Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PERTANYAAN bagaimana awal kehidupan di bumi tentu saja bukan persoalan yang mudah dijawab. Dibutuhkan penelitian mendalam serta pemahaman terkait teori-teori yang dilakukan oleh para ahli.
Menurut Universitas Chicago, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dari kumpulan debu dan gas yang mengelilingi matahari muda. Partikel-partikel debu ini berkumpul membentuk objek yang disebut planetesimal benda berukuran puluhan hingga ratusan mil. Melalui serangkaian tabrakan, planetesimal tersebut akhirnya membentuk proto-planet seukuran Mars.
Lalu bagaimana hasil dari penelitian?
Berdasarkan penelitian yang dimuat dari jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Sebuah meteroit berukuran raksasa pertama kali ditemukan pada 2014, hal tersebut menyebabkan tsunami terbesar dalam sejarah dan mendidihkan laut. Dari kejadian inilah terungkap titik kehidupan awal dimuka bumi terungkap.
Dikutip dari BBC News, Pemimpin penelitian, Profesor Nadja Drabon dari Universitas Harvard, menyatakan dampak asteroid raksasa ini ternyata tidak hanya membawa kehancuran, tetapi juga mendukung perkembangan kehidupan awal di bumi.
Diketahui, adanya meteorit diperkirakan memiliki ukuran 200 kali lebih besar daripada asteroid yang memusnahkan dinosaurus dan menghantam Bumi saat planet kita masih dalam tahap awal pembentukannya, sekitar tiga miliar tahun lalu.
"Kami mengetahui bahwa setelah Bumi terbentuk, masih banyak puing luar angkasa yang menabraknya. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa kehidupan tetap bertahan setelah beberapa tabrakan besar tersebut dan bahkan berkembang pesat," ujarnya.
Masih menyambung dari jurnal yang sama, Meteorit yang dinamai S2 memiliki ukuran jauh lebih besar daripada asteroid yang memusnahkan dinosaurus, yang berdiameter sekitar 10 km. S2 diperkirakan memiliki diameter antara 40 hingga 60 km, dengan massa yang 50 hingga 200 kali lebih besar.
Saat menghantam bumi yang kala itu didominasi lautan dengan hanya sedikit benua kecil S2, lalu menciptakan kawah raksasa berdiameter 500 km. Tabrakan ini melepaskan bebatuan dengan kecepatan tinggi, membentuk awan partikel yang menyelimuti planet. Drabon menggambarkan dampak ini seperti hujan.
Alih-alih air, yang jatuh adalah tetesan batuan cair. Tsunami besar juga menyapu seluruh permukaan, menghancurkan dasar laut dan membanjiri garis pantai.
Untuk mempelajari dampaknya, para ilmuwan melakukan ekspedisi ke Eastern Barberton Greenstone Belt di Afrika Selatan. Di sana, mereka memecahkan batuan di lokasi tabrakan menggunakan palu besar sebagai alat ujinya.
Para ahli melakukan penelitian mencoba menjelaskan pemicu kehidupan awal di bumi berdasarkan teori yang ditemukan. Salah satunya dilansir dari Livescience yang mengungkapkan kehidupan awal di bumi dipicu adanya unsur sains.
Satu yang terkenal adalah teori dari Miller dan Urey 1952 yang mengungkapkan petir membantu terciptanya unsur-unsur kehidupan. Menggunakan percikan listrik di tabung yang mengandung air, metana, amonia, dan hidrogen dapat menghasilkan asam amino dan gula yang menjadi komponen terciptanya dasar kehidupan.
Teori lain menyatakan bahwa kehidupan mungkin dimulai dari celah hidrotermal di dasar laut, yang melepaskan unsur-unsur esensial seperti karbon dan hidrogen. Saat mengalir melalui celah dan batuan, molekul-molekul tersebut bereaksi dengan mineral, akhirnya membentuk molekul yang mendukung kehidupan.
Ada juga teori yang dikenal sebagai panspermia yang ditemukan oleh Anaximander (588-524 SM) dan Thales (624-548 SM). Teori ini mengusulkan bahwa pemicu adanya kehidupan berasal dari luar angkasa dan dibawa ke Bumi. Molekul organik mungkin terbentuk di luar angkasa, kemudian tersebar oleh benda-benda seperti komet. Ketika komet mendekati bumi, material organik itu bisa menemukan lingkungan yang sesuai untuk berkembang. Kemungkinan lainnya, molekul organik tersebut bisa saja menempel pada debu antarbintang atau meteor yang kemudian jatuh ke bumi.
Hingga saat ini banyak penelitian dan teori yang dikemukakan para ahli, namun tetap kembali pada kepercayaan setiap manusia. (Livesience/BBC/Sciencealert/Z-3)
Kapsul yang membawa sampel tersebut memasuki atmosfer sebelum pukul 02.30 waktu Jepang, menciptakan bola api seperti bintang jatuh saat memasuki atmosfer Bumi.
Kapsul pembawa sampel asteroid Ryugu jatuh di wilayah Australia pada Minggu waktu setempat. Kemudian, kapsul dari pesawat luar angkasa Hayabusa2 itu diterbangkan ke Jepang.
Roket Atlas V yang bertanggung jawab untuk mendorong pesawat itu dijadwalkan lepas landas pada Sabtu (16/10) pukul 05.34 waktu setempat dari Cape Canaveral.
Pesawat DART dijadwalkan dikirimkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 pada 23 November pukul 22.20 waktu setempat dari Pangkalan Udara Vandenberg, California.
Sebuah asteroid besar, yang ukurannya sebanding dengan gedung tertinggi di Bumi, sedang menuju planet ini pada pertengahan Desember, seperti yang dicatat oleh pelacak asteroid NASA.
Para Ilmuan di NASA tidak sabar menganalisis sampel asteroid Bennu yang diperkirakan sampai ke Bumi pada september.
Para peneliti menemukan Lima artefak kuno dari besi meteorit dalam koleksi Museum Czestochowa, Polandia.
DI dunia astronomi, selain meteor terdapat juga meteoroid dan meteorit. Lalu, apa perbedaan antara meteoroid, meteor, dan meteorit? Berikut penjelasannya.
SEBUAH penelitian terbaru mengungkap ada air di Mars yang ditunjukkan oleh butiran zirkon berusia 4,45 miliar tahun dari meteorit Mars.
Pada tahun 2011, meteorit Mars yang diberi nama Black Beauty ditemukan di Gurun Sahara. Meteorit ini menjadi salah satu penemuan penting dalam kajian tentang planet merah.
Penemuan meteorit ALH84001 dari Mars menjadi terobosan dalam ilmu pengetahuan planet. Meteorit ini ditemukan di Antartika tahun 1984 dan memberikan bukti adanya air di Mars.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved