Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENELITIAN terbaru mengungkap Bumi kemungkinan pernah dikelilingi cincin raksasa, mirip Saturnus sekitar 466 juta tahun lalu.
Cincin ini diduga menyebabkan penurunan suhu global dan peningkatan tabrakan meteorit di permukaan Bumi.
Cincin tersebut diperkirakan terbentuk sekitar 466 juta tahun lalu. Diduga, cincin itu berasal dari sisa-sisa asteroid raksasa yang hancur akibat gaya pasang surut Bumi setelah melewati batas Roche planet ini.
Dengan menciptakan bayangan di sepanjang ekuator Bumi, cincin ini mungkin turut berkontribusi pada peristiwa pendinginan global dengan menghalangi sinar matahari, sambil terus menghujani permukaan Bumi dengan meteorit. Temuan ini diterbitkan pada 16 September dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters.
"Selama jutaan tahun, material dari cincin ini perlahan jatuh ke Bumi, menciptakan lonjakan dampak meteorit yang terlihat dalam catatan geologi," ujar Andy Tomkins, penulis utama studi sekaligus profesor ilmu planet di Monash University, Australia, dalam pernyataannya. "Kami juga menemukan lapisan pada batuan sedimen dari periode ini mengandung jumlah luar biasa besar dari puing-puing meteorit."
Para ilmuwan mengembangkan hipotesis ini dengan mempelajari periode dalam sejarah Bumi yang dikenal sebagai Ordovisium (485 juta hingga 443 juta tahun lalu). Masa ini merupakan salah satu periode terdingin dalam 500 juta tahun terakhir dan mengalami lonjakan besar dalam frekuensi tabrakan meteorit di Bumi.
Karena 70% kerak benua Bumi terletak di luar wilayah ini, para peneliti menghitung kemungkinan hal ini terjadi secara kebetulan sama seperti melempar dadu bersisi tiga sebanyak 21 kali dan mendapatkan hasil yang sama setiap kali.
Dengan peluang yang sangat kecil tersebut, para peneliti mengembangkan hipotesis yang dapat menjelaskan baik serangan meteorit di ekuator maupun pendinginan planet, yaitu cincin dari sisa asteroid yang hancur mengelilingi Bumi di ekuator.
Bukti tambahan masih diperlukan untuk mendukung hipotesis ini. Namun, teori cincin purba ini dapat menjelaskan berbagai aspek sejarah Bumi, terutama jika cincin serupa pernah muncul lebih dari sekali sebelum perlahan-lahan menghilang karena gravitasi Bumi menarik asteroid-asteroid tersebut.
"Gagasan bahwa sistem cincin dapat memengaruhi suhu global menambah tingkat kompleksitas baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa luar angkasa mungkin telah membentuk iklim Bumi," kata Tomkins. (livescience/Z-3)
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Tiongkok meluncurkan wahana antariksa Tianwen 2 di Tiongkok Barat Daya untuk kumpulkan sampel ke asteroid Kamo'oalewa.
Wahana antariksa Lucy milik NASA akan melintasi asteroid Donaldjohanson pada 20 April 2025 dalam misi panjangnya menuju orbit Jupiter.
Asteroid 2024 YR4 sempat menimbulkan kekhawatiran menabrak Bumi tahun 2032. Kini asteroid berdiameter 60 meter ini tetap menjadi fokus penelitian ilmuwan.
Dengan diameter sekitar 540 kaki (165 meter) dan kecepatan menakjubkan mencapai 77.282 km/jam, asteroid ini melintas dekat Bumi pada 26 Maret 2025.
Selama setahun terakhir, para peneliti di Berkeley Lab Departemen Energi telah melakukan analisis mendalam terhadap serangkaian sampel yang luar biasa.
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Tak hanya Saturnus, ternyata Jupiter, Uranus, Neptunus, hingga asteroid Chariklo juga punya cincin. Cari tahu bagaimana cincin planet terbentuk dan misterinya!
Pada Jumat (25/4) pagi, langit akan menyuguhkan fenomena langka yang menyerupai wajah tersenyum, saat Venus, Saturnus, dan bulan sabit membentuk formasi segitiga menjelang fajar.
Studi terbaru dari tim peneliti internasional menyelidiki kemungkinan adanya kehidupan mikroba di lautan bawah permukaan Titan yang dalam.
Menghilangnya cincin Saturnus bulan ini pada dasarnya adalah ilusi optik yang disebabkan oleh kemiringan planet tersebut.
Sebagian besar bulan planet Saturnus tidak beraturan dan kecil, hanya beberapa mil. Sebagai perbandingan, bulan kita memiliki diameter 2.159 mil (3.475 kilometer).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved