Namun, melacak sumber spesifik dan mengukur dampaknya merupakan tantangan besar.
Para ilmuwan biasanya menggunakan sidik jari isotop—komposisi atom karbon dan hidrogen pada metana—untuk melacak asal-usulnya. Setiap sumber, seperti sapi atau rawa, memiliki sidik jari isotop yang unik. Namun, penelitian ini menemukan bahwa asumsi selama ini tidak sepenuhnya akurat.
Jonathan Gropp, peneliti utama, menjelaskan bahwa ada ketidakpastian besar dalam mengukur fluks metana. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat, kita perlu memahami bagaimana proses biologis mikroba memengaruhi komposisi isotop ini.
Untuk pertama kalinya, para peneliti menggunakan teknologi penyuntingan gen CRISPR untuk memanipulasi enzim kunci dalam mikroba yang menghasilkan metana, yang disebut metanogen.
Dipti Nayak, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa penelitian ini menggabungkan biologi molekuler dan biogeokimia isotop untuk memahami bagaimana biologi metanogen mengendalikan komposisi isotana metana.
Daniel Stolper, rekan penulis, menambahkan bahwa selama ini para ilmuwan berasumsi sidik jari isotop hanya bergantung pada "makanan" metanogen.
Namun, penelitian ini membuktikan bahwa komposisi isotop juga dipengaruhi oleh jumlah "makanan" tersebut, kondisi lingkungan, dan bagaimana mikroba bereaksi terhadap perubahan ini.
Para peneliti menemukan bahwa ketika metanogen kekurangan "makanan", aktivitas enzim mereka melambat dan mengubah cara mereka memproduksi metana. Hal ini menyebabkan komposisi isotop metana berubah, yang sebelumnya tidak diasumsikan.
Gropp mengatakan, "Pertukaran isotop yang kami temukan mengubah sidik jari metana yang dihasilkan oleh metanogen. Oleh karena itu, mungkin saja kita telah meremehkan kontribusi mikroba pemakan asetat."
Temuan ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih berhati-hati saat menganalisis data metana dari lingkungan.
Teknik CRISPR ini juga membuka jalan baru untuk mempelajari bagaimana proses biologi memengaruhi isotop, yang dapat membantu para peneliti menjawab pertanyaan tentang geobiologi Bumi saat ini dan di masa lalu.
Selain itu, penelitian ini berpotensi mengubah metanogen agar tidak lagi menghasilkan gas metana, melainkan produk lain yang bermanfaat, seperti yang dijelaskan oleh Nayak.
Dengan memanipulasi enzim, kita bisa mengarahkan energi seluler metanogen ke jalur yang lebih produktif dan ramah lingkungan. (Science Daily/Z-1)
Hasil penelitian terbaru kami memberikan bukti terkuat sejauh ini bahwa setidaknya beberapa komet tipe Halley membawa air dengan tanda isotop yang sama seperti yang ditemukan di Bumi.
Empat satelit PUNCH berhasil menempati posisi orbit yang direncanakan di sekitar bumi untuk mendapatkan pandangan ke arah matahari.
Penelitian NASA ungkap Bumi bisa alami penurunan drastis oksigen dalam 10.000 tahun akibat evolusi Matahari. Ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.
Bulan tidak jatuh ke Bumi karena keseimbangan antara gaya gravitasi dan kecepatannya yang membentuk orbit stabil. Fenomena ini juga dijelaskan dalam Al-Quran.
Penelitian terbaru mengungkap rata-rata 6 fragmen Bulan mengorbit Bumi sebagai minimoon setiap saat.
Inti eksotis dari jenis ini sangat menantang untuk dipelajari karena umur pendek dan ukuran penampang produksinya yang rendah, sehingga diperlukan teknik yang tepat.
Ilmuwan Indonesia Maila Dinia Husni Rahiem, dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memimpin penyusunan dua jilid buku ilmiah menghimpun 164 artikel dari 20 negara
KONVENSI Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 menyuguhkan paparan inspiratif dari ilmuwan asal Singapura, Profesor Lam Khin Yong di Sasana Budaya Ganesa.
Selama bertahun-tahun, sebuah struktur misterius di bawah Laut Utara, lepas pantai Norwegia, telah menjadi teka-teki besar bagi para ilmuwan
Apa Itu Ilmuwan? Definisi dan Asal Usul Istilahnya. Pertanyaan "siapa ilmuwan pertama di dunia?" tidak memiliki jawaban yang sederhana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved